Matahari sudah mulai tak terlihat. Namun, masih menampakkan keindahan pesonanya yang ditunggu-tunggu banyak orang untuk diabadikan bagi penikmatnya. Senja. Memang sangat indah. Warnanya yang indah membuat yang menatap seakan-akan tidak ingin beranjak dari tempatnya.
Jam 18.00 Aku baru menapakkan kaki di teras rumah. Aku baru saja pulang sekolah. Hari ini benar-benar melelahkan. Bahkan sangat melelahkan bagiku. Bagaimana tidak. Di sekolah tadi ada jam pelajaran olahraga dan duduk dipinggiran lapangan dengan terik matahari yang sangat menusuk kulit kemudian pulangnya ada kegiatan goro di organisasi.
Aku memasuki kamar dan langsung merebahkan diri diatas kasur, kesayanganku. Aku menutup mataku sebentar kemudian kembali membukanya lagi. Aku menghela kasar nafasku. Rasanya tubuh ini remuk. Mengingat hari ini terasa sangat panjang.
Aku ingin tidur sebentar. Tapi, mengingat ini sudah mulai malam sepertinya Aku harus menunda tidurku dulu. Dengan rasa ketidakinginan bergerak dari kasur Aku tetap melangkahkan kaki ke kamar mandi dengan langkah malas.
20 menit kemudian Aku telah selesai dengan ritual mandiku lengkap dengan pakaian. Aku mendudukkan diri didepan cermin. Aku melihat raut wajahku didepan cermin. Aku tersenyum. Lalu Aku terdiam. Kemudian Aku kembali tersenyum. Lalu terdiam.
Aku bertanya-tanya dalam hati. Sedang apa Aku saat ini?. Aku pun bingung apa yang terjadi denganku. Konyol memang. Tapi Aku benar-benar malas untuk melakukan kegiatan. Kalau saja Aku tidak mengingat ada ringkasan akuntansi yang harus Aku kerjakan malam ini.
Aku menyisir rambutku yang panjangnya sudah setengah punggung. Rambutku lurus dan sangat jatuh. Sangat mudah untuk menyisirnya. Tak heran jika banyak yang menginginkan rambut sepertiku.
Tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu. Aku langsung turun kebawah untuk makan malam. Saat ditangga Aku melihat Mama dan Ceri dimeja makan. Hanya mereka berdua.
Aku mendekati meja makan. Ikut duduk disalah satu kursi yang ada. Aku mengambil makanan yang ingin Aku makan kemudian menyantapnya. Hening. Inilah yang terjadi sekarang.
Sebenarnya Aku tidak terlalu banyak bicara dengan keluarga. Bisa dikatakan Aku sangat berbeda saat berada diluar dan didalam rumah. Bukan karena ada masalah atau bagaimana. Hanya saja, Aku saja yang tak terlalu ingin untuk sekedar bercerita dengan keluarga. Aku terlalu sering menghabiskan waktuku didalam kamar. Dan begitu seterusnya.
Aku tak terlalu dekat dengan mama. Apalagi dengan papa. Kalau dibandingkan mereka, Aku mungkin lebih sering berbicara dengan mama. Mungkin karena dia yang selalu mengerti akan anak-anaknya. Tetapi dengan papa, Aku bisa menghitung berapa kali Aku berbicara padanya dalam seminggu.
Papa adalah sesosok laki-laki yang sangat sibuk. Bahkan lihatlah saat ini. Dia belum juga pulang dari pekerjaannya. Dia terlalu sibuk diluar sana. Dia hanya akan berada dirumah pagi hari. Selebihnya berada diluar. Itulah salah satu alasan Aku juga tak terlalu dekat dengannya.
Setelah menyelesaikan kegiatan makan. Aku kembali kekamar. Aku langsung mengambil buku Akuntansi dan mengerjakan ringkasannya. Untung saja Aku ingat. Kalau tidak Aku tak tau bagaimana nasibku keesokan harinya saat bertemu guru bertubuh besar itu.
"Dosa gak sih bilang guru gitu?"
Akuntasi sebenarnya pelajaran yang sangat Aku sukai. Tapi karena guru yang mengajar tidak bisa berkompromi dengan baik jadi kadang Aku suka kesal sendiri dengannya. Bukannya tidak mengerti. Namun, kadang dia mengambil keputusan yang seenaknya saja.
Sekitar sejam Aku mengerjakan ringkasan ini. Dalam hati Aku berkata "Akhirnya siap juga".
Aku meluruskan tanganku kedepan sambil meregangkan otot-otot kesepuluh jari tanganku.Ting..
Suara bunyi dari hpku. Aku melangkahkan kakiku untuk mengambil hp yang ada diatas nakas sebelah kasurku. Aku melihat ada satu pesan dari aplikasi instagram. Dengan rasa penasaran Aku membukanya.
Randyprasetyo
Hai
Sorry sebelumnya gue mau nanya, lo yang kena lempar bola basket karena gue tadikan?Aku mengerutkan keningku. Dalam hati Aku bertanya-tanya. Ada apa gerangan?. Kenapa tiba-tiba dia ngechat Aku?. Karena rasa penasaran Aku mulai mengetik berniat untuk membalas chatnya.
Reinarracarissa
Iya, kenapa ya?Setelah membalas chatnya. Aku beralih untuk melihat beberapa video lucu diinstagram. Namun, tak berapa lama dia membalasnya.
Randyprasetyo
Gaada sih. Gue cuma mau minta maaf soal tadi.
Sekali lagi maaf ya buat tadi, gue benar-benar gak sengaja.Reinarracarissa
Oh iya, santai aja . Gue udah gapapa kok.Randyprasetyo
Oh gitu. Oke deh.Membacanya Aku tak berniat untuk membalas apa-apa lagi. Aku pikir tadi mungkin ada sesuatu yang penting. Ternyata tidak. Dia hanya bertanya soal insiden tadi.
Aku merebahkan diriku. Aku menatap langit-langit kamarku. Aku menghela nafasku berkali-kali. Aku teringat percakapan Aku dengan Vita tadi di kantin.
Aku tidak berbohong sama sekali. Sepertinya Aku memang hanya penasaran dengan Randy. Tidak lebih.Aku bertanya-tanya dalam hati untuk kembali memastikan apa benar Aku hanya penasaran saja?. Tapi Aku rasa memang begitu. Mungkin saja karena Aku yang tak pernah melihatnya sebelumnya. Mungkin saja begitu.
Aku pernah menyukai seseorang sebelumnya. Maka dari itu Aku tau betul apa yang dirasakan oleh hati saat telah menemukan seseorang yang pas. Tapi, tidak dengan sesosok laki-laki yang sempat menarik perhatianku itu. Seorang Randy Prasetyo. Menarik tetapi tidak ada getaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Teen FictionGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...