19. Makna

1.5K 190 11
                                    

"Bantuin temen sendiri," ucap Beby.

Beby turun dari mobilnya disusul Anin dan Lidya. Mereka bertiga sengaja datang ke rumah Shani untuk mencari titik terang dari kasus hilangnya Chika. Sampai sekarang tidak ada sebuah petunjuk selain kertas dan ponsel Chika.

"Gue kesini buat liburan, bukan kerja." Ketus Lidya.

Beby terkekeh, ia menekan tombol bel beberapa kali. Cukup lama mereka menunggu, tapi tak ada seorang pun yang membukakan pintu. Beby kembali menekan bel, sesekali ia menggedor pintu rumah itu.

"Gak ada orang?" Tanya Anin, Beby menggelengkan kepalanya.

Bunyi deru mobil dari belakang membuat mereka bertiga berbalik bersamaan. Pantas saja tidak ada yang membukakan pintu, Shani sedang menjemput Vivi sekolah.

4 orang turun dari mobil yang baru saja datang, Shani, Gracia, Vivi dan Mira. Mereka berempat cukup asing dengan kehadiran Lidya yang berada di samping Beby.

"Udah lama, Beb?" Tanya Shani sambil membuka pintu dan mempersilahkan semuanya untuk masuk ke dalam rumah.

"Baru aja," jawab Beby. Shani menganggukkan kepalanya, ia masuk terakhir sendiri setelah Beby.

Semuanya sudah duduk di atas sofa, cukuplah untuk 7 orang duduk di sana. Beby menahan tangan Shani yang hendak pergi ke dapur, ia meminta agar Shani tidak membuatkan minuman. Shani menurutinya, ia duduk di samping Gracia, sedangkan Beby duduk di samping Anin.

"Lu ganti baju sana," ucap Beby kepada Vivi yang duduk tak jauh darinya, ia berpura-pura menutup hidungnya. "Elu juga." Ia menunjuk Mira.

"Brisik amat kek emak-emak mau lahiran," ketus Vivi. Mira terkekeh mendengar ucapan Vivi, mereka berdua menoleh dan saling bertos ria.

"Dek, ganti baju dulu." Ucap Shani, Vivi menghela napas kasar, ia tidak mungkin membantah ucapan Shani, langsung saja ia berdiri sambil menarik tangan Mira.

Vivi sengaja berjalan lambat saat melewati Beby, ia memang berniat untuk menggoda Beby.

"Bener-bener lu," ketus Beby sambil mendorong tubuh Vivi.

"Dek," ucap Shani kembali. Vivi merasa ada tanda dari Shani, ia bergegas berlari sebelum Shani mengamuknya.

"Apa lu?!" Ketus Beby saat melihat Mira hendak berdiri menyusul Vivi. Mira menatap malas ke arah Beby, "Pantat gua baru naik, main sembur aja."

"Elu sama die kan satu spesies," ketus Beby.

"Akhlak gue masih bagus ya." Ucap Mira yang tidak terima disamakan dengan Vivi.

Melihat pembicaraan yang tidak akan ada ujungnya, Anin menarik tangan Beby, memintanya untuk berhenti. Mira terkekeh melihat hal itu, "Sama gue berani, sama bini sendiri kicep."

Setelah mengucapkan kalimat itu Mira langsung berlari meninggalkan ruang tamu. "Bener-bener lu."

Anin membekap mulut Beby menggunakan tangannya, "bisa diem gak?"

Beby menganggukkan kepalanya, Anin melepaskan tangannya dari mulut Beby, "Maaf."

"Kalo masih berantem mending gue pergi," akhirnya Lidya membuka suaranya. Ia sudah jengah melihat Beby yang terus bertengkar dengan anak sekolah.

"Iye-iye, marah mulu. Heran gue." Ketus Beby.

Lidya hanya mendengus sebal. Beby berdehem sekali, ia menunjuk Lidya untuk memperkenalkan Lidya kepada Shani dan Gracia.

"Ini Lidya, temen gue, semoga aja otaknya bisa bantu nemuin Chika."

Lidya memukul kepala Beby dengan cukup keras, "Sialan lo."

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang