32. ON THE LAST DAY OF THE EXAM

595 43 0
                                    

32. ON THE LAST DAY OF THE EXAM

Hari ini, semua rentetan ujian untuk kelas dua belas telah selesai dilaksanakan. Tinggal menunggu hasil pengumuman yang akan keluar sekitar satu bulan lagi. Wajah riang tergambar jelas di hampir semua siswa yang baru saja keluar dari ruang ujian. Mereka semua seakan baru saja menemukan kebebasan yang sesungguhnya.

Perjuangan mereka selama tiga tahun di sekolah, kini hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Koridor masih ramai oleh para siswa yang kini telah bisa bercanda dan tertawa lepas bersama teman-temannya. Tak sedikit juga yang membahas tentang ujian yang baru saja selesai dilaksanakan.

Kaila berjalan bersama Vera setelah tadi dirinya sempat menunggu Vera yang keluar lebih akhir karena mereka memang tidak berada dalam satu ruang ujian. Langkah mereka saat melewati koridor pun tak lepas dari obrolan mengenai soal ujian yang keluar dan juga rencana yang akan dilakukan selama libur selama satu bulan ke depan.

“Gak tau deh. Tapi kayaknya gue gak mau pergi ke mana-mana deh, Kai. Lagi males banget. Gak ada duit juga sih. Terus juga mama bilang kalo minggu depan mau pergi ke acara nikahan anak temennya. Jadi ya gue yang bakal nunggu toko selama mama pergi.” Kaila hanya mengangguk tanpa menjawab.

“Lo sendiri, tetep masuk kerja kan? Biasanya kalo hari libur lo bisa full tuh seharian di kafe.”

“Iya. Kemarin juga Kak Yuda udah bilang kalau mulai besok kita udah boleh masuk lagi.”

Langkah mereka terus berlanjut tanpa adanya obrolan hingga suara seseorang membuat keduanya menoleh.

“Kaila!” Dari arah belakang mereka, Dewa tampak berlari dengan wajah riang.

Kaila sontak tersenyum melihat laki-laki itu, sedangkan Vera tampak mengeraskan rahangnya begitu mengetahui jika yang baru saja memanggil Kaila adalah Dewa.

“Gue mau ngomong sama lo, boleh?” ujar Dewa begitu dirinya telah sampai di hadapan gadis yang tadi ia seruan namanya.

“Mau ngomong apa lo sama Kaila? Gak bisa di sini aja? Kaila mau balik bareng gue habis ini.” Suara dingin Vera membuat Kaila menatap bingung padanya.

“Bentar aja kali, Ver. Lima menit doang. Lo boleh deh pasang timer kalo perlu,” jawab Dewa sambil memutar bola matanya.

“Bener lo. Kalo sampe lebih dari lima menit, awas lo.” Vera menunjukkan tatapan tajamnya ke arah Dewa kemudian beralih menatap Kaila. “Gue jalan ke depan duluan ya, Kai. Kalo sampe ini bocah macem-macem sama lo, lo tinggal teriak aja.” Vera kembali menunjukkan tatapan tajam serta nada dinginnya pada Dewa sesaat sebelum meninggalkan tempat tersebut.

“Itu orang kenapa sih? Sewot banget perasaan,” tanya Dewa bingung.

Kaila hanya mengangkat bahu. Ia juga sebenarnya bingung mengapa Vera tiba-tiba saja menjadi dingin dan tatapannya terlihat tidak bersahabat setelah Dewa datang tadi.

“Oh iya, kamu mau ngomong apa?” Seakan teringat sesuatu, senyum di bibir Dewa langsung mengembang sempurna. Ia lantas menarik tangan Kaila menuju salah satu bangku yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri sebelumnya.

“Ya, sebenernya gak terlalu penting juga sih. Intinya gue mau berterima kasih sama lo, karena lo udah bantuin gue belajar materi yang gak gue pahami. Andai waktu itu gue gak minta tolong sama lo, udah habis gue di tangan papa.” Dewa mengakhiri kalimatnya dengan kekehan kecil.

“Ini masih belum akhir, De. Ujian baru aja selesai, dan kita juga masih harus nunggu sampai pengumuman keluar.”

“Sama aja lah, Kai. Intinya gue tetep harus berterima kasih sama lo. Takutnya gue malah gak bisa kalo harus nunggu sampe pengumuman.” Dahi Kaila berkerut. Tak memahami maksud ucapan Dewa barusan.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang