8. Penasaran

1.7K 180 8
                                    

Chika melempar bola basket basket ke dalam ring beberapa kali, ia masih teringat bagaimana dengan mudah ia kehilangan keseimbangannya sehingga membuat ia tiba-tiba jatuh saat duel kemarin.

Bajunya bergoyang karena gerakannya dan tiupan angin. Ia menyeka keringat di pelipisnya, sudah hampir satu jam ia berlatih di lapangan basket belakang rumahnya. Ia penasaran teknik apa yang digunakan Tasya semalam.

Duel kemarin berlangsung sangat sengit, saling mengejar poin, tapi akhirnya tim Ariel mengalami kekalahan di kandang sendiri. Padahal hanya selisih dua angka, Chika masih belum terbiasa dengan teknik yang digunakan Tasya. Ariel dan Lala tidak bisa berkutik, karena mereka juga sama-sama tidak tau bagaimana menangani Tasya.

Bukan hanya Tasya saja yang merepotkan saat itu, Fiony, kejutan yang dipersiapkan Tasya benar-benar membuat tim Ariel bungkam. Pasalnya Fiony dapat meniru semua gerakan dari tim Ariel, bahkan jauh lebih sempurna. Apalagi Jessi, Ariel sudah beberapa kali bertemu Jessi dalam duel seperti ini. Kemampuan Jessi sebagai pertahanan patut diacungi jempol, banyak bola yang sudah direbut atau ditepis dengan mudah oleh Jessi.

Chika melempar bolanya dengan geram, dan memantul mengenai ring basket. Amarahnya terus menaik saat mengingat bagaimana ia dikalahkan oleh Tasya dan yang lainnya.

Beby menangkap bola basket itu dengan mudah. Ia mendrible kecil lalu menghampiri adiknya, tidak biasanya Chika terlihat kesal saat bermain basket.

"Kenapa?" Chika menoleh sekilas, bibirnya mengerucut, semakin ditanya ia malah menjadi semakin kesal.

Beby mengerutkan keningnya, ia mencoba melempar bola ke dalam ring, namun tidak masuk. Ia tidak terlalu suka bermain basket, menurutnya terlalu membosankan.

"Kak," akhirnya Chika bersuara, Beby yang sedang mengambil bola di dekat ring langsung berbalik dan menoleh. Ia merasa jika ada sesuatu yang ingin diungkapkan oleh Chika. Sejak pulang sekolah kemarin, Chika lebih diam daripada biasanya. Maka dari itu ia ingin mencari tau penyebabnya, toh ia memiliki janji untuk menemani Chika bermain basket.

"Aku lagi kesel!" geram Chika, ia menghentak-hentakan kakinya ke bawah, memperlihatkan betapa kesel dirinya saat ini.

Beby menghampiri Chika sambil mencoba memutar bola di atas telunjuknya, tapi ia tidak bisa.

"Kenapa?"

"Pokoknya aku lagi sebel banget!"

"Gimana kakak tau alasan kamu kesel kalo kamu gak cerita?"

Chika mendengus sebal, ia berjalan lalu duduk di bawah pohon rambutan yang rindang. Beby mengikuti dan duduk di samping Chika sambil tetap mencoba memutar bola di atas telunjuknya.

"Semalem ada duel basket sama sekolah sebelah," Beby menoleh sebentar saat Chika mulai bercerita.

"3 lawan 3, aku pikir bakal menang soalnya ada kak Ariel sama kak Lala, tapi hasilnya aku kalah." Chika menundukkan kepalanya.

Beby mengangguk-anggukkan kepalanya, "Dalam suatu perlombaan pasti ada menang ada kalah, dek. Gak selamanya yang menang akan selalu menang, begitupun sebaliknya. Kamu ha-"

"-bukan itu poinnya, kak." potong Chika cepat. "Aku gak masalah mau menang atau kalah, sekalipun main di sekolahku sendiri."

"Trus?"

"Ada satu teknik aneh yang bikin aku kayak orang bloon kemarin." tiba-tiba Chika berdiri dan langsung menghadap Beby, ia memperagakan secara detail apa yang terjadi.

"Aku lagi ngehadang kayak gini." Chika merentangkan kedua tangannya. Lalu ia berganti seakan sedang mendrible bola dengan pelan, "Lalu kak Tasya dateng, cuma drible kayak orang biasa. Tapi pas kak Tasya gerak ke kanan, tiba-tiba aja aku jatuh."

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang