24. KUNJUNGAN MALAM HARI

655 60 0
                                    

24. KUNJUNGAN MALAM HARI

“Ngomong-ngomong, itu tadi siapa, Kai?”

Kaila sontak menghentikan langkahnya. Ia kemudian memutar tubuhnya menghadap Radit yang masih berdiri di belakangnya. Laki-laki itu malah menampilkan senyum yang membuat Kaila menghembuskan napasnya kesal.

“Temen.” Ia kembali melanjutkan langkahnya memasuki pintu belakang.

“Masa cuma temen? Lagian, tumben lo dianter temen lo ke sini,” ujar Radit yang menekan kata temen pada kalimat tanyanya.

“Siapa yang dianter ke sini?” Suara Intan yang tiba-tiba terdengar membuat Kaila semakin kesal. Ia yakin jika temannya itu pasti akan bertanya pada Radit tentang hal yang ia bicarakan tadi.

“Itu si Kaila tadi dianterin ke sini sama cowok.”

“Weh, lo punya cowok, Kai?!” Suara Intan kembali terdengar. Namun kali ini terkesan lebih heboh daripada tadi.

“Eh enggak!” tukas Kaila cepat.

“Iya, Tan. Dia tuh punya cowok. Buktinya tadi yang nganter ke sini cowok. Dan asal lo tau ya, Tan. Itu cowok mungkin kalo gak pake helm mukanya beuh, mantap kalo kata gue mah.” Tanpa menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Intan, Kaila langsung berlalu masuk ke dapur.

Ia langsung mengganti pakaiannya setelah sempat menyapa Aster. Baru saja keluar dari ruang ganti, Kaila kembali ditodong dengan pertanyaan seputar laki-laki yang tadi mengantarnya.

“Jangan bilang kalo cowok yang nganterin lo itu, cowok yang waktu itu ke sini, Kai.” Ucapan Laras tak langsung dijawab oleh Kaila. Ia justru berpikir, kenapa Laras tiba-tiba ikut membicarakan tentang hal ini? Oh, mungkin saja tadi saat Radit dan Intan masih mengobrol Laras datang dan ikut menimbrung.

“Woy, Kaila! Malah bengong lagi. Bener kan yang gue bilang tadi?” Kaila tersentak saat mendengar kalimat Laras yang menggunakan nada agak tinggi.

“Iya.” Kaila langsung berlalu dari tempat tersebut, tak menghiraukan Laras yang kembali berbincang dengan Radit dan Intan.

“Nah kan bener. Gue udah tau sama orangnya.” Laras kembali bersuara. Membuat Intan yang sejak awal sudah penasaran langsung mendesak temannya itu.

“Beneran lo tau orangnya? Yang mana sih, kok gue gak tau?” tanya Intan menggebu.

“Kalo yang waktu itu sama Kaila sih orangnya tinggi, putih. Dan yang paling penting nih ya, Tan. Orangnya cakep banget, gila. Gue aja awalnya gak percaya kalo dia ke sini mau ketemu sama Kaila.” Penjelasan Laras kian membuat Intan penasaran. Bagaimana kira-kira sosok yang tadi dijelaskan oleh Laras?

Baru saja ia akan kembali bersuara, suara seseorang yang terdengar langsung membuat mereka terkesiap.

“Ayo kerja ayo kerja. Ngobrolnya dipending dulu.” Laras langsung nyengir kemudian berlari memasuki ruang ganti. Berbeda dengan Intan yang kini tengah meletakkan tasnya dan mengambil baju gantinya.

Kaila yang melihat hal tersebut hanya bisa menahan tawanya.

õõõ

“Assalamualaikum.” Kaila membuka pintu rumahnya perlahan. Ia kemudian meletakkan plastik yang ia bawa di atas meja di ruang depan. Azan maghrib baru saja selesai berkumandang dari masjid yang berada tak jauh dari rumahnya.

Dengan wajah lelahnya, gadis itu langsung memasuki kamar dan meletakkan tasnya di sana. Setelah itu baru ia melangkah menuju ruangan di sebelahnya. Ia menyingkap gorden yang menutupi akses keluar masuk ruangan tersebut dan melihat sang nenek yang kini tengah berbaring di atas kasur usangnya.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang