45. MEJA MAKAN

699 43 0
                                    

45. MEJA MAKAN

“Masih ada yang harus diantar lagi nggak, Kak?” Aster menggeleng menjawab pertanyaan Kaila. Tak lama, Damar memasuki dapur dengan membawa nampan yang baru saja digunakan untuk mengantar pesanan pasa pengunjung kafe.

Keadaan kafe memang terlihat ramai pengunjung pada hari ini. Mungkin karena akhir pekan sehingga orang-orang lebih memilih untuk nongkrong dengan teman-teman di tempat semacam kafe.

Yuda memasuki dapur melalui pintu belakang, kedua tangan laki-laki membawa kantung kresek besar yang kemungkinan isinya adalah bahan-bahan untuk keperluan dapur.

“Kamu ada janji sama Dewa, Kai?” Kaila langsung menoleh saat Yuda melontarkan pertanyaan.

“Iya, Kak. Memangnya kenapa?” Yuda meletakkan kantung tadi di meja kosong yang berada di dekat lemarj pendingin kemudian duduk di kursi kosong di samping Kaila.

“Tadi Kakak ketemu sama dia di depan. Ya dia mau ngapain lagi ke sini kalau bukan ketemu kamu?” Belum sempat Kaila menjawab, suara Intan lebih dulu terdengar.

“Bener tuh, Bang. Ngapain lagi dia ke sini kalo bukan mau ketemu Kaila. Mana akhir-akhir ini mereka jadi nempel banget lagi. Ke mana-mana berdua terus.” Intan berkata seolah ia kesal melihat Dewa yang selalu bersama Kaila.

“Lah, kamu kenapa jadi kesel gitu, Tan? Gak suka kamu, liat temen sendiri seneng?” Aster yang sedari tadi diam kini ikut bergabung dalam obrolan.

“Ih, bukannya gitu, Kak. Cuma ya, hargain temen yang jomblo dong. Emangnya liat temen sendiri jalan sama cowok hati gue gak ngerasa pengen.” Intan mengerucutkan bibirnya kesal.

Sontak orang-orang di sana tertawa melihat Intan yang malah semakin menekuk wajahnya. Sampai suara Radit yang terdengar memecah suasana.

“Kan ada Damar, Tan. Kenapa harus pengen? Kalo mau, ajak Damar juga pasti langsung bilang iya si Damar.” Suara tawa kembali pecah memenuhi dapur tersebut. Radit yang memang memasuki dapur hanya untuk menuju toilet telah menghilang di balik pintu toilet.

“Tau lah, kesel!” Intan meletakkan nampan yang ia bawa kemudian melangkah keluar dapur melalui pintu belakang.

Namun saat baru saja membuka pintu, ia malah dikejutkan dengan Dewa yang juga tengah membuka pintu tersebut dari luar. “Woh, sorry-sorry.” Dewa langsung meminta maaf, namun Intan tak menjawab dan langsung berlalu begitu saja.

“Dia kenapa?” tanya Dewa setelah berada di dekat kumpulan orang-orang di dapur.

“Kesel sama lo,” jawab Damar sebelum melangkah keluar melalui pintu belakang. Entah untuk menyusul Intan atau untuk apa.

“Kesel sama gue? Gara-gara buka pintu tadi?” Dewa yang masih bingung kembali bertanya.

“Bukan kok, santai aja.”

“Kamu kenapa lewat pintu belakang?” Dewa menoleh pada Kaila saat suara gadis itu terdengar.

“Pengunjungnya ternyata rame banget. Jadi milih lewat belakang aja.” Kaila mengangguk.

“Kak, gue ajak Kaila keluar ya.” Yuda yang tengah membereskan kantung plastik yang tadi ia bawa langsung menoleh.

“Iya, tapi balik nanti langsung balik ke sini kalo misal kalian kelar sebelum jam tutup.” Dewa hanya mengangguk. Kaila pun mulai bangkit dari duduknya dan mengambil tas yang ia gantungkan di gantungan tas.

“Oh iya, lo kapan berangkat, De?” Yuda kembali saat Kaila sudah berniat untuk pamit.

“Lima hari lagi, tapi kalo Nanta besok udah berangkat. Makanya ini gue disuruh bawa Kaila ke rumah sama Mama.” Yuda mengangguk.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang