30. LOVE?

586 51 0
                                    

30. LOVE?

Kaila sampai di rumahnya tepat saat azan isya  berkumandang. Ia memasuki rumah setelah sempat mengucapkan salam. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah mendatangi kamar neneknya untuk memastikan keadaan wanita itu.

Wanita itu masih setia dengan posisi berbaringnya dengan mata terpejam. Kursi rodanya berada tepat di samping kasur yang bahkan sudah tidak berbusa lagi itu.

Dua hari lalu, Kaila kembali membawa neneknya menuju rumah sakit untuk check up. Dokter mengatakan jika kondisi neneknya mulai menurun. Mulai dari beberapa anggota tubuh yang sarafnya mulai sulit berfungsi, pendengaran dan penglihatan yang mulai menurun, dan bahkan wanita itu tak jarang lupa jika Kaila adalah cucunya.

Mendengar diagnosis dokter tentang neneknya, Kaila sempat akan menangis jika saja dokter perempuan itu tak memberinya kalimat yang membuatnya tak jadi menumpahkan air matanya. Namun tak jarang Kaila masih merasa ingin menumpahkan semua air matanya itu saat kalimat dokter dua hari lalu seakan terus berputar di dalam kepalanya.

Jika boleh jujur, Kaila membutuhkan seseorang yang bisa menampung segala keluh kesahnya. Atau minimal seseorang yang bisa ia jadikan tempat bersandar saat ia ingin menumpahkan air matanya seperti saat ini.

Kaila merebahkan dirinya setelah selesai mandi dan memastikan sang nenek tidak membutuhkan bantuannya lagi. Sambil menatap langit-langit kamarnya yang menampilkan pemandangan langsung dari genteng yang kayu penyangganya bahkan tak sedikit yang telah patah, Kaila kembali merenung. Memikirkan semua hal yang akhir-akhir ini selalu saja mampir ke dalam kepalanya.

Tentang kelanjutan pendidikannya, tentang neneknya, dan juga tentang hatinya. Sampai saat ini Kaila masih bingung, ia sebenarnya sangat ingin mendaftar kuliah. Namun lagi-lagi biaya yang menjadi masalah utama. Ia bisa saja kuliah sambil bekerja, namun ia tetap tak yakin jika hasil kerjanya bisa ia gunakan untuk biaya kuliah dan biaya hidup sekaligus. Mengingat keadaan neneknya yang pastinya akan membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit, bahkan kini uang di tabungannya perlahan menipis seiring berjalannya waktu.

Kepalanya mulai terasa pening mengingat semua hal tersebut. Tiba-tiba saja ia merindukan sosok bayangan hitam yang beberapa bulan lalu sempat menemani hari-harinya. Misha. Ia rindu dengan sosok itu, ia rindu dengan dekapan hangat bayangan itu, bahkan ia rindu dengan suara yang selalu terdengar berat di telinganya itu. Sekarang, di mana kiranya bayangan itu berada? Atau lebih tepatnya, siapa pemilik tubuh bayangan hitam itu?

Pada akhirnya pikiran tentang semua hal hyang terjadi itu menjadi pengantar tidur Kaila malam ini. Untuk sejenak, biarkan dirinya terlelap dalam indahnya mimpi. Tak peduli jika masalah tersebut bisa selesai begitu saja setelah ia bangun esok hari, Kaila masih ingat betul jika ia bukan sedang hidup dalam dunia dongeng yang pernah ia baca sewaktu kecil di taman kanak-kanak.

ăăă

Lagi-lagi suasana yang dipenuhi dengan air mata terjadi di dalam ruangan besar itu. Seorang wanita kembali menangis dalam pelukan temannya dan tanpa kenal lelah, ia terus menceritakan kisahnya yang kehilangan putri kecilnya sejak usia satu tahun. Padahal jika dihitung, telah lebih dari enam belas tahun putrinya menghilang entah ke mana.

Melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib tentu telah ia lakukan sejak awal kehilangan. Namun akhirnya pihak kepolisian menutup kasus ini setelah melakukan pencarian selama dua tahun dan tak membuahkan hasil. Dan hal tersebut semakin membuat wanita yang masih menangis itu kian sedih saat menyadari jika kemungkinan ia bisa menemukan putri kecilnya itu sangat kecil.

Suaminya bukanlah seorang detektif yang bisa menemukan orang yang hilang dengan metode pelacakan seperti dalam cerita fiksi. Pun juga bukan seorang yang hartanya bergelimang tujuh turunan sehingga bisa membayar beberapa orang yang bisa diberi perintah untuk mencari keberadaan putrinya. Selama ini ia hanya bisa berdoa dan memohon petunjuk pada Sang Kuasa agar ia bisa bertemu dengan putri kecilnya yang kini tentu sudah tidak kecil lagi.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang