Qashaf yang melihat wajah Felisha dan mentafsir setiap bait kata-kata yang terzahir dari bibir Felisha itu , tanpa sedsr telah menitiskan air mata kegembiraan.
" Terima kasih.. "
Ujar Qashaf dengan nada suara yang perlahan dan suara ysng serak sambil tersenyum nipis melihat Felisha.
" Terima kasih , sebab ikhlas sayangkan Qash. "
" Terima kasih.. sebab sudi , untuk tunggu Qash. "
Tambah Qashaf dengan wajah yang masih tersenyum nipis. Air mata yang mengalir lembut membasahi pipinya itu dibiar bersahaja.
" Sama-sama. "
Jawab Felisha dengan suara yang serak dan perlahan sambil tersenyum nipis memandang Qashaf. Dengan lembut , air mata dipipi itu Felisha seka.
Usai itu , mereka berdua pun berpandangan mata beberapa detik sambil tersenyum nipis. Air mata yang tersisia diseka hingga kering.
Setelah mereka berdua diam hingga beberapa minit , Qashaf kembali bersuara dengan nada ceria.
" Sha.. tengok ni ..! "
Kata Qashaf yang cuba untuk menukarkan topik perbualan mereka berdua. Lalu tangan kananya diangkat hingga ke paras mukanya dan ditunjukkan kepada Felisha.
Selepas Qashaf mengatakan itu , Felisha dengan pantas merenung ke arah jari jemari ditangan kanan Qashaf.
Selang beberapa detik , segaris senyuman manis diwajah Felisha jelas terukir.
" ha.. ingat tak siapa yang pilihkan cincin nk untuk Qash dulu ? "
Soal Qashaf kepada Felisha sambil tersenyum lebar.
" Siapa yang pilihkan eh ? Sha tak ingatlah.. "
Kata Felisha dengan nada manja yang sengaja berpura-pura lupa akan gerangan siapakah yang telah memilih cincin yang berada dijari manis Qashaf itu.
" La.. tak ingat ke ? Rugi tau. Sebab... "
" Dia satu-satunya gadis yang berjaya buat Qash rasa manisnya cinta dalam diam. "
" Cinta , dari kejauhan.. yang ada cuma doa yang dijadikan jambatan pendekat raga. "
Ujar Qashaf sambil tersenyum panjang melihat Felisha.
" Amboii manisnya ayat dia sekarang ! "
Tegur Felisha kepada Qashaf sambil tersenyum lebar.
Qashaf yang mendengarkan itu lantas menjawab dengan nada ceria.
" Orang yang pilihkan cincin ni la yang ajar. "
Lalu Qashaf pun tertawa nakal sedang matanya menatap wajah Felisha yang lesu itu.
" Ha , kan bagus macam ni. "
" Korang muda lagi. Jangan emo sangat. "
" ahahahaha "
Suara Ziyad yang sengaja mengusik itu jelas kedengaran oleh Felisha dan Qashaf.
Felisha yang mendengarkan itu lantas tertunduk malu. Manakala Qashaf memalingkan wajahnya menghadap Ziyad yang sedang bersandar pada pintu itu. Segaris senyuman dikuntumkan oleh Qashaf kepada Ziyad.
Usai itu Ziyad lantas menyusun langkahnya mendekati Felisha. Disamping Felisha , Ziyad melabuhkan dirinya diatas katil bersaiz Queen itu.
Bersama wajah yang tersenyum Ziyad memandang Qashaf yang sedang duduk diatas sebuah kerusi dihadapannya.
YOU ARE READING
Penantian
Roman pour Adolescents[ COMPLETED ] Menanti tanpa sebarang jawapan yang pasti itu tidak mudah. Bahkan melelahkan. Disaat perasaan mengawal diri , putus asa itu kelihatan indah sekali. Namun disini Felisha setia menanti. Hadirnya kepulangan seseorang yang pernah mengetuk...