57. Terbongkar

1.2K 164 21
                                    

"Semuanya udah nunggu di ruang rapat." Ucap Oniel.

Vivi menoleh, ia tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya, akhirnya hari yang ia tunggu-tunggu tiba juga. Ia mengambil tongkat satu kaki yang berada di samping mejanya, kakinya belum sembuh, jadi ia berjalan dengan bantuan tongkat ini.

"Iya-iya." Ucap Vivi sambil berjalan perlahan menghampiri Oniel yang menunggu di depan pintu ruangannya.

"Tinggal aku doang?" Tanya Vivi.

Oniel menganggukkan kepalanya, ia memelankan laju langkahnya agar selaras dengan Vivi. "Sama aku."

"Good."

"Kenapa sih maksa banget buat rapat pas jalan aja susah?" Tanya Oniel.

"Ini kerja sama antar perusahaan dari Indonesia."

"Iya, tapi nunggu sampe kakimu sembuh kan bisa."

Vivi menggeleng pelan, ia tersenyum miring, "Udah gak ada waktu lagi."

Oniel menghela napas panjang, ia membuka pintu ruang rapat dan membiarkan Vivi masuk terlebih dahulu. Ia duduk tepat di samping Vivi, pandangannya menilik ke sekeliling, ada beberapa wajah yang tidak terlalu asing baginya, ia seperti pernah melihat wajah pemimpin perusahaan itu.

Vivi mengangkat tangannya ke arah Julie, hari ini seharusnya Julie yang mengatur jalannya rapat, tapi sepertinya Vivi hendak melakukan semuanya sendiri.

"Good morning everyone. Thank you for coming to this meeting, and I appreciate how enthusiast you are." Ucap Vivi sambil berdiri, tangan kanannya bertumpu pada tongkat satu kaki.

"Thank you for coming, Mrs. Veranda." Ucap Vivi sambil menatap ke arah Veranda dan melemparkan senyum penuh arti.

Veranda membalas senyuman Vivi, rapat kali ini hanya dihadiri beberapa orang saja, sekitar ada 10 orang termasuk dari pihak Veranda. Vivi mengajak pak Amar, bu Gaby, Oniel, dan Julie untuk menghadiri rapat pada pagi ini.

"Oke, karena semuanya bisa bahasa Indonesia, jadi saya pake bahasa Indonesia saja, biar lebih enak." Ucap Vivi sambil berjalan ke depan dengan susah payah.

Vivi berdiri, di depannya ada sebuah laptop yang sudah disediakan untuk dirinya. Hari ini akan menjadi hari besar bagi dirinya, semuanya akan terbongkar disini. Tiba-tiba Vivi mengangkat tongkatnya lalu mengarahkan kepada pak Amar.

"You killed my father." Ucap Vivi dengan lantang.

Veranda menepuk pelan keningnya, bukan begini rencana yang ia susun bersama Vivi semalam. Ia tahu kalau Vivi orangnya bodoh, tapi ia tidak menyangka jika Vivi bisa sebodoh ini.

Hari itu waktu Vivi mendapat paket dari Veranda, sebenarnya itu bukti jika Mira tidak bersalah dalam kematian ayahnya Vivi. Melainkan Vivi mendapatkan bukti baru jika pak Amar adalah orang dibalik semua ini.

"S-saya?" Tanya pak Amar sambil menunjuk dirinya sendiri. "Anda pasti bercanda."

Vivi menggelengkan kepalanya, "Enggak."

"Hampir semua orang yang ada di kantor ini tahu kalau teman anda yang membunuh ayah anda, pak Johan." Ucap pak Amar yang mencoba meyakinkan Vivi.

Julie mengangkat tangan kanannya ke atas, harusnya ini menjadi rapat kerja sama, tapi Vivi mengubahnya menjadi rapat interograsi. "Bukankah kita seharusnya membahas tentang kerja sama antara dua perusahaan?"

Oniel menganggukkan kepalanya, setuju dengan ucapan Julie barusan. "Iya benar."

Vivi menurunkan tongkatnya, ia tidak bisa berdiri lama-lama tanpa mengunakan tongkatnya itu. Ia menghela napas panjang, tidak menyangka jika akan menjadi serumit ini. Sejak awal memang tidak ada yang namanya rapat kerja sama, semua hanya akal-akalan Vivi dan Veranda saja.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang