Kicauan burung sangat terdengar jelas pagi ini. Sinar mentari pagi ini sangat menyinari pagiku. Sudah sejam lalu Aku terbangun dari tidur malamku yang panjang.
Hari ini hari special bagiku. Hari ini tepat bertambahnya satu tahun umurku. Hari ini hari ulang tahunku. Tepat pergantian hari tengah malam tadi Adrian mengucapkan ucapan selamat padaku. Aku sudah tertidur. Namun, tadi saat bangun Aku membacanya. Walaupun hanya sekedar ucapan. Sungguh membuat Aku senang. Walaupun sederhana. Aku senang.
Pagi ini Aku memutuskan untuk jogging di lapangan merdeka. Aku mengayuh sepedaku untuk mencapai tempat tujuanku. Setelah sampai Aku memarkirkan sepedaku. Aku melihat sekeliling. Mencari tempat untuk menunggu kedatangan seseorang.
Sebelum Aku datang ketempat ini. Adrian memutuskan untuk ikut denganku. Jadilah Aku sedang menunggunya saat ini. Aku melihat-lihat sekitarku. Lumayan ramai untuk keadaan masih pagi seperti ini.
Aku menatap lurus kedepan. Mungkin sebentar lagi Adrian datang. Setelah kami memiliki hubungan. Sejauh ini hubungan kami masih baik-baik saja. Masih adem kata orang. Selama Aku sudah mengenalnya dia sabar menghadapi sikapku yang moodyan. Sejauh ini begitu.
"Ra" Sebuah suara teriakan menyentak kesadaaranku. Aku menatap sumber suara. Adrian sedang berjalan kearah ku saat ini. Aku tersenyum kearahnya.
"Udah lama nunggu?" Tanyanya saat dia sudah berada didepanku. Aku hanya menggeleng lalu beranjak dari tempatku.
"Ayo langsung" Ajakku.
Kami pun mulai berlari kecil untuk mengelilingi lapangan. Kami berdampingan saat ini. Aku menatap lurus kedepan. Sama halnya dengan Adrian.
Tidak terasa sudah sekitar 4 putaran kami jalani. Dengan nafas yang sedikit terengah-engah. Aku memutuskan untuk istirahat. Tetapi tidak dengan Adrian yang masih melanjutkan putarannya.
Aku terus menatap kearahnya yang masih berlari. "Ganteng banget sih pacar gue" batinku. Aku tersenyum menatapnya dari kejauhan. Sungguh. Aku sangat menyukai laki-laki yang sedang kuperhatikan ini.
Ntah sudah berapa lama Aku duduk diam disini. Mataku mencari dimana Adrian. Aku sudah tidak melihatnya. Namun, tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari belakang.
"Lagi cari siapa?" Adrian duduk disebelahku kemudian menyodorkan ku sebotol air mineral.
"Gaada" Dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku hanya menatapnya diam.
Aku meneguk air mineral yang diberikan Adrian tadi. Aku menatap lurus kedepan. Memerhatikan sekitar. Namun, manik mataku menangkap seseorang yang kukenal. Seseorang yang pernah membuatku penasaran. Randy Prasetyo. Aku terus menatapnya hingga hilang dari pandanganku.
"Gitu banget liatnya" Aku menatap Adrian bingung. Dia hanya menatap lurus kedepan.
"Liat apa?" Tanyaku bingung. Karena sungguh. Aku tak mengerti maksudnya.
"Gaada" Aku menatapnya sekilas kemudian Aku mengangguk dan kembali menatap kedepan.
"Aku boleh nanya kekamu?"
"Boleh. Mau tanya apa?"
"Kamu pernah suka sama Randykan?"
Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya. Pasalnya Aku sama sekali tidak pernah mengatakan hal itu padanya. Selama kami menjalani hubungan memang tidak pernah sedikitpun Adrian bertanya tentang masa-masa yang pernah kulalui sebelum bersamanya.
"Kamu tau darimana?" Aku hanya menatapnya bingung. Tanpa berniat menjawab.
"Jawab dulu"
"Iya tapi kamu tau darimana dulu?" Aku menatapnya tapi dia langsung mengalihkan pandangannya kedepan.
"Rahasia. Itu benar?"
"Hmm kasih tau dulu kamu tau darimana?"
"Rahasia"
"Yaudah kalau gak mau kasih tau"
Aku meliriknya sekilas lalu menatap lurus kedepan. Hening. Tidak ada lagi yang berbicara. Aku mendengarnya menghela nafas berkali-kali. "Apa salahnya bilang sih"batinku. Aku masih dengan kebingunganku. Aku merasa sedikit kesal karena dia tidak memberitahukan ku darimana dia tahu tentang itu.
"Kamu aneh. Kenapa marah karena gak aku dikasih tau?" Dia bertanya padaku yang sedang diam. Aku menatapnya. Kemudian kembali mengalihkan pandanganku.
"Aku gak marah. Kamunya aja yang gak mau ngasih tau ke Aku tau darimana"
"Iya apa salahnya jawab"
Kami mulai berdebat. Aku menatapnya sedikit kesal. Karena tak ingin terus berlanjut. Aku menghela nafasku.
"Aku gak pernah suka sama Randy" Aku menatapnya serius. Dia menatapku diam.
"Yakin?" Dia menatapku seolah tidak yakin dengan jawabanku.
"Iyaa"
"Terus kenapa gak daritadi jawab?"
"Kamu gak mau ngasih tau dulu darimana kamu tau"
"Ya apa salahnya jawab dulu" Aku menghela nafas mendengarnya. Walaupun Aku merasa aneh kenapa kami jadi berdebat karena hal ini.
"Iya maaf. Jadi tau darimana?"
Dia menatap diam. Aku melihat wajahnya. Sangat datar menatapku. Ada sedikit guratan kesal menatapku. Dan rasa tak percaya menatap kearahku.
"Aku tau darimana gak penting"
"Yaudadeh kalau gak mau bilang"
Aku kembali menatap lurus kedepan. Aku seberusaha mungkin untuk menekan rasa penasaranku. Apalagi, melihatnya yang sedikit kesal saat ini. Walaupun Aku juga sempat kesal diawal. Namun, perlahan rasa kesal itu hilang.
"Kamu yakin sama jawaban kamu?" Aku kembali menatapnya bingung. Kemudian mengangguk sambil kembali menjawab dengan jawaban yang sama dengan yang tadi Aku lontarkan.
"Kalau kamu yakin kenapa gak daritadi jawab. Lagian gak penting jugakan tau darimana. Yang penting jawaban kamu keaku" Setelah mengatakan hal itu padaku. Dia berjalan meninggalkanku. Aku menatap kepergiannya dengan tidak percaya.
"Kenapa dia marah?"
Aku mendengus kesal setelah kepergiannya. Bahkan Aku bingung sekarang. Kenapa dia jadi marah padaku? Padahal Aku sudah menjawabnya. Lalu kenapa dia masih tidak percaya?. Banyak pertanyaan dipikiranku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Teen FictionGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...