8. Jalan 1

59 13 0
                                    


Happy Reading

◽◽◽

Matahari terbit dari arah timur. Sinarnya menembus jendela kamar seorang gadis yang sudah terbangun dari tidurnya. Ia membuka jendela kamarnya agar udara masuk. Dihirupnya udara segar itu lewat balkon kamar.

Suasana pagi  seperti ini adalah hal yang paling
ia sukai, yang paling ia nantikan. Udara segar tak ada polusi dan sunrise yang indah dari balkon kamarnya.

Hari Sabtu telah tiba, banyak orang menyukai hari Sabtu. Alasannya satu, libur. Tapi tetap saja, mau libur pun, bagi anak sekolah, tetap saja ada tugas.

Selesai menikmati udara pagi lewat balkon nya, Fia masuk ke dalam kamar. Ia menyiapkan baju dan melaksanakan ritual mandi nya. Tak banyak waktu ia gunakan untuk mandi, sekitar dua puluh menit-an Fia keluar dari kamar.

"Tuh 'kan, masih sepi." 

Saat berjalan di tangga, tiba-tiba Reza juga ikut berjalan disebelahnya  dengan pakaian olahraga rapi. Dia melewati langkahnya dan segera di susul kembali oleh Fia.

"Eh, ada yang udah bangun nih. Bau-baunya udah mandi, udah rapi, pake sepatu, dan perfect. Mau ke mana, Kak?"

Fia berputar memutari Reza, kakaknya itu memang sudah rapi. Tak beda dengan Fia, hanya saja ia dengan pakaian rumahannya. Sedangkan Reza seperti akan bepergian.

"Lo ngapain sih kek gitu, dek? Kepo banget lagi, nanya-nanya."

"Biarin, mau ke mana, Kak?"

"Mau jogging bareng Raya. Gak usah ikut ya, jujur aja sih bakal ngeganggu kalau lo ikut."

"Jangan gitu lah, Kak. Gue ikut ya, sampe ujung komplek kok. Mau sarapan."

"Hm, gimana ya?"

Reza tampak berpikir, lelaki itu sudah berdiri di dekat pintu rumah. Ia menatap adiknya yang memohon dengan puppy eyes nya. Apa semua perempuan kalau lagi mohon kayak gini ya? Pikir Reza.

"Nanti gue baliknya sendiri kok, asalkan 50 ribu, sini."

Fia terkekeh sebelum Reza protes.

"Ih apaan, kok gitu."

"Buat beli sarapannya, Kak, sama ongkos pulang. Masa tega sama adik sendiri."

"Yaudah ayok lah, kasian gue sama lo."

"Gak perlu dikasihanin juga. Ayok!"

Fia menarik tangan kakaknya dengan cepat.

Selang beberapa menit,  Fia diturunkan di ujung komplek oleh kakaknya. Dengan mengantongi uang lima puluh ribu, Fia mendekat ke tukang bubur yang memangkal di ujung komplek setiap pagi. "

"Bang, bubur ayamnya 1 dimakan disini ya." 

"Siap! Saya 'kan cuma jualan bubur ayam doang. "

"Iya, Bang, saya tau."

Fia memperhatikan penjual bubur itu membuat pesanan nya. Dari menaruh bubur dari wadah besar ke mangkuk, sampai menaruh ayam beserta yang lainnya di atas bubur itu.

See You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang