•Nasi Goreng•

67 14 10
                                    

Hati-hati dengan typo yang bertebaran! Huhuhu
____

Sebagai upah sekaligus tanda terimakasih menjual kolak pisang tempo lalu, Fadia lantas memberikan selembar uang lima ribu untuk masing-masing anaknya yang sudah berkeliling untuk menjajakkan dagangan.

Aqilla di kamarnya menatap empat lembar uang lima ribu rupiah. Baru jualan dua hari dia sudah merasa kaya. Dan dua kali itu pula Puspa kalah taruhan.

"Kalau begini, Aqilla bisa beli es buah," gumamnya pelan.

Ia melirik jam wekernya di atas nakas.

Pukul 16.01

Ia menyimpan uang itu di bawah bantal, lalu bergegas keluar kamar.

"Abang!" Teriak Aqilla menuju dapur.

Kakinya berhenti melangkah saat Adibran hanya berdiri tiga meter di depannya. Matanya terbelalak, kemudian Aqilla memekik, "Abang! Abang kok udah buka puasa sih!?"

Adibran kini berdiri di dekat kompor gas dengan sesendok nasi goreng di genggaman tangan kanannya. Mulutnya buka-tutup dengan wajah mupeng yang membuat siapa saja tergelak dalam pandangan pertama.

Ia terhenyak mendengar pekikan yang kini masih mendengung di telinganya. Ia melirik Aqilla dengan malas. "Gak usah alay."

"Itu Abang ngapain megang sendok yang isinya nasi gitu!?" Tanya Aqilla histeris.

"Kamu kenapa sih, Qil? Jangan fitnah ah," gerutu Adibran.

"Ya gak akan ada asap kalo gak ada api," elak Aqilla seraya membawa tubuhnya mendekat ke arah kompor. "Mamaa! Abang godin, Maaa!"

"Apa sih, Dek!" Adibran segera menumpahkan kembali nasi gorengnya ke dalam katel.

"Enggak, Ma! Adibran masih menjaga kesucian puasa Dibran dengan gak makan!" Teriak Adibran membela diri.

"Abang mau makan nasi goreng yang di katel, Ma!"

"Nggak! Aqilla fitnah!"

Maka, cekcok di antara keduanya tidak dapat terelakkan lagi. Aqilla yang keukeuh dan Adibran yang tidak pernah mau kalah.

Tiba-tiba, Fadia datang dan berdiri dengan rusuh di antara Aqilla dan Adibran. Tanpa aba-aba, ia langsung menjawil telinga kedua anaknya.

"Aduh, Ma! Ampun, ampun!"

"Ada apa ini? Mama lagi di kamar mandi aja sampai keburu-buru," omel Fadia seraya berkacak pinggang.

Adibran dan Aqilla sama-sama menundukkan kepala sembari memegangi sebelah telinga mereka yang terasa panas.

"A-Abang go-godin, Ma," cicit Aqilla.

Tatapan nyalang Fadia terlempar kepada putra semata wayangnya.

"Enggak, Ma!" Sanggah Adibran sembari mengangkat kepalanya.

"Aqilla gak bohong!" Bantah Aqilla menatap sengit abangnya. "tadi Qilla lihat Abang mau masukin satu suapan nasi goreng ke mulutnya."

"Eh bocah! Jangan fitnah, ya. Puasa kamu batal, baru deh minta maaf sampai sungkem-sungkem ke Abang." Adibran mendelik sebal.

"Sudah, sudah! Mama kan sudah bilang, Bang. Jangan kebiasaan nyiumin aroma makanan di bulan puasa begini!" Semprot Fadia langsung. Wajah garangnya itu tidak sama sekali melunturkan aura kecantikannya, sekalipun hijab yang dipakainya terlihat miring.

"Maaf, Ma. Abis aromanya tajem banget." Adibran menatap Fadia memelas.

"Mama, Bang Adi tetep batal puasa," kata Aqilla. "katanya kan apa pun yang masuk sampai ke hidung bagian dalam itu bisa membatalkan puasa."

"Mana ada! Itu cuma aroma! Lagian kalo gitu berarti selama ini kita udah batal puasa karena ngehirup oksigen!" Sewot Adibran.

"Kan ini aroma, bukan oksigen buat bernapas. Bayangin aja kalo Abang gak napas lima menit gitu, Abang pasti udah tepar."

Adibran menyipitkan matanya. Baru kali ini ia merasa dongkol memiliki adik yang otaknya meleleh begini.

"Abang gak tau. Kalau gak tau kan bisa dimaafin," kata Adibran masih berusaha membela diri.

"Sudah! Abang, jangan diulangi lagi. Batal apa ngganya Mama juga kurang paham. Tapi, lebih baik kita menjauhi hal-hal semacam itu. Setan memang diikat, tapi manusia tetap memiliki nafsu. Kalau tiba-tiba Abang khilaf dengan makan nasi gorengnya, gimana coba?"

"Maaf, Ma," ucap Adibran dengan kepala yang lagi-lagi ia tundukkan.

"Yaudah, minggir dulu. Jangan ganggu Mama. Ini nasi gorengnya belum matang." Fadia mengibaskan telapak tangannya guna mengusir kedua makhluk itu.

Adibran dan Aqilla sama-sama beranjak. Kini mereka terduduk di kursi meja makan dengan lunglai.

"Ceuceu sama Teteh udah berangkat, Ma?" Tanya Aqilla memecah keheningan.

"Iya. Belum lama juga sih," jawab Fadia.

Harusnya, yang bertugas menjajakan kolak pisang hari ini ialah Nadia dan Adibran. Namun, yang berangkat hari ini malah Nadia dan Puspa. Yaa, karena belum mendapatkan sepeser pun uang dari kemarinlah yang membuat Puspa nekat menggantikan Adibran.

Slogannya sih, pantang menyerah sebelum menang. Jadi, gak aneh atuh ya kalau Puspa masih aja keukeuh buat berangkat hari ini.

"Bang...," panggil Aqilla. "Aqilla minta maaf."

Adibran menoleh, hanya sekejap sampai akhirnya ia kembali menatap Fadia yang sedang memasak.

"Baaang ih...," rengek Aqilla karena Adibran masih saja mengunci rapat-rapat mulutnya.

"Iye," jawab Adibran tanpa menatap Aqilla.

"Terus kenapa Abang kayaknya masih bete sama Qilla?"

Adibran menatap Aqilla dengan dramatis. "Abang bingung, gabut banget ini. Aslian."

Aqilla menatap Adibran dalam, begitu pun sebaliknya. Hingga tiba-tiba saja, serentak mereka menyeringai.

"Aqilla sepemikiran sama Abang, kan?" Tanya Adibran sumringah.

Wajah Aqilla berbinar, dengan semangat ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bagi pertanyaan sang abang.

"Pikiran yang mana, Bang?" Tanya Aqilla dengan watadosnya.

Adibran meluruhkan bahunya, serentak dengan itu wajahnya berubah menjadi datar. "Sini deketan. Abang bisikin."

Aqilla menyondongkan tubuhnya, membiarkan Adibran membisikkan seruan di telinganya.

Setelah selesai, Aqilla menatap Adibran dengan berbinar. "Aqilla setuju sama ide Abang!"

Mereka hendak bertos ria sebelum suara Fadia menyerobot begitu saja.

"Jangan bisik-bisik Adibran. Kamu bukan setan."

Adibran menatap Aqilla dengan tatapan 'dari-mana-Mama-tahu?', yang kemudian dijawab Aqilla dengan kedikkan bahu.

Tak ingin ambil pusing akan perkataan Fadia, keduanya benar-benar akan melaksanakan ide cemerlang Adibran untuk mengusir rasa bosan.

Tapi, apa yang sebenarnya mereka rencanakan?

                              🍨🍧

Kalau ada kesalahan dalam penulisan atau pun tanda baca, langsung kasih tau yaaa.

Rahasia Aqilla dan Es Buah [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang