Laras Sada bercita-cita hidup tenang, sendirian...selamanya, kalau bisa. Dia gak butuh pasangan dan cerita romantis lagi. Pekerjaannya yang sibuk sebagai Manajer Reservasi di Hotel Stanna membuat hidupnya yang soliter terasa seimbang. Dia punya dua...
Sabtu pagi libur itu...surga buat orang-orang yang kerja di hotel. Apalagi kalau hotelnya di Bandung. Bisa dipastikan occupancy tinggi, banyak yang minta early check-in dan late check-out. Singkatnya, stressful. Secara mengejutkan, bulan ini aku dapat dua kali libur wiken. Which is jarang banget sejak aku jadi Manager Reservasi. Tapi semua anggota timku memang lumayan kompak dan efektif. They handle everything perfectly.
Sepanjang pagi aku packing, lalu bermalas-malasan di halaman paviliun yang kecil tapi bermandikan sinar matahari. Berjemur pakai kaos dan boxer di atas bantal besar, baca Call Me By Your Name, dan membayangkan lagi di Italia. This book is really good. I love it instantly.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Habis itu, aku buat makan siang. Karena masih belum pengen makan pedas, jadilah tumis kangkung telur puyuh dan udang goreng mentega, plus tempe mendoan. Selesai, aku bagi dua, satu buat bekal di jalan bareng Dalin.
Dalin ini seru kalau traveling bareng, tapi, dia gak bisa di mobil kelamaan. Bandung-Jakarta masih oke. Lebih dari 5 jam, resenya kaya bocah hiperaktif diajak mudik. Rempong. Salah satu cara biar dia sedikit terhibur adalah dengan bawa bekal makanan!
Saat mau makan banget, tiba-tiba telpon bunyi. Ah. Speaking of the devil, it's her. Hari ini dia jadi bridesmaid salah satu teman di RS, jadi rencananya kalau dia udah beres, aku jemput dan kami langsung cabs.
"Yoooo..." "Ras. Lo gausah jemput Prama." Dalin berkata, tegas. "Heh?" "Gue mau jemput dia sendiri. Lo gak usah ikut, please..." Lah. Lah. Tapi yang janjian sama Prama kan...aku.
"Kenapa?"
"Gue mau jemput dia sendirian. Gue beneran harus tau kenapa dia ghosting gue... Kalau ada lo, dia pasti bakalan gampang berkelit dan ngajakin lo ngobrol... Trus tau-tau kita bertiga normal lagi seperti biasa. Ini udah berkali-kali kayak gini, dari jaman SMA dulu. Gue mesti ke sana sendiri. Dia nyampe jam berapa sih?" True. Kuingat, Prama memang beberapa kali menghindari Dalin. Biasanya gara-gara mereka berantem over silly things.
"Jam 5 pagi. Pake KLM. Terminal 3."
"Oke. Gue mau ke Jakarta, sendirian. Jangan bilang Mande, jangan bilang Prama juga."
"Pake apa?" "Pake mobil. Nanti kita langsung balik ke rumah lo, janji.Please, back me up on this!"
Aku menarik nafas dalam-dalam. My feisty Dalin and her impulsive acts. "Yaudah tapi lo hati-hati... Gue mau dikabarin pas lo berangkat, di rest area, nyampe Jakarta, nyampe hotel." tegasku.
"Oke. Kalau Prama ngabarin lo, kasihtau gue ya." "Will do." "Thanks ya Ras. I'll keep you updated."
Dah. Gitu aja, batal semua rencana. Menyebalkan. Aku melanjutkan makan sambil meneruskan baca buku.
***
Sisa hari, aku habiskan dengan mengirim makan siang untuk Tian (at least he'll eat them happily), membersihkan paviliun, nyuci, nyetrika dan tidur siang. Aku kebangun gara-gara telpon, kupikir Dalin, ternyata Tian.