Matahari terik menyapa kami siang ini. Aku dan teman-teman sekelas berjalan kearah lapangan basket untuk olahraga. Sialnya kelas kami yang mendapat jadwal olahraga disiang bolong. Bukankah itu benar-benar sial bagi kami?
Namun tunggu dulu. Ternyata tidak hanya kelas kami yang mengalami kesialan itu. Ada kelas lain juga. Tapi, Aku tak tau pasti itu kelas berapa. Aku semakin mendekat untuk melihat kelas siapa yang sama jam olahraga dengan kelas kami.
Tidak disangka-sangka itu kelas Randy. Sepertinya begitu. Karena kalau tidak, sedang apa dia dan teman-temannya bermain basket di lapangan ini saat yang lain sedang berada didalam kelas kecuali yang memang jam pelajarannya olahraga.
Karena ini benar-benar siang bolong dengan matahari yang sangat terik. Bahkan sangat menusuk kedalam kulit sehingga kami bebas melakukan apa saja. Lebih tepatnya boleh olahraga dan boleh tidak tetapi harus kelapangan. Ah, sebenarnya ini benar-benar tidak menguntungkan bagi kaum hawa tapi tidak dengan kaum adam.
Aku dan beberapa teman lainnya duduk dipinggiran lapangan. Aku melihat kearah lapangan basket. Randy, iya dia masih asik bermain basket ditengah teriknya matahari.
"Eh Narr itu bukannya cowok yang lo tanyain kemarinkan ya?" Suara Vita sontak membuatku terkejut.
"Eh kok lo masih ingat" Tanyaku gelagapan seperti tertangkap basah saja.
"Ya gimana gak ingat coba, secara ya dari sekian banyaknya yang dm lo terus yang dekatin lo, eh lo malah nanyain cowok yang lo gak kenal"
"Sok tau banget si"
Aku hanya memutar bola mataku malas mendengar ocehan Vita. Tapi memang benar yang dikatakan Vita. Aku bukannya jomblo ngenes kok. Tapi emang Aku saja yang belum beliin yang pas gitu.
Menurut Aku tidak semuanya mudah mendapatkan seseorang yang pas dihati. Ah, apalagi yang seperti Aku yang memang banyak cowok dekati tetapi sangat sulit rasanya hati ini menemukan rumahnya.
"Semangatttt semangat semangattttt" Teriakan Vita membuyarkan lamunanku. Suaranya benar-benar melengking. Astaga apa yang terjadi memangnya?.
Aku memutar pandanganku kearah lapangan. Ternyata kelas kami tanding basket dengan kelas Randy. Mataku terus menyorot kearah Randy. Jujur, dia sangat lihat memasukkan bola kedalam ring. Tidak hanya itu, dia sepertinya memang benar-benar pandai main basket. Tidak heran tubuhnya tinggi menjulang. Namun, tiba-tiba saja pandanganku kabur.
"Aduhh" Aku mengaduh. Kepalaku terkena bola basket. Ah rasanya sangat sakit. Bahkan mataku sampai mengeluarkan air. Ulah siapa ini.
"Eh maaf-maaf" Sebuah suara mengalihkan rasa sakitku saat ini. Aku membuka mataku. Dia ada didepanku saat ini. Bahkan dengan jarak dekat. Itu Randy.
"Maaf ya gue gak sengaja ngelempar bolanya keluar" Suaranya kembali terdengar melihat Aku yang hanya terdiam.
"Iya udah gapapa kok, sans aja" Akhirnya Aku mengeluarkan suara. Tapi, Aku sedang tidak berbohong. Memang benar Aku sudah tidak apa-apa. Setelah mendengar jawabanku dia kembali berlari kelapangan melanjutkan permainannya. Sepertinya Aku harus menarik ucapanku. Dia belum terlalu pandai bermain.
"Cie disamperin sama cogan" Lagi-lagi suara Vita membuyarkan lamunanku.
"Cogan sih cogan tapi lemparannya sakit sumpah" Aku mengoceh pada Vita sambil mengelus-ngelus kepalaku yang terkena lemparan bola basket tadi.
"Gimana rasanya kena timpuk basket?" Vita tertawa terbahak-bahak. Rasanya Aku ingin menutup mulutnya.
"Emang ada ya yang kena lempar bola rasanya enak?" Aku memutar bola mataku malas.
"Gini ya Narra dari cerita novel yang gue baca sebelumnya, biasanya ke timpuk bola basket sama cowok yang menarik perhatian kita itu sakitnya ga terasa" Oke, dia sedang mengkhayal kan yang tidak-tidak.
"Bodo amat ya Vit" Aku beranjak meninggalkan Vita sendiri dan berjalan memasuki kantin.
"Narra tungguin yaela masa ngambek" Teriakan Vita kembali terdengar di telingaku. Aku memutar tubuhku dan melihat kearahnya. Dia sedang berlari menuju tempat Aku berdiri.
"Siapa yang ngambek?" Aku melanjutkan langkahku saat melihat dia sudah berada dekat denganku. Sekarang kami sudah ada didalam kantin. Untuk berteduh. Tidak memesan apapun.
"Ya elo lah siapa lagi? Masa gue yang nan cute ini" Rasanya Aku ingin muntah mendengarnya.
"Bomat deh ya sumpah bomat Vit" Aku mempraktekkan seolah-olah Aku memang ingin muntah.
"Dih gitu amat tu wajah. Untung cantik dari sananya. Coba kalau enggak, udah gue timpuk ni pake hp"
"Bagus dong kalau ditimpuk pake hp. Bisa dapat hp baru dong gue"
"Gajadi. Eh Narr lo suka sama itu cowok ya? Siapa namanya? Dah ketemu?"
"Namanya Randy. Tau dari Raka kemarin"
"Ets kok pertanyaan gue satu lagi dijawab sih?"
"Gimana ya Vit" Aku menimbang-nimbang jawaban apa yang tepat untuk Aku utarakan pada Vita.
"Gimana apa?"
"Gimana ya, Kalau dibilang suka juga sih enggak cuma kesan rasa penasaran gue aja deh yang tinggi" Aku berusaha menjelaskan apa yang Aku rasakan pada Vita. Namanya juga manusia. Suka tidak tahu gimana jelasin maunya.
"Maksudnya, lo cuma sekedar pengen tahu dia doang gitu?"
"Yaiya bisa jadi sih. Karena kalau gue pikir-pikir lagi ya, tadi aja gaada getaran aneh gimana gitu. Walaupun awalnya gue seneng kan yaa ketemu dia terus liat dia dari dekat cuma ya gitu deh" Ah Aku sedang tidak berbohong.
"Bisa ya gitu?" Antara percaya atau tidak dia kembali bertanya padaku seakan-akan Aku berbohong.
"Yaela Vit gue gak bohong kali" Aku beranjak dari tempatku dan berjalan meninggalkan Vita kembali yang sedang bingung ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)
Teen FictionGUYS CERITA INI SUDAH TERBIT DENGAN JUDUL BERBEDA JIKA BERMINAT BISA DICEK di : GUEPEDIA https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjA0Nzg= TOKOPEDIA https://tokopedia.com/guepedia/all-that-remains-are-memories BUKALAPAK https://www.bukalapak.com...