24. Sakit

55 12 1
                                        

Happy Reading

◽◽◽

Terik matahari saat ini tidak mengganggu aktivitas sepasang pasangan yang baru meresmikan hubungan nya empat hari yang lalu. Di usia itu, hubungan mereka masih sangat baik-baik saja. Ada sedikit rasa gugup dan malu saat bersama, tapi itu wajar.

Memilih bersama, itu keputusan mereka berdua. Tak ada yang menyulitkan, di antara keduanya sudah saling mencintai.

"Besok mau nonton nggak?"

"Di bioskop?"

Tanya balik Fia sembari membuka helm yang ia pakai.

"Bukan, mau nonton pertandingan futsal nggak? Kayak dulu itu pas di GOR."

"Oh, iya tau. Besok banget nih?"

"Kalau nggak sama kamu sih aku palingan ngajak tiga temenku itu. Tapi, gak asyik lah sama mereka."

Fia mengerutkan keningnya, menatap kekasihnya penuh tanya.

"Tapi sama aku pun kayaknya gak asyik deh, Kak. Aku gak paham permainan nya soalnya."

"Gak masalah kamu gak paham. Yang penting aku nonton nya di temenin kamu."

"Ya masalah dong, nanti giliran kamu nonton, aku di cuekin."

Dion menahan senyumnya. Gemas sekali rasanya, berada di dekat Fia membuat nya selalu merasa gemas. Seperti beberapa hari lalu.

Bagaimana tidak gemas, ia menelepon pagi hari niatnya hendak membangunkan tidur gadis itu. Namun, meski mengangkat telepon itu, Fia bicara melantur, tak sadar siapa yang menelepon nya.

"Aku jemput jam empat sore. Pulang dulu ya, istirahat sama jangan lupa makan sama minum."

Fia menganggukkan kepalanya.

"Hati-hati di jalan, Kak."

Melangkah masuk ke dalam rumah, berlama-lama di luar dengan suasana yang terik ini rupanya membuat nya kepanasan. Salah satunya haus.

Siang seperti ini, rumah nya sama sekali tak ramai. Ya, sepi. Fia yakin saat ini pasti Ibu nya tengah tertidur menemani adiknya. Reta memang di biasakan tidur siang oleh sang Ibu.

Fia berada di dapur, ia baru saja membuka kulkas dan mengambil buah kesukaan nya, buah stroberi. Lalu, ia mencuci buah itu dan memasukkan nya ke dalam blender.

Setelah ia rasa jus buatan nya jadi, ia langsung membawa satu gelas jus nya itu yang sudah di tambah es batu juga, ke dalam kamar nya.

◽◽◽

Fia manyun, melirik tajam Reza yang ada di depan nya. Ia tengah di paksa oleh Kakak nya, maka sebab itu ia kesal.

"Ayo! Cepet di minum dong, dek."

"Nggak mau, Kak. Sebesar itu gue harus minum? Gak bisa tenggorokan gue."

"Ayok lah, bisa kok."

"Nggak bisa, Kak. Itu gede."

"Di paruh jadi dua aja gimana?"

"Mana ada begitu! Nggak mau, Kak Reza."

"Yaudah gue gerus aja."

Raut wajah Fia malah semakin kesal. Bagaimana Reza bisa mengambil solusi itu? Bahkan, tanpa di gerus pun obat itu rasanya sudah pahit bagi Fia. Apalagi di gerus, tambah pahit. Ah, ia benci obat dan sakit.

See You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang