15. Semakin

1.7K 197 11
                                    

Chika duduk di kursi sofa, ia menggoyangkan kakinya sambil bersenandung kecil. Beby mengajaknya untuk ke rumah Shani sepulang sekolah, katanya ada hal penting yang harus Beby katakan dengan Shani.

Pandangan mata Chika menelisik ke setiap bagian ruangan, ia semalam menghabiskan waktu disini, tapi tidak memperhatikan setiap sudut rumah ini dengan detail.

Tak ada foto yang menempel di dinding, mungkin Vivi atau Shani sengaja menyimpan semua foto-foto. Ia sedikit penasaran dengan kehidupan Vivi, selama ini ia tidak melihat anggota keluarga Vivi selain Shani.

Suara deru langkah terdengar pelan mendekat ke arahnya, Chika menoleh dan melihat Vivi berjalan menghampirinya.

"Hai, Chik." begitu sapanya.

Vivi tampak santai dengan kaos pendek dan celana kolor. Pakaian yang jenisnya hampir sama yang dikenakan Vivi saat mereka pertama kali bertemu dan berbicara. Chika tersenyum, "Hai, kak."

Belum sempat Vivi mendaratkan pantatnya ke sofa, ia mendengar suara berisik dari depan rumahnya. Ia berjalan ke depan, mencari tau siapa sumber keributan ini.

"Gak, gue duluan yang masuk."

"Gue dulu ah,"

"Minggir lo, gue mau masuk."

"Ah elah, perkara masuk duluan aja pake diributin."

"Tau nih, Dey, gue masuk dulu."

"Eh, enak aja lo, gue dulu yang masuk."

Vivi melipat tangannya ke depan dada, ia bersandar di salah satu tiang depan rumahnya. Menikmati bagaimana kegoblokan temannya yang berebut masuk ke dalam gerbang.

Cukup lama ia berdiri disana, ia menghela napas panjang lalu berjalan menghampiri teman-temannya. "Nyokap kalian dulu waktu hamil sering nonton azab ya."

"Eh, Badrun, sehat bang?" ucap Dey yang pertama kali menyadari kehadiran Vivi.

Vivi menatap malas ke arah Dey, tangannya bergerak membuka pintu gerbang lebar-lebar supaya temannya dapat masuk semua. Dey, Mira, Gita dan Flora hanya tersenyum-senyum, mereka membuntuti Vivi dari belakang menuju ke dalam rumah. Mereka semua terkejut saat melihat Chika ada disana.

"Wah, lu kumpul kebo ye," celetuk Dey sambil menunjuk Vivi.

Vivi memutar malas bola matanya, "Lain kali kalo sekolah itu, otaknya dibawa, jangan buat pajangan rumah."

"Iya nih, si Dey, gak ngotak kalo ngomong. Padahal Badrun lagi praktek biologi, kan." ucap Gita dengan penuh wibawa.

"Serah kalian dah," Vivi sudah pasrah dengan teman-temannya. Ia memilih duduk di depan Chika. Mereka mengikuti Vivi dan mengambil posisi duduk masing-masing, dengan urutan Vivi, Mira, Gita, Flora, Dey, dan terakhir Chika.

"Ngapain Chik kesini?" tanya Dey.

"Nemenin kak Beby kesini."

Dey hanya menganggukkan kepalanya, Flora mengangkat kepalanya cepat, "Apa? Nenenin kak Beby?"

Semua orang yang ada disana membulatkan matanya, Vivi melempar sebuah bantal dan langsung mengenai wajah Flora. Gita yang duduk di sebelah Flora langsung membekap wajah Flora menggunakan bantal yang dilempar Vivi.

"Gak usah didengerin, Chik." ucap Mira.

"Sebenernya kalian itu kesini mau ngapain? Kalo cuma bikin rusuh mending balik aja deh." ketus Vivi yang sudah lelah menghadapi temannya.

Dey tersenyum, ia menarik tangan Gita untuk menghentikan gerakan Gita yang masih membekap Flora. Setelah bantal itu terangkat, Flora langsung menarik napas dalam-dalam.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang