Prolog

7.6K 274 1
                                    

Manusia tidak tau diri
Dikasih hati malah minta jantung

Senyum sinis melengkung dibibir Elang yang berwarna hitam pekat. Nalurinya sebagai pebisnis handal sudah teruji bertahun-tahun. Dia bisa tahu mana yang jujur dan mana yang penjilat. Mana yang menjual barang dan mana yang menjual diri.

Well, uang memang bukan segalanya. Tapi untuk melakukan segalanya butuh uang. Tidak heran banyak Serigala jadi-jadian didunia bisnis. Yang tidak halal saja banyak diterobos, apalagi yang halal, habis dikejar.

"Aku jamin, dia tidak akan berani macam-macam. Cukup nikah siri. Setelah bosan, kau bisa membuangnya."

"Apa gadis itu benar-benar sepadan dengan 10 milyarku, Panji?"

"Tentu saja. Senja membesarkannya dengan baik. Tidak hanya cantik, tapi dia juga pintar dan menawan." sahut Panji, menyakinkan. "Oh ya jangan lupa, 10 milyar dan kontrak eksklusif brand ambasador perusahaanmu untuk Aster."

"Tanda tangani saja kontraknya." Elang memberi isyarat pada Tomi untuk menyerahkan surat perjanjiannya pada Panji. Sudah malas untuk basa basi.

Perjanjian awal hanya suntikan dana sebanyak 10 milyar dan satu kontrak tender perusahaan. Tapi tiba-tiba saja Panji meminta kontrak eksklusif brand ambasador perusahaan Elang untuk Aster, anaknya. Aster model yang masih meniti karir, yang masih kalah jauh jam terbangnya dengan model terkenal lainnya. Tentu saja dengan menjadi brand ambasador perusahaan terkenal, karir Aster akan melesat naik.

"Senang berbisnis denganmu, Mahardika!" Selesai tanda tangan, Panji mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, tapi tak ditanggapi oleh Elang, hanya dilirik sebelah mata saja.

"Pergilah." Elang langsung mengusirnya.

"Baik. Permisi dan selamat siang." Panji dengan kikuk bergegas keluar dari ruangan Elang.

"Selidiki gadis bernama Tari itu." Elang langsung memerintah Tomi untuk menyelidiki Tari, gadis yang sudah 'dijual' Panji padanya.

"Baik, tuan." Tomi mengangguk lalu meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah Elang.

Sebenarnya Elang bisa dengan mudah menolak atau mengakuisi perusahaan Panji, toh itu hanya perusahaan kecil yang sudah turun temurun dikelola oleh keluarga Panji. Apalagi perusahaan itu sedang colaps karena banyak hutang dan skandal korupsi di manajemennya. Tapi Elang menjadi tertarik saat Panji menawarkan seorang gadis padanya. Rupanya Panji tahu Elang sedang mencari istri simpanan yang bisa dipakai kapan saja lalu dibuang begitu saja jika sudah bosan. Istri simpanan yang bersih, masih perawan dan berasal dari keluarga baik-baik. Gayung pun bersambut. Elang setuju untuk memberi suntikan dana pada perusahaan Panji secara cuma-cuma. Anggap saja uang 10 milyar itu untuk buang sial.

Dari kantor Elang, Panji mengemudikan kendaraannya menuju rumah Senja. Tidak seperti rumah utamanya yang terletak dipusat kota, rumah Senja justru berada di daerah pinggiran kota, dekat dengan pemukiman padat penduduk. Rumah itupun tidak mewah, hanya rumah tua yang sederhana namun memiliki kebun yang cukup luas. Biasanya Panji mendatangi Senja sebulan sekali atau kalau sedang bertengkar dengan Mawar. Penduduk setempatpun sudah biasa melihat Panji dirumah Senja, karena mereka tahu kalau Senja adalah istri siri Panji.

Kedatangan Panji disambut gembira oleh Senja. Tapi kegembiraan itu sirna saat Panji memberikan salinan kontrak pernikahan antara Elang dan Tari. Senja membacanya dengan tangan gemetaran.

"Jadi istri simpanan??!!" Senja shock. Kontrak itu dilemparkan Senja ke atas meja begitu saja.

Tiba-tiba dadanya terasa sakit dan sesak. Tidak ada angin tidak ada hujan, Panji datang membawa kontrak pernikahan untuk Tari. Walaupun dinikahi secara siri, tetap saja status Tari dimata masyarakat adalah istri simpanan. Status yang selama ini disandang Senja.

"Tega kau, Mas!!" Senja langsung menjerit histeris. "Kau tidak bisa memutuskan hidup Tari begitu saja. Kau tidak berhak!"

"Anggap saja kalian membayar jasaku selama ini." ujar Panji, datar.

"Brengsekk!!" Prangg! Vas bunga di meja langsung melayang ke Panji, jatuh berkeping-keping. Perlahan kening Panji mulai berdarah. "Jasa apa?! Aku ini istrimu!! Apa aku tidak berhak mendapatkan nafkah darimu?! Apa aku salah menggunakan nafkah darimu untuk menghidupi anakku?!"

"Dia anakmu, bukan anakku." desis Panji, penuh kebencian. "Dia hanya anak haram dari para bajingan itu."

"Masss?!!" Senja semakin marah. Tak terima jika kelahiran Tari diungkit lagi. Meskipun Tari adalah benih yang tumbuh dari pemerkosaan yang dialami Senja, tapi itu tidak merubah kenyataan kalau Senja adalah ibu kandungnya. Selama 9 bulan Senja mengandungnya. Selama itu pula Senja harus keluar masuk rumah sakit karena mengalami depresi dan kekurangan gizi. Tapi ketika bayi itu terlahir, Senja begitu menyayanginya. "Aku yakin kau sengaja melakukannya pada Tari, Mas. Bisa saja Aster yang terpilih, tapi karena dia anak kandungmu, kau urung melakukannya. Pasti seperti itu kan, Mas?"

"Aster masih muda, masa depannya masih panjang, karirnya baru saja dimulai."

"Apa bedanya sama Tari, Mas?! Tari juga masih muda, masa depannya masih panjang dibanding harus jadi istri simpanan!"

"Sudah, terima saja, toh ini juga menguntungkan kalian." elak Panji, menganggap kemarahan Senja hanya angin lalu. "Aku menikahkannya dengan orang paling kaya, dia tidak akan rugi. Walaupun hanya jadi istri simpanan, dia akan hidup nyaman dan terjamin selamanya. Kau pun tetap bisa hidup enak dan tidak terus-terusan menjadi parasit."

"Kau kejam, Mas!" Airmata Senja jatuh berderai. Kata-kata Panji begitu menyakitkan. "20 tahun, 20 tahun kita berumahtangga dan kau hanya menganggapku parasit? Dimana semua pengorbanan yang telah aku lakukan untukmu selama ini, Mas? Dimana?!"

Panji hanya diam. Tak bisa memungkiri kenyataan yang sudah terjadi selama 20 tahun ini. Senja selalu menemaninya disaat-saat tersulit. Selalu sabar dengan semua penghinaan dan caci maki dari keluarga besarnya. Bahkan Senja dengan ikhlas mengijinkan Panji menikahi Mawar secara hukum, dan membiarkan status dirinya tetap menjadi istri siri selama puluhan tahun.

Tapi keadaan perusahaan benar-benar sedang sulit. Jika tidak mendapat suntikan dana dalam waktu cepat, perusahaan akan bangkrut. Jadi begitu ada kesempatan, Panji langsung mengambilnya, meskipun kesempatan itu harus dibayar dengan sebuah kontrak pernikahan.

"Aku tidak akan membiarkan Tari menderita, Mas! Dia anakku! Meski aku harus mati atau bahkan menjadi jalang untuk membayarmu, aku tidak peduli!" teriak Senja, menatap nyalang pada Panji. "Detik ini juga, talak aku, Mas! Talak akuu!"

"Kau...?"

Panji sudah menduganya, tetap saja permintaan Senja membuat Panji kaget. Disisi lain, Panji belum bisa melepaskan Senja, setidaknya sampai pernikahan itu terjadi dan perusahaan mendapat suntikan dana. Terlalu riskan kalau ia harus melepaskan Senja sekarang. Sementara untuk menggantikan Tari dengan Aster, Panji tidak rela. Aster adalah putri kandungnya. Panji tidak rela masa depan Aster hancur di usia muda karena menjadi istri simpanan.

"Tenang saja, aku akan menalakmu setelah pernikahan Tari dilaksanakan."

"Brengsek kau, Mas!!!"

"Pria brengsek inilah yang selalu kau cintai. Salahmu sendiri." ujar Panji, diingin.

"Masss??!!"

Panji meninggalkan Senja begitu saja diruang tamu.

"Aakhh..." Rasa sakit itu semakin menghimpit. Sekuat apapun Senja meremas dada menahan sakit, rasa sakitnya semakin kuat mencengkram jantungnya. Brugh! Senja pun terjatuh tak sadarkan diri.

"Astaghfirullahalazim! Bu Senja?!" seru Mang Darman yang baru muncul. Mang Darman kaget melihat Senja yang tergeletak dilantai. Pantas saja perasaannya tidak enak saat melihat Panji keluar rumah dengan wajah masem dan langsung pergi begitu saja, padahal Panji baru sampai. "Bertahanlah bu." Dengan hati-hati Mang Darman menggendong Senja untuk dibawa ke rumah sakit.

🦋

PETUALANGAN ISTRI KETIGA (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang