***
Kini ke lima gadis itu tengah menghela napas, pasalnya saat ini mereka akan melakukan tes wawancara setelah melakukan tes tertulis dan dinyatakan lulus kemarin."Gue sendiri nih?" tanya vania dengan wajah ditekuk
Karena fira dan dinda berada di fakultas Hukum sedangkan adela dan puput di fakultas ekonomi dan bisnis sedangkan dirinya di fakultas kedokteran
"Tenang aja van percaya sama diri lo sendiri gue yakin lo bisa" ucap fira menyemangati
"Iya kita kumpul di parkiran aja ya" Usul puput diangguki yang lainnya
Mereka berpisah diparkiran mesjid karena sengaja memarkirkan mobil mereka disana dan berjalan menuju fakultas masing-masing.
Ratusan orang kini sudah memenuhi aula fakultas dimana di depan sana berjejer beberapa bangku dan kursi untuk melakukan sesi wawancara yang sudah dijadwalkan untuk mahasiswa yang lulus tes ujian tertulis juni lalu.
Vania menghela napas saat menunggu namanya di panggil untuk melakukan tes wawancara, vania rasa ia bisa mati kebosanan jika terus begini, menatap sekeliling yang menurutnya membosankan hingga...
"ANGGARA NAENDRO MAHENDRA"
Deg
Vania mematung di tempat saat mendengar nama itu disebut, gadis itu mengalihkan tatapannya dan disana pria itu berdiri siap maju kedepan dan melakukan sesi wawancaranya.
Tubuh vania kini rasanya begitu sulit untuk digerakkan. Kakinya seakan tak memiliki tenaga untuk sekedar berdiri dan pergi dari sana. Bahkan lidahnya seakan keluh tak mampu berucap satu kata sekalipun.
"Dari ribuan universitas, puluhan program studi kenapa dia harus disini? Kenapa takdir gue semiris ini? " tanya vania dalam hatinya, gadis itu terus saja menatap pria yang kini menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang tampan.
Mengapa takdir seolah mempermainkannya sekarang? Butuh waktu 5 tahun buat vania melupakan kenangan pahitnya pada cinta pertamanya, namun mengapa kini dengan mudahnya mereka dipertemukan seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara mereka?
Vania memilih bertahan untuk menyelesaikan sesi wawancaranya, setelah semuanya selesai, tanpa menunggu apapun lagi, gadis itu segera pergi dari sana.
PIIIIPPPP
Suara klakson yang begitu nyaring menyadarkan vania dari lamunannya, gadis itu membungkuk seraya meminta maaf karena berjalan begitu saja tanpa melihat kanan kirinya.
Tak ada sahabatnya di parkiran, vania masuk kedalam mobilnya dan memejamkan matanya menenangkan dirinya dari rasa sesak yang sering ia rasa lima tahun belakangan ini.
"Kenapa lo kembali sih, ARGHHHH" Pekik vania menjatuhkan kepalanya pada stir mobilnya
"Kenapa cuma gue yang tersiksa dengan perasaan sialan ini, kenapa cuma gue yang cinta, kenapa?" tanya vania pada takdir yang terasa enggan melihatnya bahagia
tok tok tok
Vania pun keluar dari mobilnya setelah berhasil menenangkan dirinya, diluar sudah berkumpul sahabat-sahabatnya.
"Lama amat sih kalian" ambek vania
"Lo aja yang kecepetan gak ikut wawancara ya lo?" tuduh dinda
"Enak aja nama gue tuh urutan ke tujuh makanya cepet" mereka pun mengangguk dan masuk kedalam mobil masing-masing kini tujuan mereka adalah Van blue cafe
Thingg
Notifikasi di ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan yang baru saja masuk, vania yang tadinya asik bersenandung mengalihkan tatapannya dan mengambil ponselnya, namun tetap memperhatikan jalan yang cukup ramai ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vania [Completed]
Teen FictionDikhianati oleh orang yang kita cintai? Tak pernah ada di benak vania bahwa ia akan ada diposisi itu. Dikhianati oleh pria yang begitu dicintainya meninggalkan kesan trauma mendalam bagi vania. Butuh waktu untuk menyembuhkan semua luka, namun siapa...