Back to life, back to reality.
Setelah masa libur yang mirip roller-coaster, mulai masuk UGD, menemukan kedua sahabatku saling jatuh naksir, sampai one-night-stand sama orang ganteng, aku sedikit mendambakan hari-hariku di tempat kerja. It's like my safe haven. Nothing extraordinary will happen in Stanna....or so I thought.
Saat Blanc ngobrol denganku di telepon beberapa hari lalu, berniat gosip tapi gagal karena kendala bahasa, dia menyebutkan sesuatu tentang Stu, GM kami. Hari ini di rapat, aku jadi satu-satunya yang gak akting kaget saat ia mengungkapkan kalau dirinya adalah pemilik Stanna group.
Reaksi pertamaku adalah, "PANTESAN DIA MAGABUT!" karena sejak Stu jadi General Manager, semua kerjaannya tuh gak ada yang bener. Dan tebak siapa yang paling terdampak? Aku. Me. Moi. Yupsie. Selain urusan anggaran, basically semua hal terkait operasional sampai staff, diteruskan padaku, sebagai karyawan senior yang meniti karir dari resepsionis sampai manajer.
Stu dan dua partner pemilik Stanna Group memang sengaja undercover di beberapa tempat karena pengen GM selanjutnya gak lagi cabutan, katanya. Normal banget memang turn-over karyawan di perusahaan perhotelan. Aku mengangguk-angguk mengagumi ide sedikit sarap dari bos (besar) kami satu ini.
"Dan per bulan besok, saya gak akan lagi menjabat jadi GM di sini. Selanjutnya, saya akan menyerahkan Stanna Bandung pada Nona Laras, Manajer Reservasi terbaik yang pernah saya temui..."
WHAT?
Aku mangap, menjatuhkan pensil yang sedang kugigiti, sementara semua orang di sekitarku bersorak sambil bertepuk tangan. Aku melihat sekeliling dengan bingung."Congratulations. You're being promoted!" Stu berkata padaku, menyalami dengan tangannya yang besar. Aku menerima jabatannya, masih gak percaya. Waow. 32 years old and already a GM. A female one!
Perlahan-lahan, rasa gembira menyelimutiku. I did it!***
Selesai ngobrol dengan Stu dan Belinda dari HR Stanna pusat, aku berlari ke ruang locker. Mengambil ponsel dan menelpon Agas.
Kakakku lelaki ini kerjanya santai, dia buka biro arsitek bareng teman-teman kuliahnya. Dia mengangkat panggilanku di nada tunggu ketiga.
"Agas. Aku dapat promosiiiii!" seruku tertahan.
"Woooow, Laraaas, selamaaaaat! Jadi apa? Manajer senior?"
"Nope. I'm a GM, broooooo!"
"WHAAAAAATTTTTT?!"
Kami ngobrol bersahut-sahutan, lalu janjian untuk ketemuan sore ini di rumahku, bareng Dalin dan Prama sekalian.
"Bawa Ika sama Tessa juga ya!" tambahku, menyebut nama istri dan anaknya Agas.
"Siapppp..."Selanjutnya adalah Dalin dan Prama, yang sama excitednya denganku, dan langsung menyanggupi datang. Lalu... Aku berpikir-pikir untuk menghubungi satu nama yang seminggu terakhir sering banget muncul di ponsel dan pikiranku. Tian.
Sejak aku pulang ke Bandung, dia tampaknya menjaga jarak. Well. I don't blame him. Terakhir ngobrol, aku ngabarin sudah di Bandung, dan Tian cerita singkat kalau manajemennya minta dia stay di Jakarta dulu untuk mengurus sesuatu terkait foto-foto candid di bandara denganku. Dan, blank. No phonecalls, videocalls, not even chat.
Kupikir dia gak mau diganggu, jadi ya sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
ChickLitLaras Sada bercita-cita hidup tenang, sendirian...selamanya, kalau bisa. Dia gak butuh pasangan dan cerita romantis lagi. Pekerjaannya yang sibuk sebagai Manajer Reservasi di Hotel Stanna membuat hidupnya yang soliter terasa seimbang. Dia punya dua...