•Rese!•

185 45 8
                                    

Keesokan harinya, saat sinar sang surya mulai merebak ke mana-mana, saat jalanan mulai kembali ramai oleh mesin-mesin canggih beroda, bertepatan dengan itu Nadia sedang mengerutkan keningnya dalam-dalam.

Ting!

Matanya berkedip cepat, dan seketika dengkusan keras terdengar nyaring di kamar bernuansa cokelat yang menjadi tempatnya untuk bersemedi itu.

"Argh! Kok bisa sih!?" Ponselnya ia banting ke atas kasur dengan kesal. Kedua bola matanya segera berputar dengan malas.

"Hai tuan puteri baik hati, ada telpon! Ada telpon!"

Ringtone panggilan masuk yang terdengar menjengkelkan di kedua telinga Nadia itu tak kunjung berhenti. Malah semakin kencang dan seakan merobek gendang telinganya.

"Apa sih!? Ganggu banget!" Desisnya frustasi.

Nadia menarik napas dalam-dalam, hingga akhirnya ia hempaskan dengan sangat pelan. Harus stabil dong, stabil.

"Iya, halo?" sahutnya.

"Saya manager di kantor pos jalan sejati, Mbak. Sekali lagi saya tegaskan bahwa paket Mbak sudah dikirim satu hari yang lalu, belum genap 24 jam malahan, Mbak," jelas orang di seberang sana yang mengaku sebagai manager di kantor pos yang seharusnya mengantarkan paket miliknya kemarin.

"Oh jadi ini masih bahas masalah paket," gumamnya sembari berdecak pelan.

"Iya, Mbak bicara apa?"

Apa banget dah ni orang.

Emosinya seperti sedang dipermainkan, baru saja ia jelaskan panjang lebar lewat chat perihal paketnya yang belum datang sampai hari ini. Lalu, untuk apa tadi ia capek-capek menjelaskan kalau akhirnya pihak kantor pos sendiri yang menelpon. Kenapa bukan dari tadi, sih!?

Sabar, Di, lo lagi puasa. Baru dua hari, gak lucu rasanya kalo lo langsung batal cuma gara-gara gak bisa nahan emosi.

"Tapi tidak sampai pada saya, Pak," jawab Nadia setenang mungkin.

"Bahkan tandatangan penerima telah diisi. Mbak bisa ke kantor bila tidak percaya--"

Tut.

Nadia memutuskan sambungannya sepihak. Telinganya panas mendengar manager kantor pos yang terus saja membela diri. Jelas-jelas paketnya tidak datang kepada penerima, masih saja diperdebatkan.

Ia meraik sweater dari belakang pintu, lalu bergegas menuju kantor pos. Mari buktikan bersama, siapa yang benar dan siapa yang salah di sini.

*****

"Ma, kita jualan kolak pisang yuk! Pasti laku," ajak Aqilla penuh ambisi.

Di depannya, Fadia tersenyum mendengar ajakan putri bungsunya sembari menjahit baju untuk si puhi, boneka panda kesayangan Aqilla.

"Nanti aku yang jajakan sama Teh Puspa." Nyatanya Aqilla tidak segera mengibarkan bendera putih semudah menghentakkan kaki.

Sejenak, Fadia berhenti menjahit, memisahkan jarum dengan kain setengah jadi. "Kamu gak malu?" tanyanya lembut.

"Enggak! Kata pak ustad, selagi yang kita lakukan itu halal dan bukan termasuk sesuatu yang dilarang Allah, maka gak ada alasan buat malu. Lagian kan bukan perbuatan hina nan keji, Ma," jawab Aqilla dengan senyuman lebar. Ia yakin sekali, kalau ibunya itu akan luluh dan setuju.

"Kamu yakin?" Aqilla mengangguk kuat, tidak ada keraguan yang terselip dalam tatapannya yang pasti.

"Eh? Ceuceu mau ke mana?" tanya Aqilla ketika melihat Nadia keluar dari kamarnya yang juga membuat Fadia turut menoleh.

"Udah rapi gitu, mau ke mana Ceu?" Seakan tuli dengan pertanyaan Aqilla, Fadia turut bertanya hal yang sama.

"Ma, aku mau ke kantor pos dulu, ada yang perlu diurus," jawab Nadia sembari menyalimi Fadia.

"Ceuceu, Aqilla ikut! Ma, minta uang buat beli bahan-bahan bikin kolak." Aqilla menengadahkan sebelah tangannya, tak mengindahkan mata Nadia yang kini tengah melotot kepadanya.

"Ah iya, ya." Fadia merogoh saku celananya, mencari selembar uang berwarna biru.

"Ih apaan? Enggak! Aqilla di rumah aja," usul Nadia menolak usulan adiknya.

"Gapapa, Ceu, sekalian. Ajakin aja adik kamu ini, mungkin dia bosan di rumah terus," lerai Fadia sembari memberikan uang berwarna biru itu kepada Aqilla.

"Oke, Ma! Ini nitip Puhi ya. Soal bahan, aku udah hapal di luar kepala kok. Kalau lupa tinggal tanya Ceuceu aja!" ucapnya girang, lalu terkekeh sendiri.

"Ma, tapi ..."

"Udah, bawa aja, Ceu. Dia gak bakal ngerepotin kok," potong Fadia sembari tersenyum menenangkan, sehingga luntur sudah kekesalan yang Nadia tumpuk sejak tadi.

"Iya deh, Kanjeng Ratu."

                                 🍨🍧

Sambil nunggu buka puasa yoo baca, mampir ke sini;)

Fyi, 'Ceuceu' itu sebutan buat kakak cewek yaaa di sini maksudnya.

Vote, comment, and share okay!^

Baay, see you!:)

- Kay

Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang