46. HOLD MY PROMISE
Kaila meletakkan ponselnya di atas meja di kamarnya. Ia baru saja selesai berbincang dengan ibunya melalui sambungan telepon. Ibunya berkata jika hari ini kemungkinan kedua orang tuanya akan pulang sedikit terlambat.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Biasanya di jam seperti ini Kaila tengah sibuk mengantarkan pesanan ke meja pengunjung di kafe, namun hari ini kafe tutup karena sedang dilakukan renovasi interior yang berlangsung selama tiga hari ke depan.
Merasa bosan, Kaila memilih untuk menjatuhkan tubuhnya ke atas kasurnya. Ingin sekali rasanya ia tidur, tapi mengingat pesan ibunya jika tidak boleh tidur setelah Asar membuat Kaila hanya berdiam sambil menyembunyikan wajahnya pada bantal.
Tak lama, terdengar suara pintu yang terbuka. Namun Kaila masih tetap pada posisinya karena tadi ia sempat mendengar suara deru motor yang berhenti. Dan ia tentu hapal dengan suara motor tersebut beserta pemiliknya. Terbukti, tak lama Kaila merasakan sapuan lembut membelai kepalanya. Tak ada suara yang terdengar, dan Kaila cukup menikmati momen ini.
“Bangun dong, masa cowok ganteng gini dianggurin sih?” Kaila tak langsung bangkit. Butuh beberapa detik hingga akhirnya gadis itu membalikkan tubuhnya kemudian bangkit dengan posisi duduk.
“Kamu ngapain ke sini?” Tak memperdulikan wajah Kaila yang tampak kusut karena baru saja menempel pada bantal, Dewa malah menarik tubuh gadis itu untuk bersandar pada dada bidangnya.
“Kamu lagi ada tamu ya?” Kaila menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukkan. Sebelah tangan Dewa terus saja mengelus kepalanya lembut. Sementara tangan lainnya sibuk mendekap pinggangnya.
“Keluar yuk, aku tau kamu bosen. Dua hari lagi aku berangkat, dan aku mau bayar hutang aku yang kemarin karena kita nggak jadi pergi.” Dewa mulai melepaskan tangannya yang semula berada di pinggang Kaila. Kaila pun telah menjauhkan tubuhnya dari Dewa.
“Aku tunggu di bawah.” Pipi Kaila terasa sangat panas setelah Dewa mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kecupan di dahinya. Ya, laki-laki itu memang tak jarang mencium dahinya, tapi entah kenapa Kaila selalu merasa jika ada ribuan aliran volt listrik yang tiba-tiba saja menyerang wajahnya terutama pipi.
Setelah mengganti pakaiannya, Kaila melangkah keluar kamar dan mendapati Dewa yang malah menonton televisi yang channelnya terus berganti setiap detik.
“Kalau nggak niat nonton mending nggak usah. Sayang biaya listrik, De.” Mendengar suara Kaila, Dewa lantas mematikan layar persegi panjang tersebut kemudian menyusul langkah Kaila yang telah sampai di teras.
Di tengah perjalanan pun tak ada percakapan antara kedua orang itu. Namun saat sampai di sebuah lampu merah, Kaila tiba-tiba melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Dewa. Bahkan gadis itu juga menyandarkan kepalanya yang berbalut helm pada punggung tegap Dewa.
“Kenapa, sakit perutnya?” Dewa sedikit menolehkan kepalanya ke belakang karena kini motornya telah kembali melaju.
“Enggak kok, cuma agak lemes aja.” Mendengar hal itu, Dewa sedikit melambatkan laju motornya. Hingga akhirnya berhenti di sebuah kafe yang menjual menu utama berupa ice cream serta gelato.
Kaila tak bisa menyembunyikan kebahagiannya saat menyadari jika Dewa mengajaknya ke tempat es krim. Dengan semangat, Kaila melepas kaitan helm yang ia kenakan kemudian menarik tangan Dewa memasuki tempat tersebut.
“Aku yang pesen ya, De.” Dewa hanya mengangguk melihat Kaila yang tampak sangat antusias. “Oh iya, kamu mau pesen yang apa?” Kaila kembali pada Dewa yang telah duduk di salah satu meja.
“Cokelat topping oreo.” Kaila mengangguk kemudian kembali berjalan menuju etalase yang menampilkan es krim dan gelato dengan berbagai macam varian rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Fiksi RemajaKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...