•Expart•

105 9 0
                                    

Happy reading!
______

"Sahur! Sahur!" seru Adibran menggebu-gebu. Ia keluar dari kamarnya sembari memakai peci.

Plak!

Satu tabokan dari Fadia mendarat di lengan lelaki itu. "Ini sudah lebaran, nggak ada sahur-sahuran!"

"Ih Mama jahatnya melebihi ibu tiri," celetuk Adibran seraya mencebikkan bibirnya.

Adibran ini memang banyak tingkah. Jelas-jelas gema takbiran masih berkumandang dari speaker masjid. Mungkin, dia sudah terlanjur nyaman dengan pola hidup sehat yang ia jalankan selama bulan Ramadan ini.

Mereka baru saja pulag dari masjid selepas melaksanakan salat Ied berjamaah. Belum melakukan tradisi maaf-maafan, Adibran malah kabur ke kamarnya dengan dalih menukar peci yang dirasa kurang oke untuk style koko nya hari ini.

"Mamaa, maafkan suamimu ini," kata Alder tiba-tiba seraya menghambur ke pelukan Fadia.

"Iya, Pa. Mama juga minta maaf karena belum bisa jadi istri yang baik untuk Papa."

"Ceu, maafin abang, ya?" pinta Adibran baik-baik. Tangannya meraih telapak tangan Nadia, dan mencium punggung tangannya. Ia lalu menarik kakaknya itu untuk berbagi pelukan.

"Maafin ceuceu juga," balas Nadia. Tanpa sungkan, ia membalas pelukan dari adik tertampannya ini.

"Teh Mpus," panggil Aqilla. "kita berdua juga pelukan, yu."

"What!? Jangan panggil begitu ari kamu!" seru Puspa gemas. "bukannya minta maaf malah gitu."

Puspa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari merotasikan kedua bola mata. Kemudian, ia menarik Aqilla ke dalam dekapannya.

"Maafin, ya."

"Iyaaa, ululu, maafin Qilla juga."

Acara maaf-maafan tidak berhenti hanya sampai situ karena Adibran merengek memalukan sembari mengakui kesalahan-kesalahannya.

"Dibran banyak jahil, suka nakal. Tapi jangan khawatir lebaynya abang cuma buat kalian, kok." Adibran lantas mengedipkan sebelah matanya.

"Iew! Ganjen nya jangan lupa dikurangi," ujar Puspa sinis.

"Yaudah, sekarang kita makan aja, yuk," ajak Fadia. Ia merangkul bahu Nadia. "ada rendang kiriman Mamanya Pudu, lho."

"Mantep banget itu."

"Hayu."

Mereka hendak melangkah menuju meja makan, tapi terjeda ketika Aqilla dengan polosnya bertanya, "Mama, Papa, THR nya mana?"

*****

"Ketupatnya dong, siniin."

"Ini ketupatnya gimanain?"

"Ini potong dulu kali, ya?"

"Rendangnya susah diambil nih."

"Ma, ini apaan?"

"Semur. Gitu aja gak tahu, huu."

"Uwaaaw! Ada bihun!"

Kericuhan tak dapat terelakkan lagi. Banyak tangan yany silang menyilang di atas makanan, berseliweran mengambil pasakan yang diinginkan. Tapi sungguhan deh, mereka tidak memiliki niat sama sekali untuk protes atau pun menghentikan kebisingan ini.

"Assalamualaikum!" panggil seseorang dari luar rumah.

"Waalaikumussalam!" balas Adibran dari dalam. "biar Dibran yang samperin, ya."

"Ajak masuk aja, Bang."

"Siap, Bu Bos!"

Adibran berjalan dengan kalem. Namun, bibirnya monyong-monyong, karena ia berjalan sembari asik bersiul.

Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang