Banyak hal

13 7 0
                                    

Kenali Aku dari Aku langsung
Jangan dari orang lain
-MatchaLatte

•••

Aku hanya diam. Begitu juga dengannya. Tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kami. Aku memutuskan untuk memainkan ponsel saja. Aku membuka beberapa aplikasi. Hingga sebuah suara mengalihkan pandanganku.

"Lo tadi gak kekantin?" Tanyanya.

"Enggak. Kok tau?" Aku hanya menatapnya bingung.

"Tau aja. Kenapa?" Aku semakin menyerit bingung mendengar pertanyaannya.

"Apa yang kenapa?"

"Kenapa gak kekantin?"

"Mager" Mendengar jawabanku dia kembali mengalihkan pandangannya kedepan. Hening. Kembali menyelimuti suasana kami. Aku kembali fokus keponsel. Namun, tiba-tiba mobilnya berhenti.

Aku melihat keluar jendela. Kafetaria. Sebuah kafe yang berada dekat sekolah. Aku menyerit bingung. Kemudian beralih menatap Adrian seolah bertanya kenapa?. Namun, tidak berkata apa-apa dia segera turun.

"Ayo turun" Aku menatapnya bingung. Dia menghela nafasnya sebentar. "Ayo ikut aja dulu" sambungnya lagi.

Aku turun dari mobil dan mulai mengikuti langkahnya. Kami memasuki kafe ini. Dia mengajakku duduk disalah satu meja. Meja yang berada didekat jendela yang pemandangannya berupa air mancur buatan. Didalamnya ada ikan hias.

"Mau ngapain?" Aku pun bertanya padanya dari segala kebingunganku saat mengikutinya.

"Mau makan"

"Siapa?"

"Ya kita"

"Kita?" Aku kembali mengulangi perkataannya menjadi pertanyaan. Dia hanya mengangguk menjawabnya. Aku masih menatapnya bingung. Namun, tiba-tiba datang seorang waiters kafe menghampiri kami.

"Mau pesan apa?" Tanya waiters itu. Aku hanya menatapnya diam.

"Capuccino dingin satu, Matchalatte dingin satu terus nasi goreng spesial satu. Lo mau makan apa?" Tiba-tiba dia bertanya padaku. Masih dengan ekspresi bingung Aku menjawabnya "samain aja". Kemudian waiters mengulangi pesanannya dan bergegas pergi.

Aku semakin bingung dibuat seseorang yang ada dihadapanku ini. Banyak pertanyaan yang ingin kusampaikan padanya. Namun sejak tadi tidak ada yang menjawab kebingunganku ini. Aku memutuskan harus bertanya padanya semua ini.

"Tau dari mana Aku minum matcha?" Dia terlihat ingin segera menjawab namun aku melanjutkan perkataanku. "Tolong jangan jawab.tau.aja" Aku menekankan tiap kata yang kukatakan. Kemudian Aku meliriknya tajam.

"Bukannya lo sering banget mesan ini dikantin? Bukan sering tapi lebih tepatnya setiap hari dikantin" Jelasnya. Sejenak Aku kembali berpikir "Darimana dia tau? Dia merhatiin Aku dikantin?". Namun, kuurangkan pertanyaan itu keluar dari bibirku.

"Terus kenapa tiba-tiba kesini? Tadikan bilangnya pulang"

"Lo tadi gak kekantin kan?"

"Enggak. Tadikan udah nanya"

"Berarti lo daritadi gak makan"

"Terus?"

"Yaudah sekarang makan"

Aku menatapnya kesal. Aku tidak puas dengan setiap jawaban yang dia keluarkan. Aku ingin kembali bertanya. Namun, waiters tadi sudah membawa pesanan tadi didepan kami.

"Makan dulu. Nanti nanyanya" Suaranya kembali terdengar ditelingaku.

Aku hanya menatapnya dengan penuh selidik. Kemudian mulai menyantap makanan yang sudah tersedia. Tak lama kami pun selesai. Aku menyesap minumanku.

"Lo suka banget ya sama itu?" Dia menunjuk kearah minumanku.

"Iya"

"Pantes, tiap hari minum itu mulu" Aku hanya menatapnya kemudian kembali menyesap matcha ku. Aku berpikir sebenarnya ada apa dengan laki-laki didepanku ini. Tak ingin semakin bingung. Aku memutuskan untuk kembali bertanya sekarang.

"Aku udah boleh nanyakan?" Dia mengangguk. "Oke Adrian. Sebenarnya ada apa?" Dia menatapku bingung "Maksud Aku kenapa tiba-tiba jadi mau bicara sama Aku? Padahal kemarin ya pas Aku minjam buku itu kayak enggan gitu ngomong sama Aku" Sambungku.

"Kaku banget lo ngomong. Pakai Aku sama nama segala" Aku mendelik kesal kearahnya. Namun, dia hanya menatapku datar.

"Aku emang gitu kalau ngomong sama orang baru. Kecuali itu udah jadi teman yang udah lama Aku kenal. Baru deh pakai lo gue" Adrian hanya mengangguk mengerti. "Jadi kenapa?" Tanyaku lagi.

"Kan gak ada salahnya kita ngomong. Lagian mungkin kemarin itu perasaan lo aja kali"

"Mungkin aja ya" Ujarku. "Tapi, Adrian yang didepan Aku sekarang kayanya gak kaya dibilang orang-orang deh" sambungku lagi.

"Maksudnya kaya dibilang orang-orang?" Dia menatapku bingung.

"Iya jadi kata orang Adrian tu cuek terus jarang ngomong sama cewek. Tapi ini enggak deh, walaupun awalnya Aku juga anggap gitu" Mendengar penjelasanku dia mengangguk mengerti.

"Makanya kenali gue dari gue langsung jangan dari orang" Aku hanya terkekeh mendengar jawabannya.

"Gimana mau kenal kalau misalkan kemarin itu situ kaya enggan gitu ngomong sama Aku"

"Berarti lo cari tau tentang gue ya ke orang-orang?" Dia menatapku penuh selidik. Sontak Aku menggelengkan kepala pertanda tidak setuju dengan ucapannya. Walaupun sebenarnya ada sedikit.

"Enggak kok. Aku gak cari tau. Aku cuma nanya nama lo siapa eh dijelasin panjang lebar"

"Salah satunya dari?"

"Dari Raka"

"Lo tau gue dari kapan?"

"Aku tau dari semenjak Aku lihat Adrian main gitar dikelas sama teman-teman. Kalau gak salah juga Adrian liat kearah Aku pas Aku ketahuan liatin" jelasku.

"Ohh itu gue ingat"

"Iya"

Kami pun kembali bercerita. Hingga tak terasa kami semakin larut dalam cerita. Kami semakin banyak berbicara antara satu sama lain. Ntah kenapa rasanya Aku sangat senang bahkan jujur Aku sangat suka berbicara dengannya. Ternyata dia tidak seperti yang Aku bayangkan.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang