31. A LITTLE TIME WITH YUDA
Dua bulan berlalu, mulai hari Senin ini seluruh siswa sekolah menengah atas akan melakukan ujian nasional secara serentak. Tak terkecuali sekolah Kaila. Gadis itu telah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut.
Dukungan semangat selalu ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya. Kebanyakan dari mereka memberikan kata-kata yang kiranya bisa memacu semangat Kaila untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang ia inginkan melalui jalur beasiswa.
Hari ini, Kaila mendapat gelombang pertama dalam pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer di sekolahnya. Berbekal materi yang telah ia pelajari selama ini, Kaila yakin jika ia bisa mengerjakan semua soal nantinya. Meskipun hatinya masih saja berdebar cemas sedari tadi.
Vera belum juga terlihat sampai saat ini. Mungkin gadis itu belum berangkat, atau entahlah. Kaila kembali membuka buku yang lebih dari sebulan ini menjadi teman akrabnya. Buku tebal berisi berbagai macam materi ujian nasional. Kaila tengah menghapal materi sambil memejamkan mata saat seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Ia mendapati Vera yang kini berdiri di depannya. Sepertinya gadis itu baru saja sampai.
“Kamu baru sampai?” Vera mengangguk kemudian ikut duduk di samping Kaila.
“Adam bangunnya kesiangan. Tadi malem belajar buat hari ini.” Kaila hanya mengangguk tanpa membalas lagi. Ia kembali fokus pada buku tebal di tangannya.
Dua puluh menit kemudian, suara dari salah seorang guru terdengar melalui pengeras suara. Perintah bagi para peserta ujian agar segera memasuki ruangan. Kaila berdoa dalam hati, semoga ia bisa mengerjakan soal ujian hari ini dan hari selanjutnya tanpa ada kendala.
“Good luck ya, Kai. Gue yakin lo pasti bisa. Kita berjuang sama-sama ya.” Kaila membalas tos kepalan tangan Vera. Gadis itu ikut tersenyum mendengar Vera yang memberikan semangat padanya dengan senyum di wajah.
“Aamiin, kamu juga ya. Semoga lancar, biar bisa kuliah bareng Adam.”
“Aamiin. Kalo gitu gue duluan ya.” Kaila melambaikan tangan pada Vera yang untuk ujian kali ini akan berada pada ruangan yang berbeda dengannya.
Sejenak, Kaila memejamkan mata. Berdoa dalam hati, semoga ia bisa menyelesaikan ujiannya hari ini.
ňňň
Gelombang pertama telah selesai. Para siswa telah keluar dari ruangan ujian satu demi satu. Wajah tegang masih terpancar di wajah mereka, namun wajah lega masih mendominasi. Setidaknya mereka telah melalui satu dari serangkaian ujian kelulusan.
Kaila menghembuskan napas saat telah berada di luar ruangan. Walaupun ia bisa mengerjakan soal tadi, tapi tetap saja dirinya masih tegang lantaran esok hari dan beberapa hari ke depan masih ada serangkaian ujian lainnya.
Ia memilih duduk di bangku depan kelas yang ia lalui. Suasana sekolah tampak sepi karena kelas sepuluh dan kelas sebelas memang diliburkan. Vera pun tadi mengatakan jika ia pulang terlebih dahulu karena akan mengikuti bimbel untuk materi ujian esok hari.
“Hei!” Kaila sontak menoleh saat mendengar suara seseorang di sampingnya.
“Eh.” Dewa tersenyum saat melihat reaksi Kaila.
“Kaget ya? Sorry gak sengaja.”
“Enggak juga kok.”
“Gue duduk sini ya.” Kaila menggeser tubuhnya dan kemudian Dewa duduk di sampingnya.
Koridor kelas sepuluh tampak sepi kali ini. Para siswa ujian memang lebih memilih untuk menunggu waktu ujian di dalam kelas masing-masing. Namun tak sedikit yang duduk bersama temannya di bangku depan kelas seperti yang ditempati Kaila saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Fiksi RemajaKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...