Sementara Menjadi Stalker

29 7 0
                                    

Daun berjatuhan didepanku saat ini. Sinar Matahari masih menusuk kedalam kulit. Sudah menjelang sore. Ah tidak, ini memang sudah sore. Angin sepoi-sepoi berhembus dari arah barat.

Aku berdiri di balkon kamarku. Iya, disini lah Aku. Aku baru saja pulang sekolah. Belum mengganti baju seragam dengan baju rumah. Rasanya sangat melelahkan.

Aku menarik nafas lalu kembali menghembuskannya. Aku berpikir-pikir apalagi yang harus kulakukan. Sangat membosankan terus menerus dengan rutinitas yang seperti ini-ini saja.

Sepertinya, Aku harus pergi keluar rumah. Tapi kemana? Ah, tiba-tiba terbesit dipikiranku untuk jogging sore di lapangan merdeka yang letaknya berada dekat dengan komplek rumahku.

Aku bergegas masuk kedalam kamar dan mengganti baju. Aku memakai atasan kaos berwarna putih lengan pendek dan memakai bawahan leging selutut yang berwarna hitam. Dan tak lupa dengan tambahan cardigan berwarna biru dongker.

Aku berdiri didepan cermin dan melihat pantulan diriku. Kemudian Aku mengucir kuda rambutku yang panjang. Setelah merasa tampilanku sudah cocok, Aku bergegas turun kebawah tak lupa dengan menjengjeng sepasang sepatu sport ditanganku.

Aku memakai sepatuku didepan teras rumah. Setelah selesai, Aku mengambil sepedaku digarasi. Akupun menaiki sepedaku kemudian mulai mengayuh secara perlahan.

Matahari sore ini masih saja menusuk kulitku. Sepi, satu kata yang kupikirkan saat ini. Tak lama Aku keluar dari area komplek perumahan ini dan terus mengayuh kearah lapangan merdeka.

Aku memarkirkan sepedaku. Aku melihat sekelilingku yang ternyata banyak orang ditempat ini. Berbagai macam usia yang Aku lihat disini. Ada yang masih anak-anak. Ada yang remaja seumuranku. Dan Ada orangtua yang sedang jalan-jalan sore.

Aku mulai berjalan memasuki lingkaran lapangan untuk berlari. Aku berlari secara perlahan. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Aku terus melihat sekelilingku. Dan tak terasa sudah 3 putaran Aku lalui.

Nafasku terengah-engah. Mungkin ini efek dari jarang olahraga. Ah tidak, Aku tidak pernah olahraga sebelumnya. Karena Aku merasa tidak sanggup lagi menambah putaran, Aku duduk dipinggiran lapangan.

Aku terdiam seorang diri disini. Aku hanya memperhatikan sekelilingku yang ramai dengan orang. Aku melihat kearah langit. Perlahan sinar matahari mulai meredup sedikit demi sedikit.

Tenggorokanku kering rasanya. Dan ya Aku lupa membawa air. Aku merutuki kebodohanku yang jogging tapi tak membawa air. Aku memutar pandanganku kearah lain berusaha mencari seorang penjual air.

Ah itu dia. Aku melihat ada penjual air dipinggiran lapangan yang berada disebelah kiriku. Aku melangkahkan kakiku mendekati penjual air itu. Aku membeli satu botol air mineral dingin.

Selagi minum dan mengistirahatkan diri Aku duduk dekat penjual air itu. Namun, tak disangka-sangka Aku melihat seseorang yang tadi terus mengusik pemikiranku saat disekolah. Itu Randy, Iya itu memang Randy.

Aku terus memperhatikan gerak-geriknya. Dia membeli sebotol air mineral dingin yang sama denganku. Aku bertanya-tanya dalam hati. Sedang apa dia disini?. Aku kembali merutuki pertanyaan bodoh ku. Jelas-jelas dia memakai baju kaos dan celana training. Bukankah sudah pasti dia juga sedang jogging?.

Dia berjalan mendekat kearahku. Dan apakah Dewi Fortuna sedang berpihak padaku? Dia duduk disebelahku. Hati ini rasanya ingin keluar dari tempatnya. Aku kembali berpikir keras. Apakah dia mengenal Aku? Ah, Aku rasa dia tidak mengenalku.

Tak ada yang berbicara disini. Sambil meneguk air Aku memperhatikan dia dari arah samping. Aku baru sadar ternyata dia memang ganteng. Dalam hati Aku mengucap syukur pada Tuhan telah dipertemukan dengan salah satu ciptaannya yang hampir sempurna.

Setelah meneguk habis airnya tak lama dia berdiri dan membuang botol bekas air mineral itu kedalam tong sampah yang berada tak jauh dari tempat duduk ini. Aku terus memperhatikannya. Dia berjalan kearah parkiran. Apakah dia akan pulang? Aku bertanya-tanya didalam hati.

Dengan rasa penasaran, Aku mengikutinya perlahan. Namun, agar tidak ketahuan seperti sedang mengikutinya Aku berpura-pura meregangkan beberapa otot lenganku keatas. Sambil berjalan kearah parkiran Aku terus melakukan gerakan yang sama.

Dia mulai mengayuhkan sepedanya. Sepertinya memang benar dia akan pulang. Karena rasa ingin tahuku sangat besar dengan sedikit berlari Aku menuju sepedaku yang sedang terparkir.

Aku mengayuh sepedaku dengan jarak yang tidak terlalu jauh dibelakangnya. Dalam hati Aku bertanya-tanya apakah dia tinggal dekat sini juga? Tak lama Aku melihat dia berbelok kearah komplek rumahku. Ah benar ternyata kami satu komplek. Tapi kenapa Aku tak pernah melihatnya sebelumnya? Apa karena Aku yang dirumah-rumah saja dan hanya keluar karena organisasi? Sepertinya begitu.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang