7. Duel

1.7K 201 8
                                    

"Lo mau kemana?" Tanya Ara saat melihat Chika tergesa-gesa mengemas barangnya.

"Tanding basket." ucap Chika cepat, ia mengangkat tasnya lalu berlari keluar dari kelasnya menuju ruang basket. Disana sudah ada Ariel dan Lala, mereka berdua tampak mendiskusikan strategi yang nanti akan mereka gunakan.

Pintu terbuka dengan kasar, membuat Ariel dan Lala sedikit terkejut. Chika langsung menuju lokernya, mengambil seragam basketnya.

"Gue kirain siapa," Lala mengusap dadanya karena terkejut.

"Tuh anak emang ga bisa santai," cibir Ariel.

Lala merapikan seragamnya sekali lagi, lalu mengikat rambutnya agar tidak menghalangi pertandingan nanti. Ini adalah pertandingan yang biasa dilakukan oleh dua sekolah yang berdekatan ini. Ariel dan Tasya merupakan teman waktu SMP, mereka berdua juga punya satu kegemaran yang sama, basket.

Alhasil mereka sering mengadakan duel basket setiap satu bulan sekali. Bulan kemarin diadakan di lapangan basket sekolahnya Tasya, dan sekarang akan diadakan di sekolahnya Ariel.

Ariel dan Tasya selalu ikut dalam duel, namun rekan-rekannya saja yang berganti-ganti. Mereka selalu berselisih berapa poin, tidak pernah tertinggal jauh jarak poinnya. Kemarin tim Tasya mengalami kekalahan, Ariel semakin yakin bisa mengalahkan Tasya lagi.

Chika menghampiri mereka setelah berganti pakaian dengan seragam basket. Ariel menganggukkan kepalanya, mulai memimpin pembagian strategi.

"Lo udah tau kemampuan Chika, kan?" tanyanya pada Lala.

Lala menganggukkan kepalanya, siapa anggota basket yang tidak tau kemampuan Chika, yang bisa memanupilasi mata, bahkan membuat lawan tak berkutik.

"Oke, karena ini cuma 3 lawan 3, jadi lo bakal jadi penyerang." Ariel menunjuk Lala. Lalu telunjuknya berganti ke menunjuk Chika, "Lo bagian umpan ke Lala, kalo semisal gak mungkin lo bisa oper ke gue."

"Siap." ucap Chika bersemangat, ini kali pertamanya ikut duel seperti ini. Sedangkan Lala sudah 3 kali, dan Ariel sudah sangat sering ikut duel ini.

Sekali lagi mereka mengecek persiapan mereka, mengencangkan tali sepatu, mengikat rambut, atau merapikan seragam. Setelah dirasa cukup, mereka bertiga berjalan keluar dari ruang basket.

Ariel sedikit mendekat ke arah Chika, seperti membisikkan sesuatu.

"Mereka bakal jaga gue dengan ketat, jadi gue ngandelin elo."

"Siap kak."

Ariel merasa lega, setidaknya ia tidak perlu khawatir dengan mental Chika. Ia yakin 100% Chika sangat antusias dengan duel ini.

Di lapangan sudah banyak siswa yang datang untuk menonton, karena kabar duel ini tersebar sangat cepat sejak Tasya datang tadi pagi.

"Kita udah latihan waktu ekskul, jadi jangan panik, anggep aja ini latihan sama sekolah sebelah. Kalah menang gak masalah." ucap Ariel kepada Lala dan Chika, kembali memastikan timnya untuk tidak panik.

Lala dan Chika tampak santai, mereka tidak terlalu gugup. Chika sendiri yakin jika timnya bisa memenangkan duel ini. Bagi Lala ini suatu hal yang membosankan, karena ia harus berkeringat diluar jam ekskul.

Alasan mengapa Ariel memilih Lala untuk menjadi timnya, karena Lala mempunyai keahlian yang sangat hebat. Lala tidak pandai dalam satu keahlian, tapi Lala pandai dalam hampir semua keahlian. Jika terdesak, maka Lala bisa berubah menjadi apa saja.

Ariel sangat yakin jika Tasya juga akan memberinya satu kejutan dalam duel kali ini. Apapun kejutan itu, ia sangat bersemangat kali ini.

Ariel tersenyum lebar melihat Tasya datang bersama dua orang yang berseragam sama. Ariel berjalan menghampiri Tasya lalu mereka saling berjabat tangan. Kepalanya melongok ke belakang, mengintip satu orang asing yang bersembunyi di belakang Tasya.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang