Terima Rapor

3 0 0
                                    

Tentang Aku dan Kamu biarlah hanya Aku, Kamu, dan Tuhan yang tahu
Orang lain tidak harus mengetahuinya
-Matchalatte

•••

Sinar mentari menyinari bumi pagi ini. Kicauan burung-burung sangat terdengar jelas dikeheningan pagi. Cuaca yang sangat cerah seperti mewakili perasaan pagi ini. Hari yang indah.

Hari ini penerimaan rapor. Untungnya saja papa dan mama tadi subuh sudah kembali. Sehingga pagi ini Aku berasama mama berangkat sekolah. Dengan berharap mendapat nilai yang memuaskan.

Pagi ini senyuman tidak pernah hilang dari wajahku. Senyum ku sangat merekah pagi ini. Sampai banyak yang bertanya-tanya. Namun, Aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Sama halnya seperti saat ini Vita terus saja bertanya padaku.

"Narr lo kenapasih? Sumpah deh ya gue gamau temen gue gila" Aku hanya tersenyum mendengar tiap perkataannya. Ntah sudah ke berapa kalinya dia bertanya padaku.

"Gapapa Vit. Srius" Dia hanya menatapku diam penuh selidik. Seakan tak percaya sama sekali.

"Bohong banget sih lo. Jujur gak kenapa?" Lihatlah. Dia kembali bertanya. Aku pun menghela nafas gusar seketika. Aku mengingat kejadian semalam. Kejadian dimana membuat hatiku berbunga-bunga pagi ini.

"Gue mau cerita tapi jangan heboh. Gue gak mau ya denger lo teriak-teriak nantinya" Aku menatapnya dengan sedikit tajam. Dia hanya terkekeh lalu menunjukkan dua jarinya kearahku.

"Iyadeh iyaa. Buruan cerita" Dia menatapku penuh penasaran. Aku hanya memutar bola mataku malas lalu tersenyum manis kearahnya.

"Semalam gue sama Adrian jadian" Mendengar perkataanku matanya membulat. Dan sepertinya dia melupakan janjinya padaku. Dia berteriak bahkan sekarang semua pasang mata menatap kami. Aku sedikit meringis mendengar teriakannya.

"What? Sumpah lo demi apa?" Dengan wahh keterkejutannya dia berdiri menatapku. Sungguh matanya seperti ingin keluar saja. Karena merasa malu ditatap oleh banyak orang. Aku pun mencubit tangannya.

"Vit lo tadi udah janji ya sama gue gausah heboh" Aku mendelik kesal kearahnya. "Untung ya lo temen gue kalau gak udah gue lempar nih hp" batinku. Namun, seolah teringat pada apa yang baru saja kukatakan. Aku menarik ucapanku "Eh gak jadi ntar hp gue pecah lagi" Aku membatin sambil meringis mengingat apa yang akan terjadi dengan hpku nantinya jika Aku melempar Vita.

"Iya-iya maaf. Sumpah ini tu berita paling buat gue terkejut" Aku memutar bola mataku malas kearahnya. Dia sudah kembali duduk dan memelankan suaranya.

Mengingat sekarang sedang ada rapat guru dan orangtua didalam kelas membuat kami duduk didepan kelas menunggu orangtua kami keluar dengan rapor kami. Tak heran sangat ramai diluar sekarang.

Aku melirik sekitar. Semua murid sedang menampilkan air muka yang berbeda-beda saat ini. Aku sedikit menajamkan mataku kearah XI IIS 4. Mataku menangkap sesosok laki-laki yang membuatku sangat berbunga pagi ini. Adrian sedang duduk diantara teman-temannya. Sedang asik berbicara. Ntahlah. Ntah apa saja yang mereka bicarakan.

"Lo harus ceritain ke gue gimana bisa" Suara Vita disebelahku membuatku kembali menatap kearahnya. Aku menghela nafas sebelum memutuskan untuk mulai mengatakan padanya.

"Jadi semalam tu dia ngajak gue keluar. Dia ngajak gue kekafetaria soalnya gue mager banget tu masak semalam jadinya kan gue belum makan. Jadi kami makan deh disana" Aku menghentikan ucapanku. Vita hanya terus menatapku dengan serius. Aku pun sedikit tertawa melihatnya yang terlalu serius mendengar penjelasanku.

"Terus selesai makan dia tiba-tiba ngajak gue keatas. Kelantai atas kafetaria" Namun, belum selesai Aku menjelaskan Vita kembali bertanya "Emang boleh ya keatas" Aku hanya mengangguk kemudian berkata "Boleh. Ternyata itu tempat untuk umum juga. Gue aja baru tau semalam srius" Vita hanya mengangguk-angguk kemudian mengatakan "Yauda lanjut". Mendengarnya Aku pun kembali melanjutkan ceritaku.

"Pas udah diatas awalnya diam-diaman aja. Gak ada yang ngomong atau buka pembicaraan. Terus karena emang dingin gitu kan dia tiba-tiba nyampirin jaket yang dia pake ke gue. Terus balik diam. Setelah itu gitu" Aku menghentikan kembali ucapanku dan menatap kearah Vita. Dia masih menunggu jawabanku. Aku hanya terkekeh melihatnya. Seolah tak kunjung melanjutkan cerita. Dia kemudian menatapku kesal.

"Udah? Itu doang? Ah lo gak seru ah" Dia mendelik kesal kearahku. Aku hanya tertawa kecil meresponsnya.

"Iya setelah itu yaudah. Dia nanya ke gue ya walaupun agak lama gue jawabnya ya tetep aja akhirnya gue jawab"

"Kasih tau dong gimana cara dia bilangnya"

"Kepo. Itu rahasia tau" Aku tertawa mengatakannya. Sungguh memang sangat lucu jika Aku kembali mengingat kejadian semalam. Mengingat semalam Aku tertawa geli mendengarnya.

Vita hanya mendengus kesal kearahku. Seolah tak puas dengan jawaban yang kuberikan. Aku hanya terkekeh saja. Aku memang tidak ingin menceritakan dibagian saat Adrian mengatakannya padaku. Cukup Aku, Adrian dan Tuhan saja yang tahu. Tentang itu orang lain sepertinya tidak perlu mengetahuinya. Biarkan menjadi kenangan tersendiri bagiku.

"Narra yuk pulang" Mama menghampiri Aku dan Vita. Aku melihatnya baru saja keluar dari kelas. Tidak lupa membawa sebuah benda yang sejak tadi banyak ditunggu-tunggu oleh banyak murid. Benda yang berisikan nilai-nila selama satu semester sekolah.

"Udah ya?" Tanyaku pada mama. Mama hanya mengangguk menjawabku.

"Narra nilainya gimana tan?" Vita bertanya dengan wajah penasaran pada mama.

"Nilainya bagus kok. Ranking 2" Mendengarnya sontak membuatku sedikit terkejut. Vita pun begitu.

"Seriusan ma?" Tanyaku seolah tak percaya. Mama hanya mengangguk tanda iya. "Ah ternyata gak posisi gue gak berubah. Syukurlah" Batinku.

"Cie selamat plus plus Narra temanku yang super super ngeselin" Vita memelukku. Seakan sadar dengan ucapannya Aku melepaskan pelukannya. Dan menatapnya bingung. Seolah tau apa yang ada dipikiranku. Dia membisikkan jawabannya padaku.

"Selamat atas jadian sama Adrian terus selamat juga buat nilainya" Seketika Aku tertawa mendengar bisikkannya. Aku melihat mama menatap kami berdua dengan bingung. Aku dan Vita hanya terkikik geli melihatnya.

"Yaudah yuk" Ajak mama. Aku hanya mengangguk setuju. Aku pamit pada Vita kemudian mulai melangkahkan kaki untuk pulang.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang