2. Basket

2.5K 201 2
                                    

"Dosa lo, makan di depan orang puasa."

Dey mendelik mendengar ucapan Vivi tiba-tiba. Padahal ia merasa jika Vivi sedang fokus melihat rekaman di laptop, ternyata indra pendengaran Vivi sangat peka jika menyangkut makanan dan minuman.

"Emang elu puasa?"

Vivi menggeleng kecil, tanpa melepaskan tatapan dari layar laptop. "Lha ngapain lo bilang dosa-dosa, Badrun, pen gue bejek-bejek muke lo."

"Latihan buat marahin orang pas ramadan nanti."

"Bukannya elo dikurung ya pas ramadan?" celetuk Gita yang sedang memainkan ponselnya. Vivi menghentikan rekaman itu dan menoleh ke arah Gita, "Sialan lo."

Setelah mengumpat ia hendak kembali melanjutkan rekaman, tapi suara dari Mira menghentikan gerakan tangannya. "Sholat aja bolong-bolong, sok-sok an mau puasa."

"Elu juga sama," ia menunjuk ke arah Mira yang duduk di depannya. "Tuhan bakal maafin gue kok, kan gue anak baik."

Mira memutar bola matanya malas, "Tuhan gak akan maafin orang yang sholat dhuhur sama sholat ashar kebalik."

"Kalo gitu, biar gue gak salah, kita solat bareng terus." Vivi berucap sambil menarik turunkan alisnya.

Semburat merah muncul di kedua pipi Mira, ia berdehem untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya. Mira adalah teman terdekat Vivi, karena mereka berada dalam satu kelas sejak kelas 10. Dan juga, Mira adalah teman masa SMP nya, jadi wajar jika mereka bisa sangat dekat.

"Sorry ya, bukannya gue mau nolak. Tapi bukannya kita gak boleh solat bareng setan ya."

Gelak tawa tercipta setelah Mira mengucapkan kalimat itu, ia melemparkan senyuman tengil ke arah Vivi yang terdiam menahan rasa malu.

"Bangsat lo."

"Kasar banget kek amplas." celetuk Flora sambil membuka pintu. Ia membenahi rambut pendeknya yang terlihat kacau karena angin barusan.

"Lo dateng-dateng main nyaut aja." cibir Vivi. Flora duduk di samping Vivi, melirik apa yang ada di layar laptop itu.

"Suara lo kedengaran sampe luar, Tarmidi. Itu mulut apa toa?"

"Ude-ude," lerai Dey. "Ini kagak bakalan selese, kalo dilanjutin terus."

Dey mencoba menengahi, begini jadinya jika anggota ekskul dance semuanya berkumpul. Saling men-roasting satu sama lain, dan korban yang paling sering ya cuma Vivi. Karena akhlak Vivi sebelas dua belas dengan setan.

Dan yang paling sering men-roasting Vivi adalah Mira, karena mereka sudah saling mengenal sejak SMP, ia juga tau baik buruk Vivi selama ini. Mira juga yang menemani saat Vivi berada di titik terbawah dalam hidup. Keluarga mereka sudah saling mengenal, bahkan Mira sangat akrab dengan Shani.

Mungkin karena kedekatan merekalah, orang lain mengira mereka punya hubungan khusus. Apalagi saat mereka sedang dance berdua, sudah pasti bisa membuat orang iri seketika.

Mereka selalu berantem, menghujat satu sama lain, saling men-roasting, tapi mereka selalu ada. Setiap Mira membutuhkan seseorang, Vivi akan selalu ada. Begitu sebaliknya, Mira akan datang jika Vivi meminta.

"Gimana?" tanya Dey setelah Vivi selesai menonton rekaman itu sampai akhir. Dey bisa menebak dari raut serius Vivi, sudah tentu akan terjadi sesuatu secara mendadak.

Bukan hanya Dey, semua anak ekskul dance, tau makna dari setiap raut wajah Vivi. Mereka menunggu Vivi membuka suara, mengomentari rekaman latihan dance anak kelas 10 yang baru gabung 2 bulan.

"Tidak ada komentar," ucap Vivi dingin.

Selama ini yang mengajari dance anak kelas 10 hanya Dey, Gita, Mira dan Flora. Vivi sama sekali tidak ikut andil, karena ia harus mengistirahatkan lututnya yang cedera. Sampai sekarang ia masih mengenakan support knee di lututnya.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang