Adrian memberhentikan mobilnya di sebuah kafe. Kafe yang pernah kami datangi sebelumnya. Kafetaria. Aku masih diam ditempat begitu juga dengannya. Aku menyibukkan diriku dengan ponsel di genggamanku. Namun, tiba-tiba terdengar suara deheman dari sebelahku. Refleks membuatku menatap kearahnya.
"Gak mau turun?"
"Ngapain?" Tanyaku bingung. Bagaimana tidak bingung. Bahkan dia tidak mengatakan apapun sejak tadi.
"Minum"
Setelah mengatakannya, dia bergegas keluar dari mobil. Tak ada pilihan lain, Aku pun ikut turun dan mengekorinya dari belakang. Dia berjalan kearah meja yang pernah kami tempati.
"Suka banget ya duduk sini?" Tanyaku setelah sudah duduk berhadapan dengannya.
"Enggak juga sih. Cuma enak aja pemandangannya"
Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Tak lama seorang waiters pun datang menghampiri kami. Aku hanya diam. Tidak mengeluarkan kata sedikitpun. Aku hanya menatap seseorang yang didepan ku saat ini.
"Capucino dingin satu, Matchalatte dingin satu" Adrian mengatakan pesanan pada waiters itu. Kemudian waiters mengulangi menyebutkan pesanannya dan bergegas pergi. Aku hanya terkekeh mendengarnya.
"Kenapa ketawa?" Dia menatapku bingung.
"Lama-lama hafal ya sama apa yang selalu Aku pesan" Aku tertawa kecil kearahnya. Dia hanya diam menatapku.
Sambil menunggu pesanan datang. Aku dan Adrian sibuk dengan kegiatan masing-masing. Yaitu sibuk dengan ponsel. Aku sesekali melirik kearahnya. Sepertinya dia sedang asik main game. Kentara sekali dari wajahnya yang serius dan menggerakkan tangannya dengan lincah.
Tak lama pesanan pun datang. Adrian menyesap capucinonya begitu juga halnya denganku. Aku memandang kearah air mancur. Hanya menatap dalam diam.
"Awas kesambet" Suara Adrian membuatku sedikit terkejut. Kemudian hanya membalas dengan sebuah deheman. "Lo gak mau ucapin selamat?" Sambungnya lagi. Aku menatapnya bingung hingga tersadar akan satu hal.
"Oh iya. Congrass yaa" Aku mengucapkan selamat padanya sambil tersenyum. Sebuah ucapan selamat untuk tim kelasnya yang menang futsal tadi.
"Makasih"
"Sama-sama"
Setelah itu kami kembali terdiam. Sejujurnya Aku bingung dengan perasaanku saat ini. Apalagi dengan kedekatan kami saat ini. Walaupun tidak bisa dibilang terlalu dekat namun bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya.
Aku berpikir keras tentang semua ini. Aku bertanya-tanya dalam hati. Apakah Aku memang sedang membuka hati padanya saat ini? Atau bagaimana? Aku bingung. Sungguh.
Aku merasakan hal yang berbeda saat bersamanya. Aku merasa nyaman saat berbicara dengannya. Bahkan dikali pertama kami berinteraksi lumayan banyak. Aku tidak merasa risih seperti pada orang lain yang memang berusaha mendekati ku.
Aku menghela nafas gusar. Aku kembali menatap kearahnya. Kemudian mengalihkan lagi pandanganku kearah ikan yang sedang berenang diair. Banyak pertanyaan didalam otakku saat ini. Namun, ada juga satu kekhawatiran dalam hatiku.
"Dia suka sama siapa ya?"
Satu kekhawatiran yang membuatku membatasi perasaanku. Satu pertanyaan yang belum pernah ku lontarkan sedikitpun selama kami sudah mengenal. Satu hal yang sangat takut Aku ketahui.
Namun, Aku merasa seharusnya Aku bertanya padanya. Aku pun membulatkan keputusanku. Aku memutuskan untuk bertanya saja. Mungkin itu lebih baik dan lebih jelas adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Teen FictionGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...