Prince Nathaniel

460 19 0
                                    

***
"ABANG JELEK GUE KANGEN" pekik vania saat melihat abang satu-satunya duduk di ruang keluarga.

Tanpa memperdulikan barang pesanan bundanya yang kini tergeletak berserakan di atas karpet, vania melompat begitu saja menerjang kevin dengan pelukan eratnya.

"Dari mana dek?" tanya kevin dengan posisi menggendong vania ala koala

"Disuruh bunda beli bahan dapur"

Pria itu mengangguk paham setelahnya menatap vania dengan heran begitu melihat raut wajah adiknya yang tiba-tiba cemberut.

"Kamu kenapa?" tanya kevin

"Oleh-oleh vania mana" mintanya dengan mengedip edipkan matanya membuat kevin terkekeh, ternyata hanya karna oleh-oleh. Mengapa raut wajah adiknya ini bisa dengan cepat berubah ubah? Dari yang tadinya cemberut berubah penuh binar dalam sekejap begitu mendengar jawaban kevin.

"Ada di kamar kamu" Lantas vania pun langsung saja berlari ke kamarnya

"Kevin" panggil dona bundanya

"Iya bun"

"Cari adek kamu deh kok gak pulang2 sih" khawatir bunda

"Vania di kamarnya bun"

"Udah pulang? kok gak bilang sama bunda, belanjaannya mana?"

"Kesenengan dia bun dapet oleh2, itu belanjaan bunda" Ucap kevin menunjuk barang yang vania bawa di atas karpet

"Yaudah kamu istirahat sana bunda masak dulu buat makan malam" Kevin mengangguk naik ke atas menuju kamarnya

meskipun dona bisa menyuruh orang untuk masak tapi ia tidak ingin selagi dirinya bisa maka ia akan memasak untuk keluarga tercintanya.

Menurut dona ia tak percaya dengan makanan buatan orang lain, vania dan kevin pernah keracunan karena masakan pembantu dirumahnya, setelah kejadian itu pembantu itu tak ditemukan keberadaannya dan itu membuat dona sedikit lebih protektif untuk makanan anak-anak dan suaminya.

***
Vania menatap kotak hadiah di atas kasurnya penuh binar dengan semangat ia mengambil kotak-kotak yang berisi sepatu serta tas brand terkenal itu

"Ini mah yang ada gue kecopetan kalo make barang branded kaya ginian" gumam vania menatap dirinya yang hanya memakai kaos biasa serta jeans

Vania pun menyimpan barang-barang itu di dalam walk in closetnya lalu kembali kedalam kamar mengambil gitarnya dan berjalan menuju balkon kamarnya dan duduk di kursi malas

secara perlahan vania memetik senar gitarnya sembari memejamkan mata menikmati tiap alunan disetiap petikan gitarnya.

lain halnya dengan vania, kini seorang cowok tengah menatap sahabatnya jengah pasalnya sedari tadi kedua sahabatnya ini tak hentinya untuk berdebat.

"Lo berdua bisa diem gak sih" kesal nathan membuat mereka yang sedang berdebat melemparkan opini pun terdiam

"Ini nih si bagas orang lebih bagus ke paris dia pengennya ke afrika ketemu sodaranya" kesal daniel

"Emang lo berdua mau ngapain hah"

"Liburan lah" jawab daniel santai

"Kuliah lo pikirin masih maba juga banyak gaya" Sindir nathan

"Situ ngomong kaya yang bakal ngikutin aturan aja" sewot daniel dibalas tatapan tajam dari nathan

"Hehehe canda kali nath" cengir daniel

Nathan menjentikkan jarinya dengan cepat pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka pun mendekat ke arah meja bar tempat ketiga pria itu duduk

"Panggil Deon" ucap nathan dingin

Vania [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang