DTR

17.2K 2.8K 50
                                    

"I'm not doing this with you." adalah kata-kata yang kuucapkan saat Tian membuka pintu mobil. It's raining hard. Hujan turun deras di tengah perjalanan barusan.

"Turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Turun." Tian berkata tegas, mengulurkan tangannya. Aku masih gak bergerak, sampai akhirnya dia menarikku berdiri, keluar dari mobil, dan setengah menyeretku masuk ke gedung apartemennya.

Makan malam kami gagal total. Semua makanan buatan Sam, dibungkus. Tian bahkan gak ngerasa perlu pamitan. Sam melambaikan tangan sambil tersenyum lebar dan mengangguk. Jelas banget kalau dia cukup kenal, tahu dan paham kelakuan Tian.

I hate him already when we're driving to his house without any words. I know he's mad at me as well. Udah lama banget aku gak ngerasa begitu banyak perasaan negatif pada satu orang, di satu waktu yang bersamaan.
Kami sama-sama basah kuyup di dalam lift, masih diam-diaman. Mencuri pandang bayangannya yang terpantul di dinding, aku makin sebel. Dia tampak seperti model yang sengaja basah-basahan biar seksi, sementara aku kelihatan mirip orang kena prank kecebur kolam renang.

Tian membuka pintu apartemennya, tatapannya super galak, bikin aku masuk tanpa protes. Aku melepas sepatu dan menyimpan totebag di gantungan sementara ia masuk ke apartemennya yang masih gelap.

I know, sooner or later, we gotta do the talk. Tapi aku gak pengen sekarang--pas kami sama-sama lagi kesel, di tempat Tian pula! Gak netral banget. Walaupun jelas, gak mungkin di Nummy yang adalah tempat umum. Dan gak mau juga di kamar hotelku. Tuh kan. Mikir 'kamar hotel' dan Tian dalam satu kalimat, otakku tuh udah pervert banget.

Tian nyalain lampu, dan menghampiriku. Masih cemberut, tapi sudah ganti pakaian rumah, dan dia bawa handuk yang lantas dipakainya untuk mengeringkan kepala basahku.
"Aku simpan baju ganti kering di kamar mandi. Kamu mandi duluan, pakai air panas, ya. Aku siapin makanan." ia berkata. Judes sih, tapi sukses banget bikin kekesalanku berkurang 85% lah.

Oh, it's gonna be a hard night.

***

He got me a pajamas. It's oversized, but feels so warm and cozy. Sial. Aku udah gak ngambek sama sekali saat keluar kamar mandi, dan melihat Tian duduk di kursi depan meja makan.
Ia memandangiku, sampai aku duduk di hadapannya. Semua makanan take-away sudah tersaji rapi di meja.

"Aku mau mandi dulu. Kamu tungguin aku, kita makan bareng."
I realized his voice is getting softer. Aku mengangguk, dan Tian beranjak ke kamar mandi.

Aku berjalan ke tote bag-ku, ngambil handphone...sesuai dugaan, ada banyak chat: dari Dalin, Prama, nomor baru yang ternyata Uli, Ika, Fitra dan tentu saja grup kerjaan. Besok aku mesti conference call jam 8 pagi, alasan tepat untuk tetap balik ke hotel malam ini.

Prama kena panic-attack mikirin mesti bawa apa aja ke rumah Dalin, Sabtu besok. Dalin gosip soal teman SMA. Fitra forward laporan mingguan. Dan Ika... Selain foto Tessa, dia kasih link dari instagram.
Sesuai dugaanku (dan Uli), isinya adalah Tian dan Della lagi tatap-tatapan di acara tadi sore, lalu ada pas mereka cipika-cipiki dan tentunya satu foto dengan angle yang bikin mereka tampak super dekat.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang