41. HIS COUSINS

649 48 4
                                    

41. HIS COUSINS

Kaila termenung di kamarnya. Memikirkan semua hal yang terjadi belakangan ini. Memikirkan tentang semua rahasia yang ada dalam hidupnya yang akhirnya ia ketahui kebenarannya. Apakah semua ini benar-benar terjadi? Kaila terkadang masih merasa tidak percaya jika dirinya adalah gadis kecil yang dulu menjadi korban penculikan. Bahkan ia masih tidak percaya jika dirinya adalah putri kandung dari pemilik kafe tempatnya bekerja selama ini yang memang menjadi tanggung jawab Yuda.

Di tengah semua kemelut pikirannya, suara dering dari ponsel yang berada di sampingnya membuat Kaila tersadar. Panggilan video dari Dewa rupanya. Setelah menggeser tombol hijau, terlihatlah wajah Dewa yang tengah berbaring.

“Halo, kenapa?” sapa Kaila saat melihat Dewa hanya diam di seberang sana.

“Kai, kangen.” Kaila menggelengkan kepala. Laki-laki itu kini memang tengah berada di rumah saudaranya yang akan menikah dua hari lagi. Dewa baru berangkat tadi pagi, sedangkan Nanta dan ibu mereka telah berangkat sejak kemarin sore.

“Baru juga tadi pagi perginya. Lagian, kan kamu hari Senin udah pulang.” Kaila membalas dengan tawa.

“Masih lama itu. Gue males banget di sini, ditanyain macem-macem sama tetangganya Budhe yang bantu-bantu buat acara di rumah. Masa iya ada yang bilang gue mau gue mau dijodohin aja sama anaknya yang masih SMP. Gila aja ya.” Tawa Kaila benar-benar pecah sekarang. Wajah Dewa terlihat sangat kesal saat ini.

“Ya nggak papa, De. Siapa tau anak ibunya itu cantik.”

“Tau ah, jahat lo, Kai. Tau gitu kan gue tadi pagi ajak lo ke sini aja. Gue kenalin deh tuh sama emak-emak di sini biar pada diem semua.” Kini Kaila bisa mendengar suara tawa di belakang Dewa. Wajah Dewa juga terlihat kian kesal.

“Terus Kaila di sini mau lo apain, De?” Suara Nanta terdengar saat suara tawa masih bersahutan.

“Diem lo! Udah main aja lo semua, gak usah ketawa-ketawa.” Kaila ikut tertawa saat melihat Dewa yang malah mencak-mencak pada beberapa orang di sana.

“De, kamera belakang dong. Aku kan juga mau lihat ada siapa aja.”

“Buat apa? Gak usah, males.”

“Kamera belakang kenapa, De. Kaila juga pengen liat muka gue juga kali.” Lagi-lagi suara tawa terdengar saat Nanta berkata.

“Bacot lo semua.” Kaila bisa melihat jika layar ponselnya kini tak lagi menampilkan wajah Dewa, melainkan beberapa laki-laki yang tengah duduk di lantai sambil bermain UNO card.

“Disebutin siapa aja itu, De. Kan yang aku kenal di situ cuma Nanta aja.” Belum sempat Dewa menjawab, layar ponsel Kaila telah menampilkan wajah Nanta di sana.

“Gue aja yang ngenalin, Kai. Kalo si Dewa yang ngenalin pasti isinya cuma fitnah doang.” Sorakan setuju terdengar di belakang Nanta.

“Oke, kalo gue lo udah pasti tau lah. Gue next aja ya.”

Ponsel Dewa kini telah berpindah tangan dan menampilkan wajah seorang laki-laki dengan lesung pipi di pipi kiri dan alis yang tebal. “Halo, Mbak! Eh, Mbak apa Kak ini manggilnya?” Kaila sempat tertawa mendengar sapaan itu.

“Mbak aja nggak papa.”

Laki-laki itu mengangguk kemudian melanjutkan. “Oke, Halo, Mbak. Aku Pandu, saudaranya Mas Dewa. Cucunya simbah dari anak ketiga. Ibuku adiknya Budhe Tari. Mbak paham 'kan?” Meskipun sempat berpikir keras, Kaila akhirnya mengangguk saat menangkap maksud ucapan Pandu.

Setelah Pandu, kini layar ponsel Kaila menampilkan wajah laki-laki yang jika dilihat usianya mungkin jauh di atasnya. “Halo, Kaila ya? Saya Yudhistira. Cucu pertamanya simbah dari anak sulung yang mau nikah besok. Salam kenal.” Kaila hanya mengangguk saat Yudhi memperkenalkan dirinya. Jadi itu saudaranya Dewa yang mau menikah. Laki-laki itu memiliki senyum manis dan kulit sawo matang.

SADEWA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang