Setelah mendapatkan ketenangan dan kepercayaan dirinya kembali, Aqilla benar-benar pergi bersam Puspa untuk berjualan kolak pisang seperti tuturnya sebelum melangkah ke kantor pos tadi siang.
Memang benar, kolak buatan Fadia ini rasanya ngejeleger abis, gak akan nyesel deh buat yang sudah beli. Bahkan Aqilla sudah menahan dirinya untuk tidak menyembunyikan satu kantong untuk buka puasa nanti.
Aqilla menatap keranjang yang dibawanya, lima buah tersisa. "Qill. Kita ngadu aja, gimana? Nanti kalau Mama ngasih kita tanda terimakasih, yang kalah harus kasih jatahnya ke yang menang. Ini yang teteh sisa empat," ajak Puspa.
Aqilla melirik keranjang Puspa, lalu melirik keranjang miliknya. "Teh Puspa curang! Yang Aqilla kan ada lima lagi."
"Gapapa dong. Kuy ah, biar cepat habis terus pulang deh ke rumah. Udah mau maghrib nih." Tanpa memedulikan Aqilla yang memberenggut tak terima, Puspa langsung tancap gas melangkah menuju pinggir jalan yang kini ramai oleh kendaraan.
"Kolak! Kolak!" Teriak Puspa sembari menoleh ke belakang. Ia mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum menjengkelkan kepada Aqilla.
Tidak seperti Puspa yang terlihat semangat menajajakan sisa kolak, Aqilla malah menjatuhkan bokongnya di sebuah bangku pinggir jalan.
"Beli...! Beli...!" Ucap Aqilla tak bersemangat. Ia capek. Pas di awal kan keranjangnya penuh, jadi memang lumayan bikin pegel buat anak seukuran Aqilla ini. Hufft.
"Kolak pisang ya, Dek?" Tiga orang remaja tiba-tiba 'cling' berada di hadapan Aqilla.
Tuh kan, kalau rezeki nggak akan ke mana!
"Iya, kak. Tujuh ribu rupiah aja, kok."
"Aku beli dua ya," kata gadis berbaju merah.
"Kalau aku beli satu aja," ucap gadis yang mengenakan sweater putih.
"Oke, Kak."
"Eh, aku dua aja, ya. Sekalian ngabisin itu," ucap gadis bersurai coklat.
"Iya, sebentar ya, Kak."
"Weh! Sehabis ini antar gue dong, beli es buah di kedai penuh berkah," kata gadis bersweater putih.
"Ah iya! Gue denger ada doorprize buat akhir puasa ini."
"Iya anjir. Hadiah utamanya uang lima puluh tujuh juta!"
Aqilla yang mendengar itu seketika menghentikan gerakannya.
"Uhm, Kak? Itu tadi beneran, ya?" Tanya Aqilla sembari menyerahkan plastik putih berisikan kolak kepada masing-masing dari mereka.
"Iya."
"Gimana caranya, Kak? Sekali beli terus langsung dapet gitu, ya?" Ketiga perempuan itu tergelak mendengar pertanyaan polos yang terlontar dari bibir mungil Aqilla.
"Bukan gitu. Adek harus beli es buah di sana sekitar empat belas buah dulu gitu. Tapi belinya satu-satu. Nanti kalau udah kekumpul keempat belas struk nya, Adek tinggal tuker aja jadi satu kupon," jelas si rambut coklat.
"Gak adil ya, Kak. Belinya empat belas, dapetnya cuma satu kupon," gerutu Aqilla dengan kedua alisnya yang bertaut.
"Hahahaha. Hidup emang gak adil," jawab si baju merah, lalu ia tersenyum simpul.
"Oh jadi gitu ya, Kak?"
"Iya, Dek. Yaudah, makasih ya ini," ucap si baju Merah sembari mengangkat plastik putih miliknya.
"Iya makasih ya, Dek."
"Eh, iya, Kak! Kembali kasih juga, hehehe."
"Duluan!" Mereka bertiga pun meninggalkan Aqilla yang menatap keranjang kosongnya itu dengan seringai yang terselip di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]
Подростковая литература"Pokoknya nih Ma, Pak, Bang, Ceu, Teh, Qilla mau beli Es Buah setiap hari selama bulan Ramadhan. Pliisss, ini udah gak kuat." Ini bukan sekedar es buah kaleng-kaleng yang gak punya keistimewaan! Bisa bikin manusia bisa terbang? Bisa bikin manusia pu...