20. GOOGLE
“Kaila, ada yang nyariin!” Suara seseorang yang berasal dari pintu kelasnya membuat Kaila yang awalnya sedang membaca langsung menoleh.
“Siapa?” tanyanya pada teman sekelasnya yang tadi memanggilnya.
“Dewa.”
“Oh, makasih.” Kaila segera berlalu menemui laki-laki yang kini tengah berdiri di depan pintu kelasnya itu.
“Kenapa?” tanya Kaila setelah ia berdiri di depan Dewa.
“Gak papa, cuma mau tanya. Lo kapan bisa mulai ngajarin gue?” Kaila diam, berpikir kapan kiranya ia bisa mengajari laki-laki di depannya ini.
“Entar bisa gak?” Dewa kembali bertanya karena Kaila tak kunjung menjawab.
“Kamu kan mau Sholat Jumat.” Kaila menjawab cepat. Istirahat kedua pada hari Jumat seperti ini memang biasa digunakan untuk melaksanakan Sholat Jumat bagi para laki-laki.
“Ya gak sekarang juga. Balik sekolah nanti kan bisa.” Dewa menoleh saat mendengar temannya yang menyapa setelah mengatakan hal tersebut pada Kaila.
“Kalau pulang sekolah aku yang gak bisa. Pulang sekolah aku mau langsung ke kafe.” Dewa menghela nafas.
“Kalau besok aja gimana?” tawar Kaila.
“Gue besok yang gak bisa.” Dewa berkata malas.
“Lo inget kan yang dibilang Pak Ahmad waktu itu? Yang lomba azan, nah itu kan lombanya besok.”
“Kalau enggak gini aja, besok habis kamu selesai lomba langsung ke kafe. Baru deh aku ajarin nanti.” Laki-laki itu tampak berpikir sebelum akhirnya mengiyakan.
“Oke, besok gue langsung ke kafe. Eh iya, mana HP lo?” Tangan Dewa menengadah. Dengan tatapan bingung, gadis itu menyerahkan ponselnya pada Dewa.
“Udah, itu nomor gue. Kalo misal lo mau ganti jadwal lagi, chat aja.” Dewa mengembalikan ponsel Kaila setelah selesai menuliskan nomornya.
“Gue cabut dulu. Jangan lupa besok.” Laki-laki itu berjalan meninggalkan Kaila dengan senyum di wajahnya kemudian terlihat bergabung dengan segerombol laki-laki kelas 12 lainnya. Dan ia baru menyadari jika Dewa tidak memakai sepatu.
Setelah Dewa hilang di ujung koridor, Kaila kembali ke bangkunya dan langsung diserang dengan pertanyaan oleh Vera.
“Itu tadi si Dewa, Kai? Ngapain dia nyariin lo?” Vera langsung bertanya saat Kaila baru saja duduk di kursinya.
“Minta aku ngajarin materi yang dia gak bisa.” Kaila kembali membuka novelnya untuk melanjutkan membaca.
“Serius? Si Dewa minta lo ngajarin materi ke dia?” Vera bertanya dengan nada heboh.
“Iya, Vera. Emang kenapa sih?” Kaila balas bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca.
“Asal lo tau ya, Kai. Si Dewa itu orang yang selalu dapet nilai rendah satu angkatan. Beda banget sama kembarannya yang selalu dapet peringkat pertama.” Ucapan Vera kali ini membuat Kaila menoleh, sedikit berpikir tentang ucapan sahabatnya itu.
“Masa iya dia selalu dapet nilai jelek?”
“Iya. Udah gitu ya, dia itu sering banget ditunjuk sekolah buat ikutan lomba-lomba gitu. Sampe sekarang aja gue gak yakin kalo dia bisa ditunjuk buat ikut lomba.”
“Udah ah, jangan nethink gitu. Anggap aja itu emang bakat terpendamnya dia.” Baru saja Vera membuka mulut, hendak menyanggah ucapan Kaila namun Kaila lebih cepat bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Roman pour AdolescentsKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...