44. CINCIN

679 49 0
                                    

44. CINCIN

Terhitung, sudah hampir lima bulan Kaila menjalani harinya sebagai mahasiswi. Sebenarnya saat awal menentukan pilihan jurusan saat hendak mengikuti UTBK, Kaila sempat bingung. Kemudian Dewa memberikan saran padanya untuk memilih jurusan pendidikan, dan di sinilah Kaila saat ini. Kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri dengan jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Dewa sendiri telah dinyatakan lolos ujian tahap awal yang dilaksanakan sekitar dua bulan yang lalu. Dan laki-laki itu juga mengabari Kaila jika bulan lalu juga telah diadakan tes tahap kedua. Sebenarnya Kaila juga bingung, entah ada berapa tahap jumlah tes yang akan dilalui laki-laki itu. Namun gadis itu tentu selalu mendoakan agar Dewa bisa lolos semua tes tersebut dan diterima nantinya.

“Kai, gue duluan ya. Bapak gue baru aja masuk rumah sakit, kecelakaan katanya.” Kaila menoleh pada Laras yang memang sejak tadi berjalan bersamanya. Mereka berdua memang kuliah di kampus yang sama, hanya saja Laras mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Namun mereka berdua masih sering bertemu karena memang berada dalam lingkup kampus yang sama.

“Parah nggak, Ras? Atau aku ikut jengukin bapak kamu juga?” Laras langsung menggeleng sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

“Enggak kok, Kai. Cuma beberapa luka luar aja. Gak parah banget kok.”

“Ya udah, aku titip salam aja buat keluarga kamu. Tapi nanti kamu tetep kerja 'kan?” Laras tampak berpikir sebelum menjawab.

“Iya, tapi kayaknya gue masuk telat. Nanti biar gue izin sama Bang Yuda.” Kaila mengangguk.

“Lo udah dijemput belum, Kai?” Kaila mengecek ponselnya dan mendapati sebuah pesan di sana.

“Udah kok. Kamu hati-hati ya, Ras. Jangan ngebut.” Mereka berpisah di dekat parkiran. Laras yang berjalan menuju parkiran dan Kaila yang berjalan menuju area depan kampus.

Sampai di gerbang, Kaila bisa melihat seorang laki-laki yang duduk di atas motor hijau sambil sesekali menatap sekitarnya. Kaila lantas mendekat hingga membuat Dewa yang entah tengah menatap apa menjadi terkejut.

“Eh, udah sampai sini aja.” Kaila tersenyum melihat Dewa yang terkejut karena kehadirannya.

Dewa menyerahkan helm yang ia bawa pada Kaila yang langsung dipakai gadis itu. Setelah Kaila menaiki motor hijau tersebut, barulah Dewa memacunya meninggalkan area kampus.

“Ke rumah aku dulu ya.” Dewa sedikit menolehkan kepalanya saat berbicara pada Kaila. Kini mereka tengah berhenti di jalan karena lampu lalu lintas yang menyala warna merah.

“Iya, di rumah juga nggak ada orang. Mama tadi bilang mau ke tempat temennya yang mantu.” Laki-laki yang berada di depan Kaila itu kembali memacu motornya sesaat kemudian karena lampu telah menyala hijau.

Perjalanan tak memakan waktu yang lama karena kini kedua orang tersebut telah berhenti di pekarangan rumah Dewa. Kaila bisa melihat sebuah mobil yang terparkir di garasi. Ingatan gadis itu berputar dan kembali mengingat jika mobil itulah yang dulu pernah membuat kakinya cedera. Mobil itu jugalah yang membuat neneknya mengalami kelumpuhan.

“Hei, jangan ngelamun dong.” Rangkulan di bahunya membuat Kaila tersadar. Di sampingnya, Dewa berdiri sambil menatap bingung ke arahnya.

“Kamu inget kejadian waktu itu ya? Maaf ya.” Raut wajah Dewa berganti menjadi menyesal, dan Kaila bisa menangkap perubahan itu.

It's OK. Semuanya udah lewat, nggak baik juga kalau harus diingat-ingat.” Dewa tersenyum. Ia kemudian mengajak Kaila memasuki rumahnya, masih dengan tangan kiri yang merangkul bahu Kaila.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang