Aku terbangun saat sinar matahari sudah mengisi apartemen Tian dengan cahaya. Lengan Tian masih melingkari tubuhku, nafasnya yang teratur menyapu leherku, hangat. Saat aku bergerak bangkit, ia membuka mata sesaat, sebelum kembali tidur dengan berisik.
Memanfaatkan momen, aku lari ke kamar mandi, menyalakan shower panas dan mandi kilat. Setelahnya, aku memakai pakaianku semalam, menyambar ponsel dari tas dan memesan Grab-car. Lalu pergi ke kulkas, menemukan beberapa telur, keju, tomat, paprika. Aku membuat fritatta untuk Tian. P
15 menit kemudian, aku sudah di jalan menuju hotel tempat Dalin menginap.
***
"You're a bad, bad girl." adalah komentar pertama Dalin saat menjemputku di lobby. Ia memakai piyama dan sweater, dan terlihat kaya orang habis begadang yang super grumpy.
Aku cuma bisa nyengir. Aku gak bisa menyangkal apapun. I was really, really bad.
Saat bangun, aku baru ngeh kalau Dalin dan Prama menghubungiku sepanjang malam karena khawatir. Mereka baru sadar kalau aku pergi sama orang random yang gak dikenal, di kota lain pula. Saat aku gak menjawab, chat di grup makin panik. As always, aku mengabaikan ponselku di dalam tas sampai tadi pas mau pesan jemputan.
"Lo tidur di mana? Kenapa Bastian gak anter lo? Kenapa kalian berdua gak ada yang jawab telpon gue semaleman?"
"Di tempat dia. Gue balik sendiri pake Grab. Dia belum bangun, dan gue pengen balik bareng kalian pagi-pagi ke Bandung." dustaku. Untung Dalin lagi sibuk nempel-nempelin room keycard ke sensor di lift. Dia bisa tahu aku bohong hanya dengan sekali lirik.
"Gue sama Prama gak bisa tidur semaleman gara-gara kepikiran lo tau gak sih..." sahabatku tersayang ini memicingkan mata.
"Lah kan kalian berdua yang nge-ditch gue di bandara..." jawabku, sengaja bikin Dalin ngerasa bersalah.
"Iya tapi kan kaya 15 menit doang kita sadar trus telponin kalian. Gak dijawab! Semua chat gak dibaca. Gimana coba?"
Dia tuh gak ngeh kalau kita semua adalah manusia-manusia dewasa mandiri thirty-something ya. Tapi aku memutuskan untuk diam. Dalin masih cuekin aku sampai kami masuk kamar. Prama lagi mandi.
Aku pinjam baju bersih dan ganti baju. Lalu menarik Dalin ke salah satu tempat tidur twin yang terlihat gak terlalu rapi, kutebak semalam Prama yang tidur di sini.
"Jadi...semalam lo berdua gak ngobrol? Or more?" tebakku.
"Ngobrol. Ya tapi bukan tentang gue sama dia. Kami berdua panik karena lo ngedate lagi tanpa bilang-bilang, tiba-tiba jemput ke Jakarta, tau-tau dibawa pulang ama cowok. Dan cowoknya tuh Bastian Sahala..."Aku nyengir lagi. Kalau kuceritakan tentang perjanjian kami sebelumnya, gak sengaja nginep bareng di RS, dan apa yang kulakukan semalam... Mungkin aku bakalan betulan didamprat sama Dalin.
"Lo bahkan masuk akun gosip tau gak sih. Semalem. Langsung. Meski untungnya gak ada yang tau lo siapa..." tambah Dalin, mengambil ponsel dan memperlihatkan foto dari instagram akun gosip terkenal yang suka julid ekstrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Romanzi rosa / ChickLitLaras Sada bercita-cita hidup tenang, sendirian...selamanya, kalau bisa. Dia gak butuh pasangan dan cerita romantis lagi. Pekerjaannya yang sibuk sebagai Manajer Reservasi di Hotel Stanna membuat hidupnya yang soliter terasa seimbang. Dia punya dua...