33. Besok

1.3K 175 12
                                    

"Mau minum gak?" Vivi menggelengkan kepalanya, "Aku maunya kamu."

Chika mendengus sebal, "Belum apa-apa udah gombal."

Vivi tertawa kecil, ia menarik tangan Chika agar duduk di tepi kasurnya. Sore ini sepulang sekolah Chika langsung menemuinya, padahal ia tidak memberitaui Chika kalau dirinya sakit.

"Kok tau aku sakit?" Tanya Vivi.

"Aku tanya kak Mira."

"Pantesan." Gumam Vivi.

"Udah minum obat?" Vivi menganggukkan kepalanya, "Udah."

Punggung tangan Chika terangkat dan menyentuh kening Vivi. "Hangat."

Vivi tersenyum, ia menarik tangan Chika dari dahinya lalu ia genggam. "Kan udah ketemu obatnya."

"Oh ya? Apa?" Tanya Chika.

"Kamu."

Chika memukul pelan lengan Vivi. "Kalo masih gombal aku pulang sekarang."

"Iya-iya."

"Kak Mira dimana?" Tanya Chika, ia tidak melihat Mira berada di rumah atau kamar ini. Tadi ia juga pulang sendirian karena Beby tidak bisa menjemputnya.

"Dia balik ke rumahnya, mulai sekarang dia gak tidur disini lagi."

Chika mengerutkan keningnya, "Kalian berantem?"

"Enggak, bokapnya udah balik, trus dia disuruh tinggal di rumahnya sendiri." Chika menganggukkan kepalanya. "Keluarganya udah balik utuh." Sambung Vivi.

Chika menggenggam erat tangan Vivi, ia tersenyum. Vivi menoleh, ia tersenyum saat melihat Chika tersenyum. Tiba-tiba Vivi menarik tangan Chika sampai tubuh Chika jatuh di atas tubuhnya.

"Aku pengen cium tapi aku lagi sakit." Bisik Vivi.

Chika menegakkan kepalanya, ia menatap ke dalam dua bola mata Vivi. "Yaudah gak usah."

Vivi mengerucutkan bibirnya, "Aku kira kamu bakal maksa buat kasih cium aku."

Chika terkekeh, ia menggelengkan kepalanya, "Aku gak mau sakit."

Vivi tersenyum miring, tangannya berada di pipi Chika, ia menarik kepala Chika agar mendekat ke arahnya, ia mendaratkan bibirnya di dahi Chika.

"Muah." Ucap Vivi sambil menjauhkan kepala Chika. Kedua pipi Chika mulai memerah, ia menjatuhkan wajahnya di dada Vivi sambil tangannya memukul pelan lengan Vivi.

Vivi terkekeh, ia mengusap lembut rambut Chika. "Kalo gitu gak bikin kamu sakit, kan."

"Bodo."

Tiba-tiba pintu kamar Vivi dibuka kasar dari luar. "Astaghfirullah, belum apa-apa udah kumpul kebo."

Chika langsung menarik tubuhnya, Vivi terkejut, ia mengira yang datang adalah ayahnya. Vivi menghela napas lega, ternyata seseorang yang masuk tanpa mengetuk pintu kamarnya adalah Beby dan Shani. Kalau saja ia lebih tua dari Beby, sudah pasti ia mendaratkan pukulannya di wajah Beby.

"Masuk itu ketuk pintu kek, salam kek, ini malah main nyelonong aja, dikira ini kamar lu?" Ketus Vivi.

Beby menatap malas ke arah Vivi, ia berjalan dan berdiri di samping Vivi. Punggung tangannya ia letakkan di dahi Vivi, lalu dengan gerakan tiba-tiba ia merubah tangannya menjadi gerakan menyentil dahi Vivi.

"Katanya sakit, tapi gak panas." Ucap Beby.

Vivi menahan mulutnya untuk tidak berkata kasar saat ini, ia mengusap dahinya kasar. "Apa-apaan sih lu? Dateng-dateng bikin rusuh."

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang