•Ransel•

46 7 0
                                    

Semua yang ada di cerita ini merupakan fiktif belaka, ya. Murni dari hasil pengimajinasian Kay.

Semoga kamu bisa bersikap positif terus! Semangat!
______

Sudah lima hari semenjak peristiwa Issabela yang meninggalkan Aqilla sendirian di belakang gudang, selama itu pula Aqilla tidak pernah melihat lagi batang hidungnya di sekolah. Di perpus tidak ada, kantin apalagi. Aqilla jadi benar-benar sendirian. Tidak ada yang menemani.

Bully yang dilayangkan teman-temannya malah semakin menjadi-jadi. Seperti saat ini, tas kuning milik Aqilla malah digantung dengan tidak manusiawi di ujung papan tulis.

"Balikin ransel aku ke tempat semula!" Protes Aqilla.

Jika biasanya ia lebih memilih bungkam atas segala perbuatan teman-temannya, maka kali ini ia membuka suara. Melayangkan protes pertamanya yang kian memeriahkan suasana.

"Wow! Dia udah berani protes, guys. Aku kira mulutnya beneran jadi bisu semenjak itu." Siapa lagi yang berbicara seperti itu selain Friska yang melabeli dirinya sebagai pemimpin pasukan "Amis", anti miskin.

"Udah miskin, pendek, gak ada yang nemenin pula!" Nirmala nyeleneh.

Bukan pendek, tapi imut! Gimana sih.

"Itu ransel apa eek yang ngambang di selokan? Kuning-kuning! HAHAHA!"

Elena hanya bisa meringis. Ia ingin bantu, tapi gimana, ya? Emm, Aqilla itu teman dekatnya sih, apa banget gitu kalau Elena ini cuma diam begini. Ya, kan?

"Friska! Nirmala! Cukup!" Bentak Elena kemudian. Ia cukup terkejut dengan dirinya sendiri. Tak disangka-sangka Elena mampu mendobrak rasa ketidakmungkinan yang mulanya ia kukut.

Elena semakin maju ke depan, berdiri di samping Aqilla. "Kalian jangan besar kepala dulu deh! Hidup ini seperti ban sepeda yang selalu muter!"

"Wowowo! Elena mau jadi pahlawan kesiangan, guys."

"Elena! Balik sama kita, atau kamu bakal rasain apa yang Aqilla rasain!" Sentak Nirmala.

Aqilla masih tidak yakin jika yang berdiri di sampingnya ialah Elena. Setahunya, Elena ini bukan sosok pemberani. Lihatlah, kakinya samar-samar bergetar.

Ah, tapi di detik-detik begini Elena mana sempat meresapi lututnya yang terasa lemas.

"Lagian nih, diemin aja sepedanya. Maka dari itu, ban nya gak akan berputar," ucap Nirmala lagi. Ia dan rombongannya tertawa terbahak-bahak. Wajah Elena memucat, mereka lebih cocok disebut sebagai syaiton nirojim dari pada anak SD yang kesannya masih lucu-lucu imut.

"Berhenti atau Aqilla laporin ke Bu Veronica!"

"Huuuu! Dasar anak manja! Anak guru!" Sorak-sorai itu terdengar begitu memuakkan.

1 : 12! Yang benar saja!

Aqilla menggenggam kuat jemari Elena. Mereka hanya berdua, dan wajib saling menguatkan.

"Iyalah! Guru itu pengganti mama-papa di sekolah. Biarin aku anak guru. Dari pada kalian. Anak toke!" Teriak Aqilla berapi-api.

Anak toke? Entahlah, Aqilla hanya asal comot nama hewan. Tapi bagus, 'kan? Dari pada nama si guguk yang dicomot.

Tawa sumbang rombongan Friska berhenti. "Berani-beraninya kamu bilang begitu!"

"Kamu gak pantes manggil aku-kamu. Kamu itu sinting!" Entah mendapatkan keberanian dari mana sampai-sampai Elena berbicara demikian.

"Heh! Songong banget kamu, Lena! Kamu bodoh! Orang miskin itu gak layak! Sama kayak pantat panci! Dilihat dari sudut mana pun mereka selalu terlihat kotor!" Seru Friska.

Si Friska lupa kali ya, kalau zaman sekarang ini sudah banyak sabun pencuci piring yang mampu menghilangkan noda dengan kepiawaian memersuasi konsumennya yang semerbak. Pantat panci tidak akan terus-menerus kotor. Apalagi ada kawat pembersih. Kalau masih gagal, tetap saja bisa bersih. Pake apa? Pake mulut tajamnya Friska pastinya.

BRAK!

Semuanya tersentak kala salah satu meja digebrak dengan keras. Sang pelaku penggebrakan segera beranjak dari duduknya, lalu menyentak.

"Lo! Lo! Lo! Lo! Lo!" Jari telunjuknya mengarah pada wajah Friska, Nirmala, dan antek-antek mereka.

Sedari tadi ia diam, tapi bukan berarti tidak mendengarkan.

"Siapa bilang orang miskin itu kotor, HAH!?" Semprotnya dengan segenap jiwa-raga. Ia tak peduli walaupun kini giliran lutut-lutut mereka yang terasa lemas. "Kalian itu persis seperti OKB, a.k.a orang kaya baru, yang songongnya minta ampun!" Matanya melotot tajam. Seakan-akan bersiap membolongi mata siapa saja yang coba-coba menatapnya.

"Ah, kalian emang kaya." Ia manggut-manggut. Kakinya melangkah mendekati rombongan itu.

"Kaya setan!" Tandasnya ditemani seringai penuh pengejekan.

Aqilla kicep. Elena juga.

"Kalian bahkan lebih hina dari mereka yang udah kalian bully habis-habisan! Memangnya kalian siapa, sampai berhak nistain mereka?"

Aqilla terperangah. Orang di depannya ini kaya akan kosa-kata. Kosa-kata kasar maksudnya.

"Lo Friska!" Telunjuknya hanya beberapa centimeter di depan wajah Friska yang pucat pasi.

See? Keadaan kini berbalik dengan cepat dan tepat. 180°.

"Lo yang ngasih makan mereka? Atau, lo yang menunjuang kehidupan mereka? BUKAN, KAN!? Jadi, stop sok berkuasa! Lo bukan Tuhan!"

"Ka-kamu, bukannya d-di pihak ka-kami?" Tanya Nirmala. Berbicara saja rasanya ia tak sanggup. Tatapan orang itu seperti menghunus kepalanya telak.

"Cih! Gak usah ngimpi! Najis banget gue bercampur sama orang macam lo pada. Bisa melepuh kulit gue. Gue udah mu-ak!"

Orang itu mengambilkan tas Aqilla yang menyaksikan semuanya dari ujung papan tulis. Memberikannya pada si empunya, lalu membisikkan sesuatu di telinga Aqilla, "Lo gak usah kesenengan dulu, apalagi sampai hidung lo kembang-kempis seperti itu."

Orang itu segera pergi dari kelas. Meninggalkan semua masyarakat 3-A dengan pandangan mereka yang sulit diartikan.

"Kamu pasti guna-guna Stela sampai dia berpaling dari kami!" Desis Friska.

Aqilla hanya mengedikkan bahunya, lalu merangkul Elena. "Yuk. Anggap aja di sini terlalu banyak jin hidup sampai kedenger suara orang desas-desis."

Dan kali ini, papan tulis menjadi saksi berbaikannya Aqilla dan Elena, juga pembelaan Stela. Ah, bukan hanya papan tulis. Jangan lupakan tas Aqilla yang selama itu juga mejeng di ujung si papan, dengan sebutan kuning-kuning mengambang.

                                 🍨🍧

Asik dua part!

Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang