28. PERTANYAAN VERA
Malam harinya, Kaila tidak bisa tidur bahkan saat jam telah menunjukkan pukul setengah sebelas. Untung saja esok hari masih liburan sekolah. Jika tidak, maka bisa dipastikan jika paginya ia akan bangun kesiangan.
Kata-kata Vera adalah penyebab utama Kaila belum juga bisa menutup matanya untuk berselancar di alam mimpi. Tadi, setelah menggodanya habis-habisan mengenai Dewa bersama Adam, Vera melontarkan sebuah kalimat tanya yang langsung saja membuat Kaila terdiam seribu bahasa.
“Gue liat-liat lo makin deket aja sama Dewa, Kai. Hubungan kalian sebenernya gimana sih?” Kaila yang saat itu baru saja meneguk sisa terakhir minuman di dalam gelasnya kembali dibuat tersedak karena ucapan Vera.
Namun saat dirinya belum sempat menjawab, suara dering telepon dari ponsel Vera membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya.
“Kai, gue cabut dulu ya. Disuruh jaga toko soalnya.” Setelah melakukan perpisahan dengan Kaila, Vera langsung melangkah keluar dari tempat tersebut. Diikuti Adam yang kini juga ikut berdiri.
“Sorry, kalo pertanyaan Vera tadi buat lo gak nyaman. Tapi gue juga penasaran sih sebenernya, Kai.” Adam terkikik geli kemudian ikut menyusul langkah sang kekasih yang kini tampak sudah nangkring di atas motornya.
Kembali pada keadaan Kaila saat ini. Dirinya sejak tadi hanya berguling di atas kasur usangnya sambil terus memikirkan ucapan Vera tadi siang. Karena nyatanya, pertanyaan yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang itu justru berdampak sangat besar pada hati dan pikiran Kaila sepanjang siang hingga malam ini.
Tapi tak ada salahnya juga pertanyaan Vera. Sebenarnya bagaimana hubungannya dengan Dewa saat ini? Teman? Ya, itulah yang ia anggap.
Namun tak sedikit teman-temannya yang mengira jika dirinya dan laki-laki itu telah menjalin hubungan. Lantas apa? Pacaran? Tentu saja tidak. Baik ia maupun Dewa tak pernah ada satu pun yang mengungkapkan perasaannya hingga bisa disebut pacaran.
Lantas, hubungan apa lagi yang kiranya cocok untuk keadaan mereka berdua saat ini? Dibilang dekat, iya. Dibilang akrab, iya. Dibilang sayang, juga iya. Eh?
Kaila langsung menggelengkan kepalanya saat pemikiran tersebut bersarang di otaknya. Kenapa ia bisa berpikir sampai sana? Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Kaila memang mengakui hal tersebut. Meskipun tidak sepenuhnya.
Ah sudahlah. Kepalanya kini terasa pusing akibat memikirkan hal yang berakar dari pertanyaan Vera tadi siang itu. Jika sudah begini, apakah ia harus menyalahkan Vera? Karena kini jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Jadi, selama itulah ia berpikir tentang hal yang sama sekali tidak penting ini?
Kaila berdecak saat menyadari hal tersebut. Namun ia juga merasa lega karena tak lama, kantuk yang ia harapkan kehadirannya sejak tadi itu akhirnya datang padanya. Setelah sempat menguap beberapa kali, Kaila akhirnya bisa terlelap dalam mimpinya.
ęęę
Masa liburan telah usai, kini semua siswa sekolah telah kembali pada rutinitas masing-masing, yaitu sekolah. Memasuki awal semester genap ini kelas-kelas dengan tingkatan tertinggi di semua jenjang akan memasuki masa sibuk menjelang ujian kelulusan. Terutama bagi siswa yang kini menginjak semester terakhir pada jenjang sekolah menengah atas.
Di sekolah Kaila, latihan-latihan ujian atau yang biasa disebut simulasi telah sejak akhir semester ganjil dilaksanakan. Namun memasuki semester genap ini mungkin jadwalnya akan lebih padat. Belum lagi dengan ujian-ujian yang lain dan materi yang mungkin saja masih belum semua bab tersampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Novela JuvenilKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...