•Graciera•

79 18 12
                                    

Setelah dua hari izin tidak sekolah dan lima hari libur serentak pasca awal bulan Ramadan, akhirnya hari ini semuanya kembali berjalan dengan normal. Para pelajar kembali belajar di sekolah, dan para workaholic kembali melancarkan aksinya.

Pukul 09.00

Semua kelas di SDN 01 Mahalokal nyaris hening. Murid-muridnya pada fokus menyalin catatan atau pun merangkum setelah dijelaskan guru masing-masing. Tapi, itu tak berarti di kelas 3-A. Guru yang semestinya mengajar pagi ini agaknya masih mengambil cuti pasca melahirkan.

Ah, tapi apalah daya jika sang guru selalu menitipkan tugas untuk murid-murid kesayangannya melalui petugas piket. Seperti sekarang ini di kelas 3-A.

Tugas mandiri hanya tinggal nama saat para murid berbondong-bondong membuat kubu masing-masing. Tujuan mereka adalah kerja kelompok.

Yang biasanya caper, yang biasanya sok alim di depan guru, kini malah menunjukkan taring aslinya. Mereka ogah-ogahan berpikir. Usut punya usut, mereka memilih membuka internet. Lebih tepatnya, aplikasi autodidak yang menjadi lapak tanya-jawab peserta didik yang benar-benar tidak tahu, dan yang teramat malas menjalankan otaknya, yaitu kneely.

Slogannya begini:  Kneely ialah jalur ninjaku.

Namun, bagi anak-anak yang tak sekedar caper, mereka menjadikan saat-saat seperti ini untuk ajang unjuk gigi. Seperti Aqilla yang kini dikerumuni ketiga temannya karena sudah menyelesaikan tugas yang diberikan pagi ini.

"Aduh ya, baru lima jam puasa udah lapar lagi aja nih," celoteh seorang gadis dengan bandana merah di kepalanya.

"Friska emang payah. Lemah!" Seru seorang gadis lain dengan rambut yang dikepang satu. Rambutnya tampak mengeras seperti sapu ijuk.

"Eh, enak aja!" Gadis yang dipanggil Friska itu melotot tak terima saat dikatai lemah.

"Berisik! Sebentar lagi istirahat elah. Gosah belibet lo pada," gertak seorang gadis yang kini sedang sibuk menyalin catatan Aqilla. Lengan seragamnya yang pendek semakin pendek karena ia menggulungnya. Auranya semakin tajam dengan hidung mancungnya yang ditindik. Wajah timur tengah itu terlihat sama sekali tak bersahabat.

"Emang kalian istirahat mau ngapain?" Tanya Elena, teman sebangku Aqilla.

"Ya makan, lah."

"Kan kalian puasa, mana boleh!" Seru Elena memeringati.

"Eh, Elena! Kita ini orang kaya. Holang kaya mah bebas," ucap Friska pongah seraya mengibaskan rambut rapunzelnya ke belakang.

"Iya! Cuma orang kalangan atas yang bisa makan sebelum buka, alias godin, dan abis itu lanjut puasa," tutur gadis berambut kepang satu dengan badge name Nirmala Ayu Ningsih di sebelah kanan dadanya.

"Kamu ikut aja, Len," ajak Friska.

"Uhm, kalau Aqilla ikut, aku jug--"

"Kenapa ajakin Aqilla? Kan yang boleh makan sekarang itu cuma orang kaya. Jangan bilang kalian belum tahu kalau perusahaaan kayu manis keluarga mereka udah gulung tikar?" Tanya Friska. "Mereka udah jatuh miskin. Gak selevel lagi sama kita-kita."

Kring! Kring! Kring!

Bel istirahat berbunyi nyaring bagaikan kicauan burung yang merdu di telinga para murid. Sontak sembilan puluh tujuh persen murid di kelas itu pada berhamburan untuk keluar kelas. Ah, mungkin bukan hanya pelajar kelas 3-A, melainkan seluruh siswa dan siswi di SDN 01 ini.

"Nih, thanks." Si gadis bongsor dengan hidung yang ditindik itu berdiri tegap seraya menyodorkan buku Aqilla yang telah selesai ia salin total. Tubuhnya yang tinggi-besar membuatnya semakin jelas sebagai pentolan 3-A dengan nama Stela.

Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang