37. HER GRANDMA

620 49 0
                                    

37. HER GRANDMA

Dewa memasuki rumahnya dengan langkah lebar. Ia sudah berniat untuk menyusul Kaila setelah ini. Ia harus bisa menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka sebelum dirinya pergi. Ia ingin jika nanti ia pergi, tidak ada beban lagi mengenai hati dan perasaannya.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, laki-laki itu kembali melangkah melewati ruang tamu untuk keluar. Namun suara pembicaraan dari arah dapur membuatnya tertarik. Tadi saat ia masuk rumah, ia tak melihat siapapun di dalam rumah, tapi kini terdengar suara obrolan di dapur.

Dewa hanya berdiri merapat di dinding yang berbatasan langsung dengan ruang makan. Ia tidak ingin mengganggu obrolan seru itu, namun ia ingin mendengar apa saja yang mereka katakan.

“Dia udah tau, Ma.” Suara adiknya terdengar seperti orang yang putus asa. Entah tentang apa, Dewa juga tidak mengetahui arah pembicaraan kedua orang itu.

“Terus, gimana Dewa?” Dewa menajamkan pendengarannya. Kenapa namanya ikut disebut?

“Dewa masih belum tau. Tapi akhir-akhir ini mereka berdua jadi makin jauh, kalau menurut aku karena dia udah tau yang sebenarnya.” Dewa kian bingung dengan topik obrolan itu. Apa maksud obrolan mereka?

“Ini yang nggak Mama pengen, Nak. Kalau tau ujungnya bakal seperti ini, Mama bakal pilih buat minta maaf dulu sama dia. Mama jadi ngerasa nggak enak sama Dewa. Apalagi dengan cerita kamu waktu itu.”

“Jujur, aku kasihan sama dia, Ma. Dia udah kerja dari mulai masuk SMA. Dan semenjak kejadian itu, pasti beban biaya buat hidupnya dia makin banyak. Aku gak bisa bayangin gimana jadinya kalau dokter nggak bilang kalau Dewa lupa ingatan tentang kecelakaan itu.” Nanta menjeda ucapannya dengan membuang napas panjang.

“Entah bakal sampai kaya gini atau enggak.”

“Kamu tau rumahnya dia, Nak?” Dewa sedikit mengintip pada dua orang yang masih tak menyadari keberadaannya itu. Sebenarnya, ke mana arah pembicaraan mereka sedari tadi? Dan, kenapa namanya selalu disebut?

“Anterin Mama ke sana, Nak. Mama mau minta maaf sama dia. Andai waktu itu Mama langsung menemui dia dan minta maaf, mungkin nggak bakal seperti ini ceritanya. Gara-gara Mama yang waktu itu telfon Dewa yang lagi nyetir, Dewa nabrak dia sampai neneknya lumpuh. Mama merasa sangat bersalah, Nak. Mama juga merasa sangat bersalah karena Mama nggak membantu mereka sama sekali sampai membuat dia merasakan ini semua. Ini semua karena ego Mama yang nggak mau mengakui kalau ini semua memang gara-gara Mama.” Suara sang ibu yang berubah parau membuat Dewa terpaku. Apa maksud ucapan ibunya barusan? Apakah ia tidak salah dengar?

Dewa mengepalkan tangannya. Napasnya mulai memburu seiring dengan amarah yang menguasai dirinya. Jadi, ini jawaban dari pertanyaannya tentang sikap gadis itu pada dirinya? Dengan langkah lebar, laki-laki itu berjalan mendekati ibu dan adiknya. Kedua orang itu tampak terkejut mendapati Dewa yang datang dengan wajah yang sangat terlihat jika sedang menahan amarah.

“Jadi ini, alasan kenapa dia tiba-tiba jadi benci sama Dewa? Makasih, Mama udah berhasil bikin Dewa kecewa. Asal Mama tau. Dia, perempuan itu yang udah bikin Dewa gak males belajar buat ujian. Dan lo, Nak. Lo kenapa lakuin ini ke gue? Gue abang lo!” Dewa menggelengkan kepalanya. Masih tak menyangka jika ia baru mengetahui hal ini selama hampir satu tahun.

“Kenapa kalian menyembunyikan ini? Setidaknya kalau Mama malu untuk minta maaf sama dia, Dewa bisa minta maaf secara langsung. Karena yang terlibat dalam kejadian itu Dewa, Ma. Dan karena ini, karena hal yang udah kalian sembunyikan selama ini, udah berhasil bikin dia jadi benci sama Dewa. Bikin dia menjauh dari Dewa, dan udah bikin Dewa kecewa sama kalian.” Tanpa mengucapkan kalimat apapun lagi, Dewa melangkah keluar rumahnya dengan cepat. Ia harus segera menemui gadis itu, hari ini juga.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang