19. KAILA OKTAVIANA
Dewa bersenandung kecil saat kakinya melangkah menuju ke arah kantin. Misinya saat ini masih sama, yaitu mencari keberadaan Kaila yang dirinya saja tidak tahu orangnya yang mana.
Di depan kantin, ia tak sengaja bertemu dengan salah satu temannya yang berbeda kelas dan mereka tampak melakukan perbincangan ringan yang diakhiri dengan tawa dan tos ala laki-laki.
Baru saja berbalik badan untuk melanjutkan jalan, tubuh Dewa tak sengaja menyenggol tubuh seseorang yang berjalan di belakangnya tepat sebelum ia berbalik badan. Untung saja tubuh mereka tak sampai terjatuh di atas dinginnya lantai.
“Eh, maaf. Gue gak liat tadi.” Dewa menunduk menatap gadis di depannya saat mengucapkan maaf.
“Iya, aku juga minta maaf.” Gadis itu sudah akan berlalu pergi jika saja Dewa tidak kembali bersuara.
“Eh, tunggu-tunggu.” Dewa berdiri di depan gadis itu dan memperhatikan bedge nama yang terpasang di dada sebelah kanan gadis itu dengan seksama.
“Kaila Oktaviana. Oh, jadi elo yang namanya Kaila? Alhamdulillah Ya Allah.” Dahi Kaila berkerut saat melihat Dewa yang terlihat seperti seseorang yang baru saja mendapatkan hadiah undian sebesar satu miliar. Karena laki-laki itu kini tengah menengadahkan kedua tangannya sambil mengucapkan syukur kemudian mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah.
“Bener kan ini lo, Kaila anak IPA 1.” Dewa kembali berkata setelah selesai dengan ucapan syukurnya.
“Iya.”
“Iya doang lagi jawabnya. Ya Allah, neng Kaila. Abang itu udah nyari eneng di kelas tapi gak ada. Dan untungnya sekarang ketemu di sini. Gak tau apa kalo dari tadi itu abang udah nyariin eneng sampe kena jitak sama Pera yang cantik jelita.” Ucapan Dewa yang terkesan alay itu kian membuat Kaila bingung. Siapa sebenarnya laki-laki ini?
“Maaf, tapi kamu siapa ya?” Pertanyaan tersebut langsung membuat kelopak mata Dewa melebar, seakan bola mata tersebut akan keluar dari tempatnya.
“Neng Kaila lupa sama abang?” Kaila mengangguk polos.
“Beneran? Neng Kaila lupa sama abang Dewa yang ganteng dan baik hati ini?” Lagi-lagi Kaila mengangguk.
“Astagfirullah, ke mana saja dikau selama ini wahai Kaila Oktaviana yang cantik? Kenapa adinda bisa lupa dengan kakanda ini?” Nada bicara Dewa kian alay dan itu membuat Kaila sedikit merasa ilfeel.
“Kenapa kamu nyari aku?” Pertanyaan Kaila barusan langsung membuat Dewa teringat dengan niat awalnya mencari Kaila.
“Maaf gue lupa mau bilang. Cari duduk dulu lah kita, pegel kaki gue dari tadi berdiri terus.” Dewa langsung menarik lengan kiri Kaila menuju ke tempat duduk di bawah pohon yang berada di dekat kantin.
“Gue nyari lo karena gue mau minta tolong.” Dewa memulai pembicaraannya.
“Minta tolong apa?”
“Minta tolong lo buat jadi ngajarin gue belajar. Semacam jadi guru privat gitu, lo mau kan?” Mata Kaila sontak membulat. Tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki yang duduk di hapannya ini.
“Kenapa harus aku?”
“Ya karena cuma lo yang kemungkinan bisa ngajarin gue di sekolah ini. Jadi plis bantuin gue ya, gue gak mau kalo harus diprivat sama orang siruhan bokap. Gue minta tolong banget sama lo, ya.”
“Aku sebenernya bisa aja ngajarin kamu, tapi maaf kayaknya aku gak bisa.”
“Kenapa?” Dewa bertanya cepat saat Kaila mengatakan tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Ficção AdolescenteKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...