Clarity and Jealousy

18K 2.7K 48
                                    

Good news. Tugas baruku di Stanna gak membutuhkanku buat ngrupyekin detail-detai financial report (yang tentunya kerjaannya Finance Manager, duh!). Lebih ke analisis dan kasih insight dalam financial controlling untuk laporan aja.

Bad news. I am suck at that, as well.
Untuk bisa periksa, apalagi analisis, tentu kita harus bisa tahu mana yang benar dan salah.

Better news. Orang dari Stanna Santorini, adalah orang yang sangat kompeten dan sabar ngajarin aku. Namanya Blair, yang adalah Finance Director Stanna International. When you're a director, you're practically can work anywhere in the world. She chose Santorini.

Worse news, Jakarta 4 jam lebih cepat dari lokasinya Blair. Training hari pertamaku dimulai jam 13 siang, dan baru selesai jam 21 malam. Aku nongkrong berjam-jam di depan monitor dalam ruangan tertutup di salah satu working space: mendengar penjelasan, bikin tugas, tanya-jawab via videocall... Gak perlu dijelaskan gimana malam ini aku balik hotel dalam keadaan super teler. I don't do well with screens, even with my reliable glasses.

 I don't do well with screens, even with my reliable glasses

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The worst?
Tian malah kerjanya 18 jam sehari. It's impossible to squeeze anything between our crazy schedule.

Aku sudah nyaris tidur lelap, saat dia video call tengah malam.

"Howdy!" sapanya ceria. Jam 23.30 dan dia terdengar semangat, kelihatan cakep dan segar-segar aja. Heran. Dunia gak adil.
"Yan. Hai..."

"Aku baru selesai mandi, mau tidur sekarang nih, karena crewcall-ku jam lima pagi. Besok kamu jam berapa?"
"Mmm...jam 13 baru mulai sih. Aku berangkat dari hotel jam 11.30an deh." jawabku, sedikit bergidik ingat jalanan macet setiap saat.

Pembicaraan membosankan terkait jadwal berlangsung beberapa menit, tapi akhirnya ada titik terang kapan kami bisa meet-up.
Dia mau ngajakin aku pergi hang-out sama teman-teman yang kerja bareng dia di Chasing Chessy. Aku agak sedikit ragu-ragu, tentu saja.
Nongkrong sama circle sendiri aja aku malas, apalagi orang-orang baru yang belum kukenal dekat. But he insists.

"Sebentaaaaaaar...aja. Habis itu kita bisa dinner beneran atau nonton atau main bowling..." ia membujuk.
"Fine." aku menyerah.
Rabu jadwalku harusnya cuma review semua pelajaran sebelum dites sama Blair dan mestinya sore-sore sudah selesai.

"Kamu capek banget keliatannya..." Tian menguap.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang