Ngeselin

13 7 0
                                    

Sudah 5 hari semenjak kejadian di Kafetaria. Semenjak saat itu Aku semakin kenal dengannya. Semakin dekat mungkin. Maksudku semakin tau tentang dia.

Awalnya Aku memang sedikit terkejut melihat dia yang ternyata tidak seburuk kata orang. Aku juga terkejut saat ternyata dia banyak berbicara padaku. Aneh tapi Aku senang.

Sudah 5 hari ini juga dia sering mengantarku pulang. Tidak ada janjian. Namun, dia selalu datang saat Aku menunggu di halte. Selalu tiba-tiba saja seperti yang sudah-sudah.

Hari ini sudah beberapa hari sekolah menjalankan classmeeting. Hari ini jadwalnya futsal. Sebenarnya Aku ingin pulang saja ketimbang disekolah. Karena memang tidak penting juga bagiku berada disini dengan jadwal classmeeting futsal yang hanya diperuntukkan untuk siswa laki-laki saja.

Namun, karena Vita yang selalu saja memaksa ku ikut untuk melihat pertandingan futsal. Maka disinilah Aku duduk dikursi penonton. Vita disebelah ku sedang berteriak menyemangati Fino yang berada dilapangan. Ntah sudah berapa banyak teriakan yang sudah Vita keluarkan selama kami duduk disini.

"Vit bisa diam gak sih" Aku mendelik kesal kearahnya karena sejak daritadi dia berteriak. Sangat memekakkan telinga.

"Yaela cowok gue kan lagi tanding jadi harus di semangatin dong biar menang" Aku mendengus kesal kearahnya. Ntah sudah berapa kali dia mengulangi kalimat itu saat Aku menyuruhnya untuk diam.

Aku sejak tadi hanya diam disini. Untuk mengusir kebosananku Aku terus saja memainkan ponselku. Aku juga menyumbat telingaku dengan headseat. Hingga tak sadar jika ada seseorang yang duduk disebelahku. Akupun sudah tak terlalu mendengar suara teriakan Vita yang tadi masih bisa terdengar saat Aku memakai headseat.

"Kok lo udah diam?" Aku bertanya pada Vita sambil melepaskan headseat ditelingaku. Vita hanya menatapku dengan senyuman. Aku semakin menyerit bingung seolah bertanya kenapa?. Dia kemudian menunjuk kearah sebelahku. Sontak membuatku mengalihkan pandanganku kearah yang dia tunjuk. Betapa terkejutnya Aku sudah ada seseorang disana. Seseorang yang sudah beberapa hari ini dekat denganku.

"Adrian? Ngapain?" Tanyaku bingung.

"Lagi nunggu" Ucapnya singkat. Adrian mengalihkan pandangannya kelapangan. Aku masih saja menatap kearahnya.

"Nunggu apa?"

"Gak liat ya gue lagi pakai baju futsal" Sontak membuatku memalingkan mata kebaju yang sedang dia pakai.

"Ikut futsal juga?"

"Menurut lo?"

Aku hanya menatapnya kesal. "Apa salahnya sih jawab Iya Narra" pikirku. Kemudian Aku mengalihkan pandanganku kedepan. Aku kembali menyumbat telingaku. Mengacuhkan orang yang disebelahku.

Aku meliriknya dari ujung mataku. Dia menatap kearahku. Merasa diperhatikan. Sejenak Aku kembali menatapnya. Lalu kembali menatap kedepan.

"Lo kenapa?" Dia melepaskan headseat yang ada kupakai. Aku menatapnya bingung.

"Kenapa apa?"

"Gapapa"

Aku kembali mendelik kesal. Aneh memang. Dia memang aneh. Sungguh mengesalkan kadang berbicara dengan laki-laki yang disebelahku ini. Aku ingin kembali memasang headseat. Namun, terhenti karena tiba-tiba dia menahan tanganku.

"Jangan dipasang lagi" Aku kembali menatapnya saat dia berbicara.

"Kenapa?"

"Nanti lo budeg"

Aku menatapnya tajam. Menatap dengan penuh permusuhan. "Musnahkan cowok seperti ini Tuhan" ujarku dalam hati. Seakan tersadar dengan ucapanku. Aku kembali berkata dalam hati "Eh jangan. Nanti Aku gabisa liat dia"

Untuk menghilangkan rasa kekesalanku padanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Kemudian kembali menatap kedepan.

"Gue tanding dulu" ujarnya padaku kemudian beranjak dari duduknya. Aku hanya menatapnya diam. "Lo tunggu disini sampai gue selesai" sambungnya lagi. Tanpa menunggu jawabanku. Dia langsung bergegas lari kelapangan. Aku hanya bisa mendengus kesal menatapnya yang semakin menjauh.

"Ih ngeselin banget sihhh" Teriakku kecil sambil menghentak-hentakkan kaki. Tersadar dengan deheman seseorang disebelahku. Aku pun menatapnya. Vita masih disebelahku.

"Udah makin dekat aja nih" Vita menampilkan senyum menggoda kearahku. Aku hanya memutar bola mataku malas.

"Apa sih Vita. Udah deh ya jangan senyum kaya gitu. Geli gue liatnya"

"Lo suka kan sama dia?"

"Engga" Vita menatapku penuh selidik. Seolah tak percaya dengan jawabanku dia kembali berkata "jangan bohong".

Aku hanya diam menatapnya. Tak berniat menjawab pertanyaannya. Aku menatap kearah lapangan saat ini. Aku melihat pertandingannya sudah mulai. Aku memusatkan mata pada sosok yang sejak tadi membuatku kesal. Adrian.

Aku terus saja melihatnya dari tempat duduk penonton. Dia sangat fokus bermain. Aku memperhatikan cara bermainnya. Sepertinya dia ahli dalam bidang ini. Terlihat saja dari lihainya dia sejak saat bermain.

"Gitu banget liatin cowoknya" Sebuah suara sontak membuatku terkejut. Aku menatapnya kesal.

"Diam deh ya Vit"

"Ohh jadi gabisa diganggu ni? Oh iya kan lagi fokus natap cowoknya" Mendengarnya Aku seakan ingin menyumpal mulutnya sekarang juga. Namun, seolah sadar Aku akan berbuat sesuatu padanya dia segera berlari kearah Fino. Dipinggir lapangan.

Aku hanya menghela nafas kasar. Saat Vita sudah pergi Aku kembali melihat kearah lapangan sejenak. Kemudian menyibukkan diri pada ponselku. Membuka beberapa aplikasi yang bisa menghibur.

Tak lama terdengar suara peluit. Menandakan pertandingan selesai. Sontak membuat Aku kembali menatap lapangan. Aku melihat para pemain baru sudah memasuki lapangan.

Seketika mataku menangkap seseorang berjalan mendekat kearahku. Dengan peluh didahi. Dia duduk disebelahku. Aku hanya menatapnya diam. Seolah tau sedang diperhatikan. Dia menatap ku juga.

"Udah siap?" Tanyaku.

"Udah"

Aku hanya mengangguk mengerti mendengar jawabannya. Lalu kembali memusatkan pandangan kebawah. Pada ponsel digenggamanku. Aku merasakan pergerakan dari sebelahku. Dia beranjak dari tempatnya. Aku mendongak menatapnya.

"Ayo pergi" Ucapnya padaku yang masih sedang menatapnya.

"Kemana?" Aku menatapnya bingung.

"Ikut aja dulu" Setelah mengatakan itu kemudian dia berjalan meninggalkan Aku yang masih menatapnya bingung. Seakan tersadar Aku pun berlari mengikutinya. Dia berjalan kearah kelas XI IIS 4. Sesampainya didepan kelas dia memasuki kelas. Aku hanya menunggunya didepan kelas. Dia kembali dengan sebuah tas ditangannya.

"Tunggu disini bentar" Ujarnya kemudian dia berlalu meninggalkanku. Aku hanya diam dan mengikuti ucapannya saja. Aku pun duduk didepan kelas.

Tidak lama Adrian kembali dengan baju yang telah berganti. "Ohh ganti baju toh" ujarku dalam hati. Dia berjalan mendekat kearahku.

"Ayo" Ujarnya. Aku hanya kembali mengikutinya saat mendengar ucapannya. Walaupun rasa ingin bertanya padanya sangat besar. Namun, Aku urungkan saja. Karena Aku tahu apa yang akan dia katakan nanti. "Ikut aja" begitu katanya.

Aku terus mengikutinya dari belakang. Ternyata keparkiran. Dia mulai memasuki mobilnya. Namun, Aku hanya berdiri diam menatapnya disamping mobil. Tiba-tiba kaca mobil turun dan memperlihatkan dia didalam.

"Ayo masuk" Aku hanya diam kemudian masuk sesuai perkataannya. "Kenapa gak langsung masuk?" Sambungnya lagi saat melihat Aku sudah masuk kedalam.

"Kan tadi gak bilang" Dia hanya menatapku kemudian kembali mengalihkan pandangan kedepan. Tak lama dia pun menjalankan mobilnya. Aku pun tidak tahu kemana.

Matchalatte (SUDAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang