•Harta karun?•

49 5 12
                                    

Coba deh pencet bintang di pojok kiri. Nanti bintangnya jadi full warna orange. Seriusan deh! Coba aja.
______

Selalu ada alasan pada setiap tindakan, dan selalu ada rahasia di bawah meja makan. Ah, tidak! Tidak. Lebih tepatnya, selalu ada clue di bawah meja makan. Ya, itu lebih tepat.

Kini, di bawah meja sana bukan hanya ada Aqilla, melainkan juga ada Adibran. Ia penasaran, apa sih yang menyebabkan Aqilla sebegitu anteng nya di bawah sana.

"Kira-kira maksudnya apa?" Tanya Aqilla seraya menyalakan senter yang tadi Adibran bawa. Ia mengarahkan sorot cahaya itu tepat pada secarik kertas yang masih terperangkap oleh selotip. Isi kata-katanya kurang lebih seperti ini:

Ne secreto
Aku pelupa dan aku bangga. Pergi menuju pedoman hidup, lalu kamu akan menemukan gambar di antara kisah rahasia yang bukan lagi rahasia, karena itu adalah penuntun langkahmu.

Adibran mengusap-usap dagunya, lantas posisinya yang tengkurap memudahkannya untuk menopang dagu.

"Uhm.. Abang punya banyak kaset lagu di kamar. Abang suka lagu, kadang lagu bisa ngasih abang inspirasi, bisa menenangkan di kala resah. Siapa tahu itu jawabannya. Bisa jadi, 'kan?" Terka Adibran seraya menatap kedua manik adiknya.

"Let's check!" Seru Aqilla semangat.

Mereka yang sama-sama tengkurap hendak bangkit, melupakan posisi mereka yang rawan terja--

Duk!

--di benturan antara kepala dengan langit-langit meja makan.

"ADUUH!!"

*****

Adibran mau pun Aqilla sama-sama beranjak ke kamar Adibran dengan secarik kertas yang berhasil mereka lepaskan dari jerat selotip.

Ceklek!

Pintu kamar pun terbuka. Langkah Adibran menuntun Aqilla untuk mendekat ke bagian bawah ranjang tempat tidur. Adibran menarik sebuah kardus bekas dari bawah sana.

"Ish! Berdebu!"

Di dalam kardus itu terdapat banyak kaset. Terlihat didominasi oleh kaset musik. Tapi, Aqilla sih yakin saja, bahwa ada kaset film juga yang tersangkut di dalam sana.

Di saat Adibran sibuk menyibak kaset-kaset itu, Aqilla malah tertarik dengan sebuah kaset film. Yaa, lumayan masih terlihat apik karena terbungkus oleh kemasannya. Seorang wanita dengan topeng pesta berwarna silver yang senada dengan gaunnya, dan seorang pria yang mengenakan jas formal terpampang  sebagai sampul dari kaset DVD tersebut.

"Fifty shades darker," ucap Aqilla menggumamkan judul dari kaset DVD yang kini digenggamnya.

Padahal Aqilla hanya bergumam, tapi sepertinya indera pendengaran Adibran sedang dalam tingkat tinggi setelah perutnya diisi. Adibran memasang kuda-kuda. Ia masih tahan berpositif thinking bahwa dirinya salah dengar. Manusiawi, 'kan? Presiden juga bisa salah dengar malahan, apalagi Adibran. Namun, tidak-tidak. Terlebih ketika Aqilla memekik kencang.

"YA ALLAH!" Aqilla tampak membelalakkan matanya. Ia menatap sampul belakang dari DVD itu. Tangannya bergetar habis-habisan, tetapi cukup punya nyali untuk kembali memekik.

"ABANG! INI KENAPA CEWEKNYA MEPET-MEPET SAMA COWOK! ASTAGHFIRULLAH! Kesannya itu--, uhm, erotis! Nah iya, erotis!"

Adibran jadi salah tingkah. Buru-buru ia merebut benda sakral itu dari tangan Aqilla. "Ini bukan punya abang."

Aqilla masih menatap horror abangnya ketika suara lempeng terdengar mengintrogasi keduanya.

"Jelasin semuanya di depan Mama dan Papa selepas shalat tarawih bersama." Di ambang pintu, Nadia menyenderkan sisi tubuhnya ke bingkai pintu. Tangannya bersidekap di atas perut. Sedangkan Adibran, wajahnya sudah pucat pasi layaknya orang yang hendak mati.

Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang