28. Curi

1.6K 192 17
                                    

"Ngapain lu disini?" Tanya Ariel, ia duduk di bangku sebelah Vivi.

"Suka-suka gue dong." Ketus Vivi. Ia tengah menunggu Chika latihan basket sepulang sekolah, karena permintaan Chika sendiri jadi ia harus rela duduk diam di sana dan melihat semua orang cosplay jadi kodok.

"Nungguin Chika, ya." Tebak Ariel.

Vivi pura-pura terkejut, "Wah, lo peranakan dukun, ya."

"Bener-bener lu."

Mira baru saja datang dan langsung bergabung dengan mereka berdua, ia membawa sebotol air mineral dan ciki yang ia dapatkan dari kantin.

"Nih." Mira menyodorkan ciki kepada Vivi.

Vivi mengambil ciki itu dan langsung membukanya. Ia benar-benar bosan kali ini, ia tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat Chika, ia tidak bisa mendekat atau pun ikut bermain seperti yang lainnya. Karena Chika menyuruhnya untuk tetap duduk di tempat itu.

"Mau?" Vivi menawarkan ciki kepada Ariel.

Ariel menganggukkan kepalanya. Vivi memberikan ciki itu kepada Ariel.

"Si bangsat, tinggal bungkus lo kasih ke gue." Umpat Ariel sambil melempar bungkus ke wajah Vivi.

Vivi terkekeh, ia mengambil botol air minum dari tangan Mira, ia membuka tutup botol itu, lalu meminumnya. Karena ia tidak bisa kemana-mana, jadi ia harus meminta Mira untuk membelikannya ciki dan air mineral tersebut.

"Riel, gue tadi liat Amel sama cowok di kantin." Ucap Mira tiba-tiba. Ariel membulatkan matanya, tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung berlari menuju kantin.

"Emang iya?" Tanya Vivi.

Mira menggelengkan kepalanya, ia mengambil tasnya dan menaruh di atas bangku, ia membaringkan tubuhnya di atas bangku dan menjadikan tasnya sebagai tumpuan kepalanya. "Enggak."

"Lah ngapain lo boong ke Ariel, kesian dia."

"Die kalo disini, brisik." Jawab Mira tanpa rasa bersalah.

Vivi menggelengkan kepalanya, ia kembali menatap ke arah Chika yang tengah berlatih. Sesekali ia tersenyum saat kedua bola mata mereka bertemu.

"Lo jadian sama Chika?" Tanya Mira.

Vivi menggelengkan kepalanya, "Belum, kenapa?"

"Lo harus putusin gue dulu sebelum pacaran sama Chika." Vivi menoleh cepat ke arah Mira, "Kita jadian aja enggak, kok lo minta gue mutusin elo?"

"Gak inget waktu lo bilang lo pacar gue?"

Vivi tertawa kecil, ia kembali menoleh ke depan "Itu cuma buat nolongin elo."

"Gue gak peduli sama alesan lo, yang jelas lo harus mutusin gue."

"Oke. Amirah Fatin, kita putus, soalnya gue cinta sama Chika, bukan sama elo."

Mira menganggukkan kepalanya, "Oke, gue juga ga cinta sama elo."

"Fix, kita putus."

"Iya."

Vivi menjulurkan tangannya, Mira menjabat tangan Vivi. "Deal." Ucap mereka bersamaan.

"Berasa ikut super deal." Ucap Vivi sambil melepaskan jabatan tangan mereka.

Saat mereka sedang bergurau, tiba-tiba ada bola basket memantul ke arah meraka. Untunglah bola basket itu tidak mengenai salah satu dari mereka, bola itu hanya memantul tepat di sisi kanan Mira.

"Anjir, astaghfirullah, kaget gue." Mira menegakkan tubuhnya, ia mengusap dadanya kasar.

"Masya Allah." Ucap Vivi.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang