43. TEMAN-TEMAN KAILA DAN KELAKUANNYA
Kaila tengah meneguk jus jambu yang baru saja ia buat di belakang rumahnya. Gadis itu baru saja selesai mandi dan langsung menuju dapur untuk membuat jus yang tengah ia nikmati saat ini. Rumahnya sepi karena kedua orang tuanya tadi pamit untuk mengecek pesanan furniture yang baru saja datang.
Suara derap langkah yang terdengar membuat Kaila menoleh. Ia melihat sosok Dewa yang berjalan ke arahnya sambil melempar senyum.
“Kok sepi?” tanya Dewa yang kini ikut duduk di atas lantai bersama Kaila.
“Ngecek pesanan barang di kafe.” Laki-laki itu hanya mengangguk. Hening terjadi karena keduanya fokus menatap ikan yang berenang di dalam kolam yang berada di hadapan mereka.
“Bulan depan aku tes tahap pertama.” Kaila menoleh saat mendengar Dewa bersuara.
Jangan bertanya mengenai perubahan panggilan yang digunakan Dewa. Laki-laki itu mulai mengganti kata gue menjadi aku dan kata lo menjadi kamu sekitar satu bulan yang lalu.
“Kamu udah siap?” Dewa menoleh, menatap Kaila dalam.
“Aku harus siap. Apapun hasilnya nanti. Kamu bantu doa sama semangat ya. Semoga kita bisa lolos.” Kaila hanya mengangguk dengan senyuman di bibirnya.
“Aku yakin kalian bisa lolos. Jangan sampai papa kamu kecewa, kamu harus ingat sama perjuangan kamu selama ini. Kalaupun kamu belum bisa lolos, jangan patah semangat. Kamu masih bisa coba lagi di kesempatan berikutnya.” Dewa tersenyum lega mendengar perkataan tersebut. Jujur, dirinya merasa sangat gugup menghadapi tes yang pastinya akan diikuti oleh ribuan orang dari seluruh negeri ini. Dan ia harus bisa meyakinkan diri jika ia bisa lolos.
Getar ponsel Kaila membuat Kaila langsung meraih benda tersebut dan mendapati sebuah pesan dari Vera.
“De, kita ke tempat Kak Yuda sekarang ya. Vera udah ngabarin.” Kaila beranjak sambil membawa ponsel dan gelas yang telah kosong.
“Kamu tunggu di depan aja, aku mau ganti baju dulu.” Dewa hanya mengangguk sebelum Kaila meninggalkan tempat tersebut untuk menuju kamarnya. Dewa memilih berjalan ke teras untuk menunggu Kaila.
Tak lama, gadis itu telah keluar dengan setelan celana baggy serta kaos hitam dengan garis-garis putih serta menenteng sebuah helm hitam di tangannya. Kaila masih tetap Kaila yang dulu menurut Dewa. Gadis itu tak terlihat merubah penampilannya meskipun dirinya kini telah tinggal bersama kedua orang tuanya yang bisa dikatakan memiliki kehidupan yang lebih dari cukup. Namun, hal itulah yang disukai Dewa. Kaila tetap tampil sederhana meskipun keluarganya memiliki harta untuk membeli barang yang membuat penampilannya bisa saja menjadi lebih tampak mewah.
“Yuk.” Keduanya lantas berjalan menuju motor hijau Dewa untuk menuju kafe.
ąąą
“Loh, Kai. Itu bukannya mobil ayah kamu?” Kaila melihat ke arah yang ditunjuk Dewa. Di depan kafe tersebut memang ada sebuah mobil hitam milik ayah Kaila.
“Eh, iya. Berarti mereka di sini juga ya?” Dewa hanya mengangguk mengiyakan sebelum mereka berjalan memasuki kafe yang saat ini masih sepi karena memang belum jam buka.
Baru saja memasuki pintu, Kaila langsung disambut oleh teman-temannya yang bekerja di sana.
“Kaila! Lo udah sembuh?” Intan dan Laras yang melihat Kaila langsung mendekat dan berhambur memeluk tubuh Kaila.
“Alhamdulillah udah.” Kaila tersenyum saat pelukan kedua temannya itu terlepas.
“Lo harus cerita sama kita.” Lagi-lagi Kaila hanya bisa tersenyum saat suara Damar terdengar kesal di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Novela JuvenilKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...