38. THE BIG DAY
Memberanikan diri untuk mendekat, Dewa berdiri di depan gadis yang masih menangis sambil menundukkan kepalanya itu.
“Kai,” ucapnya pelan, serupa bisikan.
Kaila menghentikan isakannya dan mendongak, menatap Dewa dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun gadis itu kemudian berdiri. Menatap tepat pada mata Dewa yang menatapnya dengan iba.
“Puas kamu? Puas udah bikin aku sama nenek hidup semakin susah selama ini? Sekarang nenek ada di dalam, dan kemungkinan untuk bisa selamat sangat kecil. Itu kan yang kamu mau? ITU KAN YANG SELAMA INI KAMU MAU DARI AKU?!” Suara Kaila meninggi pada kalimat terakhir. Dewa yang melihat itu sangat terkejut.
“Kai, gue mau jelasin.”
Kaila menggeleng. Tak memperdulikan ucapan Dewa. “Sekarang kamu pergi. Kamu udah puas kan, liat aku yang kaya gini? Sekarang aku mau kamu pergi! Aku nggak mau lihat muka kamu lagi. Aku benci sama kamu!” Air mata Kaila semakin deras seiring dengan suaranya yang kian melemah.
“Kamu jahat, De, kamu jahat. Aku udah salah menilai kamu selama ini. Aku kira kamu baik, aku kira kamu beneran sayang sama aku. Tapi apa? Ini kan maksud kamu sebenarnya? Selamat, kamu berhasil bikin aku sedih, kecewa, dan sakit hati dalam satu waktu. Kamu berhasil, De.” Dewa seakan merasakan ribuan jarum yang menusuk jantungnya saat ini. Melihat keadaan Kaila dan kalimat yang terus diucapkan gadis itu padanya.
Tanpa pikir panjang, laki-laki itu merengkuh tubuh Kaila ke dalam pelukannya. Kaila yang tidak mau terus meronta, bahkan sampai memukul punggung Dewa dengan kuat. Namun Dewa tidak peduli. Ia merasa jika ia adalah orang yang sangat jahat pada gadis di dalam pelukannya ini. Bagaimana bisa ia membuat seorang gadis yang tangguh sperti Kaila harus merasakan sakit yang seperti ini?
“Maaf.” Kata itu terus ia bisikkan tepat di telinga Kaila. Hingga perlahan, gadis itu tak lagi meronta walaupun masih menangis.
“Gue tau gue yang seharusnya lo salahkan, Kai. Tapi jujur, gue baru tau masalah kecelakaan waktu itu hari ini. Mama sama Nanta menyembunyikan hal ini dari gue selama ini. Karena dokter pernah mendiagnosis kalau ingatan gue hilang soal kecelakaan itu. Makanya mereka berdua memutuskan untuk gak ngasih tau gue selama ini.” Dewa semakin mengeratkan dekapannya saat merasa Kaila kembali menangis di dadanya.
“Dan gue baru tau tadi pulang sekolah. Gue minta maaf. Andai gue gak lupa ingatan tentang hal itu, mungkin nasib lo gak akan kaya gini, Kai. Gue minta maaf, gue yang salah.” Entah sadar atau tidak, sebulir air mata telah jatuh dari pelupuk mata Dewa.
Dalam diamnya, Kaila seolah merasakan sesuatu yang tidak asing baginya. Ini merupakan kali pertama ia dipeluk oleh lawan jenisnya. Tapi, ia merasa jika ia pernah merasakan kehangatan pelukan ini. Entah di mana dan kapan. Yang pasti, Kaila selalu nyaman berada di dalam dekapan hangat ini.
“Satu hal yang harus lo tau, selama ini gue pengen deket sama lo bukan karena gue merasa bersalah. Bahkan gue masih gak tau kalau lo itu korban di kecelakaan waktu itu. Itu semua bener-bener karena gue tertarik sama lo, Kai.”
“Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Lo boleh menjauh dari gue setelah kejadian ini, tapi tolong jangan benci gue.” Kaila bisa mendengar perubahan suara Dewa. Suara yang tadi terdengar sangat tegas itu, kini terdengar begitu lemah seiring dengan dekapan yang semakin erat ia rasakan di tubuhnya.
ęęę
Pukul tujuh malam, para dokter telah keluar dari ruang ICU tempat nenek Kaila berada. Dan setelah satu jam berlalu, kini Kaila tengah memandang wajah pucat neneknya yang masih memejamkan mata. Air mata tak henti menetes membasahi wajahnya. Ia sangat merindukan wajah ceria wanita yang kini terbaring lemah itu. Ia merindukan kebersamaan mereka di rumah. Ia merindukan sosok yang selama ini ia panggil nenek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Teen FictionKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...