12. Bingung

1.6K 181 4
                                    

"Mira mana?" tanya Shani saat melihat hanya Vivi yang berjalan menuruni tangga.

Helaan napas lolos dari mulut Vivi, ia sudah berseragam lengkap dengan tasnya. Sebuah hoodie warna abu-abu ia sampirkan di bahunya.

"Sakit," lirih Vivi.

Shani memicingkan matanya, ia meletakkan piring berisi roti yang sudah ia lapisi dengan selai stroberi di depan Vivi. "Kok bisa?"

Vivi mengambil roti itu, kedua bahunya naik ke atas. Ia tidak bisa tidur dengan tenang karena Mira terus muntah-muntah. Ia berjaga semalaman untuk menunggu Mira. Shani melirik kantung mata di bawah kelopak mata Vivi.

"Gak tidur?"

Vivi menggelengkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Shani. Mulutnya sibuk mengunyah roti selai stroberi itu.

"Kenapa? Kan tadi pagi kakak bilang buat tidur."

"Semalem Mira muntah-muntah terus, badannya panas. Aku ganti kompresan jadi gak tidur." Vivi menghabiskan roti itu, lalu meminum segelas air putih.

"Kenapa gak bangunin kakak?"

Vivi berdiri, mengambil sepatu dan memakainya satu persatu. "Aku kasian kakak udah nunggu sampe jam setengah tiga, masa aku harus bangunin cuma buat ngurusin Mira."

"Sekarang Mira gimana?"

"Udah aku kasih coolfever, paling nanti siang baikan." ucap Vivi sambil menalikan sepatunya. Lalu ia berdiri dan mengambil hoodie yang ia sampirkan di sandaran kursi.

Shani mengerutkan keningnya melihat Vivi mengenakan hoodie, "Tumben pake hoodie, biasanya pake jaket."

"Jaket aku semuanya di londri, cuma sisa ini." Vivi mengambil tasnya dan menoleh ke arah Shani. "Yuk berangkat."

Shani mengangguk, ia mengambil kunci mobil dan berjalan menuju mobil yang sudah ia panasi tadi.

"Gapapa ninggalin Mira sendirian?" ucap Shani sambil kembali menyalakan mobilnya.

Vivi mengangguk mantap, "Dia udah gede kak."

"Segede apapun orangnya kalo yang namanya sakit pasti jadi lemah."

"Iya kak iya. Eh kemarin kakak pulangnya dianterin kak Beby?"

Shani mengangguk lemah, "Kenapa?"

"Gapapa sih."

"Chika kemarin nanyain kamu terus."

Vivi menoleh cepat, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"

"Iya, kalian sekarang udah deket ya."

"Cuma sering ketemu aja."

Vivi memalingkan wajahnya ke jendela, sungguh sebuah kejutan jika tiba-tiba Chika penasaran tentang kehidupannya. Ia tak pernah meminta nomer WA Chika begitupun sebaliknya. Jadi mereka berkomunikasi saat bertemu di sekolah atau saat Vivi sengaja berkunjung ke rumahnya Chika.

Shani menghentikan mobilnya di depan gerbang SMA 1. Vivi menghela napas panjang lalu tangannya meraih pintu mobil, membukanya perlahan.

"Nanti dijemput?"

Vivi turun dari mobil, ia berbalik menghadap Shani lalu menggelengkan kepalanya. "Ada rapat buat pekan olahraga besok."

"Oh yaudah, belajar yang bener."

"Iya kak." ucap Vivi sambil menutup pintu dengan sekali dorongan.

Ia berjalan santai memasuki sekolahnya. Tapi ada yang aneh, hampir semua orang menatapnya dengan tatapan jijik. Ia melihat ke hoodienya, apakah karena ia memakai hoodie jadi semua orang menatapnya dengan tatapan yang sama.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang