29. IN THE LIBRARY
Ujian, adalah kata yang sering dijumpai oleh Kaila akhir-akhir ini. Semenjak memasuki semester genap di tahun terakhir sekolahnya, kata itu selalu saja ia jumpai di setiap jadwal kegiatan di sekolah. Entah itu latihan ujian, entah itu ujian praktik, ujian kelulusan, dan ujian masuk perguruan tinggi.
Kegiatan pendalaman materi yang dilakukan setiap jam pulang sekolah telah menjadi kesehariannya. Rasa lelah selalu menhhinggapi dirinya sepulangnya dari kafe. Setelah dari pagi hingga sore berada di sekolah dan lanjut bekerja di kafe, Kaila juga tak bisa meninggalkan kewajibannya untuk mengurus neneknya yang sudah sejak dua minggu ini kondisi kesehatannya terus menurun.
Wanita itu kini semakin berkurang kemampuan bergeraknya hingga harus ada yang membantunya mendorong kursi roda saat hendak berpindah tempat. Beban pikirannya terus bertambah tentang Ibu Susi yang akhir-akhir ini mulai membuka warung makan di depan gang dan tidak bisa setiap hari ia mintai tolong untuk menjaga neneknya.
Saat ini masih memasuki waktu istirahat kedua, di mana para siswa tengah melaksanakan ibadah sholat zuhur. Kaila yang telah berjanji bertemu dengan Dewa di perpustakaan untuk mengajari laki-laki itu, kini memilih untuk meletakkan kepalanya di atas meja. Ia sengaja memilih meja yang berada di sudut ruangan dan tertutup oleh rak-rak buku. Dewa masih di mushola karena tadi ia sempat mendengar lantunan suara azan laki-laki itu. Sedangkan dirinya sedang tidak sholat hari ini.
Hawa sejuk dari pendingin ruangan dan suasana perpustakaan yang sepi mampu mengantarkan rasa kantuk pada diri Kaila. Karena kini perlahan matanya mulai terpejam dengan tangan kanan yang menjadi bantalannya. Posisinya miring ke kiri, persis berhadapan dengan dinding ruangan. Sedangkan belakangnya tertutup oleh rak buku yang menjulang tinggi.
Selang lima menit, seseorang melangkah mendekati meja tersebut. Wajahnya masih tampak segar, efek air wudhu mungkin. Langkahnya melambat saat melihat Kaila yang telah terlelap dengan wajah damai.
Dengan gerakan yang sangat pelan, Dewa menarik kursi di samping Kaila dan mendudukkan tubuhnya di sana. Matanya tak lepas dari wajah damai itu. Entah kenapa, ia merasa seperti pernah melihat wajah Kaila sebelumnya dengan kondisi seperti ini. Saat mata gadis itu tengah terpejam dan alam bawah sadarnya yang sepenuhnya menguasai. Tapi, ia tidak ingat kapan dan di mana. Bertemu Kaila saja hanya saat di sekolah dan saat mereka membuat janji, itu pun tak pernah Kaila sampai tertidur.
Tapi ingatan itu jelas sekali terputar di dalam kepalanya. Wajah damai itu, mata indah dengan warna cokelat terang yang tengah terpejam itu, dan jangan lupakan dengan sosok pemiliknya itu. Ia merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Bahkan tidak hanya sekali. Tapi kapan? Otaknya masih bekerja keras hingga ia tak sadar jika kini tangannya bergerak perlahan di atas kepala gadis itu dan mengusap rambut hitam itu perlahan. Oh, jangan lupakan hal ini, ia juga merasa pernah mengusap rambut hitam yang terasa lembut itu.
Tak cukup hanya mengusap rambut, Dewa kini ikut menjatuhkan kepalanya di atas meja. Menghadap lurus pada wajah tenang Kaila. Suasana perpustakaan masih sama seperti tadi, sepi.
Dewa tahu Kaila lelah dengan kesehariannya. Pagi sampai sore gadis itu sekolah, sepulang sekolah Kaila akan bekerja, dan setelah bekerja ia akan mengurus neneknya di rumah dan juga mengerjakan tugas rumahnya yang semakin hari akan semakin menumpuk. Ia bahkan sempat kagum dengan gadis yang masih menutup mata di hadapannya itu, usianya masih terlalu muda namun ia sudah bisa hidup mandiri sejak kecil. Ia saja merasa tidak yakin jika harus hidup seperti sosok Kaila meskipun ia laki-laki.
Entah berapa lama waktu yang telah berjalan, namun kini bel masuk telah berbunyi nyaring dan terdengar di seluruh penjuru sekolah. Namun masih saja tidak ada pergerakan apapun dari gadis di hadapannya. Dewa pun tak ada niat untuk membangunkan ataupun untuk kembali ke kelasnya. Rasanya, terlalu sayang jika ia melewatkan wajah tenang Kaila meskipun ia yakin jika kini guru yang akan mengajar di kelasnya telah berjalan menuju ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA ✔️
Ficção AdolescenteKecelakaan yang menimpa Kaila dan neneknya menyebabkan kaki sang nenek dinyatakan lumpuh secara permanen oleh dokter. Sejak kecelakaan itu pula gadis itu tiba-tiba merasakan kehadiran bayangan misterius yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Bayan...